BAB 95. GAGAL MELARIKAN DIRI.Jeritan Rianti terdengar hingga keluar ruangan, sontak membuat semua orang di dekat ruangan itu berhamburan datang. Dua orang rekan Mike yang tadi menunggu di luar, juga ikut masuk saat beberapa perawat datang membawa kereta.Brandon dan Andrew mengangkat Mike ke atas tempat tidur, dan para perawat mengecek kondisinya. Merasa tidak yakin dengan pemeriksaan mereka, mereka pun membawa Mike ke ICU. Di sana dokter pun datang dan melakukan pemeriksaannya.Brandon terus mengawasi jarum jam, memperkirakan rentang waktu Mike akan sadar. Reaksi dokter dan perawat cukup tidak bisa ditebak, hingga akhirnya Brandon memutuskan untuk membuat rencana kedua."Strategi tukar pasien! Siapkan itu," ucap Brandon kepada dua orang suruhannya yang ada di dekat ICU.Namun, tiba-tiba saja dua orang suruhannya itu berjalan mendekati Brandon yang ada di lorong. Tatapan mereka menunjukkan rasa putus asa.
Rianti merasa lega karena Mike telah bersikap santai, tak lagi grasak-grusuk ingin kabur dari rumah sakit. Selang infus dan oksigen sudah terlepas, Mike juga sudah berkata akan suka rela saja kalau segera dibawa kembali ke kantor polisi."Malangnya nasibmu, Nak," gumam Ibu Mike setelah mendengarkan penuturan Rianti."Papah gak mau jenguk aku, Mah?" tanya Mike."Papah kamu gula darahnya gak stabil dan sedang dirawat di rumah, Nak. Walau dia cuek sama kamu, dia terus memikirkan kamu," jawab Ibu Mike dengan rasa bersalah."Terserahlah," sahut Mike lemas.Empat hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Mike akan dibawa kembali ke kantor polisi. Tak disangka, di depan gerbang rumah sakit sudah ada beberapa media berita yang menunggu untuk bisa mengambil gambar Mike dan ingin mewawancarainya.Dari layar ponselnya, Vyolin bisa melihat jelas wajah Mike yang tertunduk lesu ketika digiring ke mobil polisi. Mike tak bicara sepatah kata pun dan langsung saja memasuki mobil. Para wartawan terlihat tid
Seminggu sudah, Donita berada di Vietnam. Kesehariannya hanya jalan-jalan dan makan. Kadang Hendrik datang menemaninya, kadang dia juga berjalan sendirian saja.Hari ini dia akan kembali ke Jakarta, kasus Mike sudah terkirim ke persidangan dan tak mungkin lagi ada tersangka tambahan. Donita sudah merasa yakin untuk bisa kembali menjalani hidup bebas di Jakarta.Di Bandara Internasional Vietnam, Donita duduk sendirian. Bermain ponsel lalu sesekali memperhatikan sekeliling sembari menunggu waktu keberangkatan. Dia teringat pada pengalaman waktu itu, saat seorang pria berseragam pilot kebetulan lewat dan menoleh memberi senyum padanya. Donita selalu tersenyum sendiri setiap mengingat kejadian itu."Benar kan, itu kamu," ucap seseorang tiba-tiba sudah berada di hadapan Donita.Donita ternganga dengan kedua mata membulat sempurna, pilot yang baru saja tadi terlintas di pikirannya kini sudah ada di hadapannya.
