Claire terbangun karena perutnya keroncongan. Ditambah lagi suara teriakan yang terdengar cukup keras, membuatnya tak bisa lagi kembali mengarungi alam mimpi. Ia menoleh ke sampingnya, mendapati Arsen yang masih tidur sambil memeluknya. Mereka bahkan masih belum berpindah dari sofa panjang sejak tadi. Dengan hati-hati ia melepaskan diri dari pelukan Arsen dan turun dari sofa. Badannya terasa begitu pegal dan kaku, membuatnya mengerang saat berusaha menggerakkannya.Setelah tubuhnya sudah kembali lemas, ia keluar dari kamar untuk mencari makanan di dapur. Dalam hati ia mengeluh karena letak dapur cukup jauh dari kamar yang ditempati oleh ayahnya. Ia masih harus melewati lorong dan ruang makan yang membuatnya sebenarnya malas untuk ke sana. Saat kakinya hendak melangkah ke lorong, suara erangan itu kembali terdengar. Ia menoleh ke kanan, mencoba untuk memastikan bahwa suara itu berasal dari sana. Erangan itu terdengar lagi dengan begitu jelas, membuatnya berbalik menuruni tangga men
"Kita adalah saudara?” Josh terkekeh geli. “Lelucon apa yang ingin kau sampaikan padaku?”“Aku tahu, kau ingin membalas dendam pada Juan Forbes atas kematian ayahmu melalui aku. Pada awalnya aku membencimu karena kukira kau melakukan hal yang konyol. Tapi pengakuan Juan saat dia kira aku sudah pergi benar-benar mengejutkanku,” jawab Arsen sambil memegang lengan pemuda itu. “Aku bukanlah anak kandung Juan Forbes, Josh. Aku adalah anak kandung Daniel William, ayahmu.”Josh melotot tak percaya. “Tidak mungkin! Ayahku tidak mungkin memiliki anak selain aku. Dia adalah laki-laki yang setia...”“Kita tidak tahu apa yang tersembunyi di dalam hati seseorang, Josh. Banyak rahasia yang tersimpan begitu lama karena keegoisan orang-orang tertentu, dan orang lain yang harus menanggung akibatnya.” Arsen tersenyum miris. “Kita hanyalah pihak yang tidak tahu apa-apa di sini, namun justru menjadi korban karena kebungkaman mereka.”Tak berapa lama kemudian, Claire datang dengan membawa sebaskom air
Di tengah-tengah jadwal yang begitu padat, Leo tetap menyempatkan dirinya untuk pergi ke sebuah rumah sederhana dua tingkat di pinggiran kota Portland. Meskipun rumah itu terlihat sederhana di luar, tidak ada yang akan mengira bahwa bagian dalamnya terlihat mewah. Pria itu mendengus ketika melewati lorong setelah menaiki tangga. Pemilik rumah ini terlihat sekali tidak mau dianggap sebagai orang kaya. Atau mungkin sebenarnya dia hanya ingin menghindari pegawai pajak. Tapi siapa yang tidak kenal dengan Jack Reeves? Bujangan tampan yang tidak hanya dikenal sebagai kepala FBI, tetapi juga dikenal sebagai pemilik gedung apartemen mewah yang ditempati oleh para artis dan orang-orang kaya yang menginginkan hunian mewah dengan tingkat keamanan yang tinggi. "Kau merindukan Rose?" tanya Leo yang begitu memasuki ruang billiard, justru mendapati pria itu tengah memandangi foto Rose di ponselnya di dekat jendela. Pria itu tidak menanggapi. Tangan kanannya sesekali mendekatkan gelas berisi angg
Sergio meminum segelas anggur merah seraya memandang taburan bintang di langit dari balik dinding kaca. Siang tadi, ia benar-benar membuat perhitungan pada Laura karena sudah menyamar sebagai Chloe selama bertahun-tahun. Gadis itu beralasan ingin membuatnya berhenti memikirkan Claire dengan jalan pintas, layaknya gadis jalang yang haus akan belaian. Kenyataan bahwa gadis itu bukanlah anak kandung dari Andreo Cortez, atau yang lebih dikenalnya sebagai Andrey Ivanovic, membuatnya lepas kendali dan menyiksa gadis itu tanpa ampun. Ia mengalihkan pandangannya pada buku harian berwarna biru milik ibunya. Setelah mengetahui alasan Laura yang membohonginya hanya demi membantu ayahnya, ia membaca kedua buku harian milik ibunya dengan wajah datar. Kedua buku harian itu justru membuatnya tertawa terbahak-bahak, alih-alih merasa menyesal atau marah. Baginya, buku harian itu adalah bentuk kekonyolan dari ibunya yang selama ini gemar menyakiti siapapun termasuk dirinya."Sergio?" panggilan Lau
