Happy Reading Semuanya!
“Dulu saya berharap kalau Papa akan bisa setulus ini pada saya, sama seperti Mas memperlakukan saya dengan baik tanpa perbandingan dengan orang lain." Rangga terdiam mendengar perkataan dari perempuan yang ada di depannya itu.
"Saya enggak pernah mendapatkan hal setulus ini dari Papa, saya hanya mendapatkannya dari Mas dan Mas Risky. Katanya cinta pertama anak perempuannya itu adalah ayahnya tapi saya enggak pernah jatuh cinta sama Papa saya karena itu,” cerita Irene.
Rangga membawa Irene menuju pinggir danau tidak jauh dari villa mereka tinggal. Memperhatikan pemandangan gunung dan pepohonan rindang di sana sembari menghirup udara yang selalu fresh karena dekat dengan pegunungan.
“Sebenarnya dulu Papa sayang sama saya sewaktu kecil, tapi karena Kak Mira selalu enggak mau kalah sama saya... jadi Papa selalu ada di pihak Kak Mira sampai sekarang. Bahkan sampai orang tua saya bercerai sungguhan seperti sekarang, Pap
Happy Reading Semuanya!Rangga tersenyum mendengar perkataan dari istrinya itu, “Kamu memang pantas mendapatkannya Irene, bahkan kamu membuat saya jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Pelet kebaikan kamu sudah sangat menempel erat di dalam tubuh saya Irene, kamu harus tanggung jawab karena sudah membuat saya seperti ini.” Irene tersenyum simpul menanggapi perkataan sang suami di sebelahnya itu.“Mas, pulang ke Jakarta yuk! Saya mendadak kangen masakan Mami, sudah dua minggu kita disini dan enggak bisa makan masakan Mami yang enak.” Ucapan Irene membuat Rangga tersenyum tipis."Kamu bosan disini?" tanya RanggaIrene hanya tersenyum tipis dan menggeleng, "Enggak, disini pemandangannya bagus dan saya bisa menghirup udara segar. Tapi alangkah lebih baiknya kalau kita pulang ke rumah, pasti Mas jauh lebih nyaman bekerja di kantor, kan?"Lelaki dengan wajah tampan itu mengangguk membenarkan perkataan dari sang istri saat ini,
Happy Reading Semuanya!Kemarahannya semakin tidak terbendung, ia muak melihat kehadiran dari Mira di rumahnya sekarang ini. Irene benar-benar tidak keluar kamar sama sekali dan enggan untuk melihat kakaknya lebih lama, Rangga memaklumi itu dan seandainya ia berada di posisi Irene pun akan melakukan hal yang sama.Tangan Rangga menarik kasar lengan milik Mira dan membawanya ke tempat yang cukup jauh dari posisi kamar Irene ataupun orang tuanya yang sudah pergi meninggalkannya berdua. Tatapan mata Rangga tampak menahan amarah pada perempuan di depannya itu.“Kamu kenapa bisa ada di rumah ini? Bukan kah saya bilang kalau kamu enggak seharusnya ada di sini? Kenapa kamu enggak paham? Apa kamu sudah enggak mengerti bahasa manusia dan perkataan tegas kemarin?! Saya sudah bilang kalau kamu enggak perlu menginjakkan kaki kamu disini!” Nada suara Rangga tampak terdengar marah.Mira memandang tidak percaya sang suami di depannya itu, perasaan sang suami
Happy Reading Semuanya!"Aku ingatkan sekali lagi Mas, aku masih berhak atas kamu dan kamu masih berhak atas aku. Kita masih menjadi sepasang suami istri dan masih terikat dalam pernikahan, dan itu enggak akan berubah... aku cinta sama kamu dan begitupun sebaliknya."Rangga tersenyum kecut mendengar perkataan dari Mira barusan. Dirinya cinta dengan Irene bukan dengan Mira, apakah cintanya selama ini pada Irene tidak membuat Mira tersadar?"Kamu konyol, bukankah kamu sendiri yang mengatakan. Aku enggak pernah cinta sama kamu dan kamu tahu itu, sejak awal aku enggak pernah cinta sama kamu dan itu enggak berubah. Semua yang aku tampilkan ke kamu itu palsu,"Air mata Mira sudah mengalir deras, ia tidak menyangka jika orang yang paling dicintainya akan melakukan hal yang tidak pernah ia duga seperti sekarang ini. Bagaimana bisa Rangga memakai topeng begitu tebal sampai ia tidak memahami sedikitpun suaminya selain fakta jika orang tercintanya malah mencintai or
Happy Reading Semuanya!Meskipun Irene juga berkecimpung di dunia yang sama dengan Rangga, pekerjaan tetaplah pekerjaan. Ia memiliki ranah yang berbeda divisi dengan suaminya yang tahu semuanya, Irene tidak mengerti dengan dunia bisnis serakah yang suaminya jalani untuk menggaji karyawannya dan ia juga tidak begitu tertarik dengan dunia bisnis itu meskipun Irene bekerja di tempat itu."Kamu tahu pak Erlangga? Dia mempunyai simpanan sekretarisnya sendiri," ungkap Rangga."Mas bukan hanya bekerja tentang bisnis, tapi tentang gossip juga sepertinya lancar." Sindiran dari Irene membuat Rangga hanya memasang wajah bingung."Kenapa? Bukankah perempuan suka bergosip?" tanya Rangga dengan tampang polos."Memang, bukan itu maksud aku Mas! Daripada membicarakan orang lain, bukankah seharusnya Mas ngaca dengan apa yang mas kerjakan? Aku juga simpanan Mas jatuhnya, bahkan sedang hamil. Saya sama orang yang dibicarakan sama Mas enggak jauh beda.""Kita b