Kasus Mike kini telah tiba di persidangan, persidangan pun dilakukan di Jakarta. Mike tidak lagi membuat masalah, dan menerima saja setiap berlangsungnya prosedur.Kevin dan Vyolin diminta untuk hadir di persidangan, akan tetapi keduanya menolak. Hanya ada pengacara dan juga saksi, yakni Anna, Selena dan Sarah. Saksi rahasia juga dihadirkan, terkait dengan adanya bukti-bukti yang diambil secara tersembunyi."Terdakwa dijerat dengan pasal berlapis, yakni pelecehan seksual terhadap saudari Vyolin. Penculikan bayi dari pasangan Vyolin dan Kevin, juga pemalsuan kematian bayi tersebut," ucap majelis hakim saat akan memberikan keputusan persidangan.Rianti dan Ibu Mike ikut hadir di persidangan, begitu juga Stephen dan Rion. Mereka ingin memberi dukungan untuk Mike, walau ini di saat-saat terakhir keputusan hakim."Dengan ini, Terdakwa telah ditetapkan menjadi tersangka, berdasarkan kuatnya bukti dan ket
BAB 99. ANAK SIAPA LAGI INI?Ketenangan yang semula sudah terasa, kini kembali terganggu. Mike tak menyangka Rianti akan membawa kabar mengejutkan ini. Langsung saja dia mengecek perut Rianti, sudah lama bantal untuk pura-pura hamil itu Rianti tanggalkan."Kamu sudah gak pakai bantal itu lagi?" tanya Mike."Aku sudah buat drama keguguran seperti yang kamu bilang. Dan sudah hampir dua bulan ini aku gak dapat menstruasi. Aku cek ke dokter, ternyata aku hamil sudah sebulan," jawab Rianti mengungkapkan dengan perasaan haru."Kamu … benar-benar gak ngelakuin hubungan intim selain sama aku?" tanya Mike ragu."Heh! Aku gak sebejad kamu, ya! Selama ini aku gak pernah selingkuh, apa lagi tidur sama laki-laki lain," jawab Rianti dengan tatapan tajam.Mike terdiam, seketika merasa tubuhnya lemas. Perasaan berdebar yang tiba-tiba membuatnya bingung. Entah bahagia atau apa."Kamu memang sudah divonis mandul, Mike. Tapi keajaiban Tuhan itu nyatanya tetap bisa terjadi. Sama seperti Mike, anak yang k
Beberapa hari sudah hujan enggan turun dari langit kota Jakarta, membuat asap polusi semakin buruk dan menyiksa pernafasan. Tomo memutuskan untuk cuti dari rutinitas penerbangan karena terserang flu berat, dan pergi ke rumah sakit untuk perawatan."Kalau kamu ke sana, yang ada malah cari oenyakit!" Hendrik terus mengomeli Donita yang sedang bersiap untuk menjenguk Tomo di rumah sakit."Lagian, itu orang baru masuk rumah sakit pagi tadi, Donita. Besok juga udah pulang!" lanjut Hendrik."Suka-suka aku, dong. Lagian aku juga save safety kok supaya gak ketularan!" sahut Donita akhirnya."Ya udah sana, bodo amat lah!" ujar Hendrik akhirnya menyerah.Donita pergi diantar taksi menuju rumah sakit, karena Hendrik enggan mengantarnya. Hubungan Donita dan Tomo semakin lengket setelah berminggu-minggu melakukan komunikasi hampir tak terputus.Siang dan malam, saat Tomo sedang di kabin pesawat. Donita akan terus mengajaknya mengobrol via chating. Meski pembicaraan mereka kebanyakan hanya basa-bas
Tengah malam, ketika Donita tertidur pulas di sofa. Tomo membentangkan selimut di atas tubuh gadis itu. Kemudian dia mematikan sebagian lampu kamar, dan pergi berjalan pelan keluar.Rasa penasaran membuat Tomo nekad mendorong tongkat infusnya menyusuri lorong sendirian, suasana sudah begitu sepi. Tidak banyak pasien VVIP. Dua kamar di sebelah kamarnya juga tidak ada pasien, baru di kamar yang ketiga, dia bisa melihat tanda-tanda adanya pasien.Di depan pintu kamar, tak terlihat ada orang yang berjaga. Sendal atau sepatu juga tidak ada. Tomo pun dengan hati-hati bermiat untuk mengintip di bibir pintu saja.Begitu terkejutnya Tomo, ketika melihat siapa yang sedang duduk di atas tempat tidur pasien. Tepat saat dia melihat ke dalam, pasien itu juga melihat ke arahnya."Rianti?" gumam Tomo tak percaya."Kapten Tomo!" sahut Rianti.Tomo pun tak bisa menghindar, dia kepalang ketahuan tengah mengi
Nafsu makan Donita hilang, meski kini dia sudah berada di kantin. Sebungkus roti sandwice dan segelas teh pun dia pilih untuk mengganjal perut. Sembari mengunyah, dia teringat setiap pertanyaan Rianti yang diajukan pada Tomo.Rianti seolah ingin tahu betul latar belakang Donita yang memang bukan siapa-siapa. Donita menduga, bahwa Rianti sangat puas menertawai dirinya yang tak punya keunggulan apa-apa."Kamu sudah datang," ucap Tomo menyambut kedatangan Donita.Rianti sengaja tak segera kembali ke kamarnya sendiri, untuk menunggu Donita dan kembali melihat reaksi Donita berhadapan dengannya. Donita pun duduk di sofa, mencoba untuk tak terlalu memperhatikan Rianti yang menatap sinis padanya."Aku pikir kamu pramugari, padahal postur tubuh kamu lumayan untuk bekerja di maskapai penerbangan," ucap Rianti sambil tersenyum palsu pada Donita."Hehe. Iya, ya, Kak? Aku memang gak ditakdirkan untuk