Arsen terkekeh geli. “Terkadang aku justru senang kau memiliki alter ego, karena kau tidak perlu lagi menghadapi pecundang itu dengan ekspresi ketakutan yang membuatku kesal.”“Tunggu, jadi aku tadi sudah menghadapi Sergio? Siapa...maksudku, aku tadi benar-benar ketakutan, lalu tiba-tiba saja kesadaranku menghilang,” tanya Claire dengan kening berkerut seraya memegang sisi kepalanya.Arsen merangkul bahu gadis itu dan mencium keningnya, lalu mengajaknya untuk kembali melanjutkan langkah mereka. “Tadi Kanzo yang muncul, dan dia melawan pecundang itu dengan menggunakan jurus Aikido." Ia mengedikkan bahunya. “Entahlah, setahuku itu teknik Aikido. Atau mungkin Jujutsu. Ah, terserahlah. Tapi yang pasti aku senang, karena bukan James yang menghadapi pecundang itu.”“Benarkah? Kanzo yang melawannya? Bagaimana ceritanya?” tanya Claire penasaran.Arsen terus menceritakan kejadian tadi dengan bersemangat, bahkan sesekali menertawakan tingkah Sergio yang menurutnya konyol. Ia sempat merasa
Juan menatap Tania yang sedang tertawa senang, karena Leo membawakan gadis itu satu set boneka barbie beserta perlengkapannya. Ia tidak mau ikut campur dengan urusan mereka, karena bisa jadi akan merusak suasana. Dering ponselnya mengalihkan perhatiannya dari interaksi mereka yang terlihat seperti sepasang kekasih, karena ternyata Tania tak bisa menolak pesona dari pria itu. Sejak kedatangan Leo kemarin, gadis itu lebih banyak diam dan menatap pria itu dengan wajah malu-malu. Setidaknya itu bisa membuatnya merasa lega selama sejenak, karena anak gadisnya tidak lagi merengek meminta Arsen untuk datang ke sini.“Ada apa?” tanyanya begitu mengangkat panggilan dari Andreo.[Claire bilang padaku bahwa kemarin malam dia ke apartemen Sergio di Portland bersama Arsen. Di sana ada Laura dengan wajah bengkak, seperti baru saja disiksa oleh Sergio. Bagaimana ini? Apa sebaiknya aku melaporkannya ke polisi?] suara Andreo terdengar panik di seberang telepon.“Kau yakin Sergio yang melakukannya
“Jangan pergi kemana-mana dan jangan gegabah, oke. Kuusahakan untuk secepatnya menyelesaikan urusanku dengan dosen. Aku harus segera mengurusnya jika ingin cepat mendapatkan ijazah dan keluar dari kampus ini,” pesan Arsen sebelum meninggalkan Claire di park blocks, tepatnya di dekat plang hitam dari semen bertuliskan Portland State University.Claire hanya mengangguk seraya tersenyum saat Arsen mencium keningnya, kemudian menatap kepergian pria itu dengan mobilnya. Ketika di rumah sakit tempat Josh dirawat tadi, ia memaksa pria itu untuk menemaninya menjemput Laura di apartemen Sergio. Berbagai upaya dilakukannya untuk membujuk pria itu, meskipun dengan cara yang memalukan sekalipun. Bahkan ia meminta Josh untuk membujuk Arsen. Untungnya pemuda itu sanggup membuat kakak tirinya menyanggupi permintaannya. Mengingat kejadian itu membuatnya tersenyum. Betapa mudahnya sosok Josh melupakan dendamnya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya. Apalagi pemuda itu sama sekali tidak merasa ri
Perkiraan awal sekitar lima atau sepuluh menit sudah cukup bagi Arsen untuk menyelesaikan urusannya, namun ternyata salah seorang dosen memintanya untuk mengisi seminar Kewirausahaan, karena dia sudah menjadi seorang pengusaha. Ingin sekali ia menolak permintaan itu, namun sayangnya ia sudah mengenal dosen itu dan menganggapnya seperti ayahnya sendiri. Satu jam kemudian, barulah ia keluar dari gedung fakultasnya dan terburu-buru menuju ke Park Blocks. Tak sampai lima menit kemudian, ia sudah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dekat plang universitas, lantas mencari keberadaan Claire. Cukup sulit menemukan gadis itu, karena suasana taman jauh lebih ramai daripada saat ia dan Claire baru tiba di sini tadi.“Claire?” panggil Arsen pada seorang gadis berambut hitam ikal dan mengenakan jaket berwarna putih yang membelakanginya. Dalam hati ia merasa lega, karena ternyata gadis itu tidak pergi kemanapun selain di area taman yang sangat panjang ini. “Maaf, aku tadi harus mengisi semina