Happy Reading Semuanya!"Kamu akan berapa lama ketemu sama si Risky?"Irene memutar matanya malas mendengar perkataan dari Rangga barusan, bukankah itu hak dirinya bertemu dengan orang tercintanya tanpa harus memberikan waktu lamanya ia disana."Saya akan mengabari Mas kalau acara saya sama Mas Risky sudah selesai, saya merindukan mas Risky karena sudah hampir tiga minggu kita enggak ketemu." Rangga berkacak pinggang memperhatikan istrinya tampak sibuk dengan peralatan make up nya."Enggak bisa begitu dong! Mas ini suami kamu, sudah seharusnya kamu enggak menemui lelaki yang bukan suami kamu dalam jangka waktu yang lama!" emosi dari Rangga terlihat sangat jelas disana. Irene hanya memutar matanya malas.Rangga kembali dengan pikiran labilnya."Tapi setelah acara dengan Mas Risky, saya ketemu sama teman-teman akrab saya... teman kantor saya juga. Saya harus tahu sudah sejauh mana saya meninggalkan perusahaan," ucap Irene tidak mau kalah.
Happy Reading Semuanya!Tidak banyak pembicaraan yang bisa dikatakan setelah kalimat dari Risky beberapa waktu yang lalu, tatapan matanya menatap lurus kearah depan. Risky juga lebih banyak terdiam dengan pikirannya sendiri dan tidak ingin mengganggu Irene yang lebih banyak diam."Apa kamu enggak lapar? Mau pesan makanan?" tawar Risky"Euhm... boleh,"Irene memperhatikan ponselnya yang menampilkan nomor dari suaminya itu, Rangga benar-benar tidak membuatnya tenang. Perempuan itu yakin jika suami tampannya masih berkeliaran di sekitarnya dan memantaunya.Pandangannya berdalih pada ketiga temannya yang kini sibuk melambaikan tangannya kearah dirinya dengan wajah sumringah. Suara membahana mereka membuat dirinya dengan Risky menjadi pusat perhatian pengunjung di sekitarnya.“Bayi polos aku yang enggak polos-polos amat!” teriak Erika sembari mencubit gemas pipi Irene di depannya itu.Irene benar hanya pasrah melihat tema
Happy Reading Semuanya! Mira menghentakkan kakinya kesal sembari memasuki rumahnya bersama kedua orang tuanya, rencana Mira untuk membuat luluh ibu mertuanya pupus sudah karena kedatangan sang adik. Bahkan dirinya di marahi habis-habisan oleh suaminya karena sudah membuat Irene tidak nyaman, semua yang dilakukannya tampak salah di mata Rangga. Mira hanya ingin menjadi yang terbaik dan mengembalikan sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya. Bukan adiknya. “Bagaimana? Berjalan dengan lancar?" tanya Heru Kepala Mira menggeleng dan membuat Heru hanya menghela napasnya kasar, “Sudah aku bilang ini enggak akan berhasil,” sahut Mira. “Kamu hanya perlu berusaha sedikit lagi,” “Kenapa sih Papa enggak paham? Sudah aku bilang kalau ini enggak berhasil!” teriak Mira membuat lelaki yang sedang duduk di sofa menatap sang anak. Kepala lelaki paruh baya itu sudah stress perkara sang istri ingin bercerai dan jangan lagi ada masalah yang masih berlanjut sampai membuat kepalanya pecah. “Bagaim
Happy Reading Semuanya!Rangga tidak bisa menahan senyumnya saat Irene terus mengikutinya selama memasak, meskipun sang istri hanya bersembunyi di balik punggungnya dan memeluknya erat. Sesuatu hal yang paling membahagiakan dan membuatnya berterima kasih pada janin di dalam kandungan Irene, kalau bukan karena dia mana mungkin Irene akan menempel seperti perangko dengan dirinya. Irene sedang mengalami mabuk ketika berjauhan dengannya.“Irene, saya mau menggoreng dan banyak minyak. Kamu mau tangan kamu terkena percikan minyak?” tanya Rangga“Duh! Memangnya Mas mau tanggung jawab kalau saya mual kaya tadi? Lagian Mas orang ter-jenius di Kantor, kenapa hal sekecil seperti ini saja enggak tahu gimana cara mengatasinya? Pokoknya saya enggak mau jauh-jauh dari Mas!” seru Irene sembari mengeratkan pelukkannya pada Rangga yang hanya menghela nafasnya pelan.“Tahu tidak? Apa bedanya kamu sama permen karet?” tanya RanggaIrene terdiam di balik punggung Rangga, “Apa?” tanya Irene“Sama-sama mene