Happy Reading Semuanya!
Rangga memang sibuk dengan pekerjaannya mengurus dokumen yang seharusnya ditangani oleh ayah mertua, tapi Irene yang tidak mau mengerjakan tugas di kantor hanya menjadi beban bagi Rangga karena ia terus melihat penampilan tubuhnya di depan cermin milik ayah mertuanya itu. Terlalu banyak perubahan yang terjadi pada Irene.
“Mas, merasa enggak sih kalau kandungan saya itu besar banget? Padahal usia kehamilannya kan baru 2 bulan jalan 3 bulan, kalau kaya begini saya seperti orang hamil berusia 5 bulan.” Irene menunjukkan perutnya yang sudah besar.
“Mas, lihat! Sudah keliatan besar kali ya? Saya bawa balon di perut saya ke mana-mana,”Rangga terkikik pelan mendengar penuturan dari sang istri barusan.
Ada-ada saja tingkah sang
Happy Reading Semuanya! Suara detak jantung tampak terdengar memenuhi ruangan di mana Irene saat ini tengah di periksa kandungannya, tatapan Rangga tampak terfokus pada layar di depannya yang menampilkan dua kantung janin di depannya itu. Irene benar kalau dia sedang mengandung anak kembar, semua firasat perempuan benar adanya. “Karena kandungan masih cukup muda, jadi kita menggunakan metode USG Transvaginal untuk mengetahui kondisi sebuah kehamilan kembar.” Rangga mengangguk mendengar penuturan dari dokter di hadapannya itu. “Saya enggak pernah duga kalau istri saya sungguhan hamil kembar. Istri saya sebenarnya sudah menduga hamil kembar tetapi karena enggak ada bukti saya tidak bisa mengatakannya, jadi bagaimana dok? Apakah perkembangan janin baik
Happy Reading Semuanya! “Mas, belanja baju dulu!” seru Irene Kepala Rangga menggeleng tidak setuju dengan perkataan dari Irene barusan yang tetap menginginkan untuk belanja dulu baru membeli kebutuhan dapur, “Makanan dulu Irene, ini sangat penting. Untuk baju kita bisa membelinya keesokkan harinya atau setelah membereskan sayuran ini dulu,” sela Rangga. Irene mempoutkan bibirnya kemudian menaiki troli besar di hadapannya itu, sepertinya Rangga memang sudah menyiapkan tenaga besar untuk mendorongnya kesana kemari mencari barang bersama dan tidak ingin meninggalkan risiko. “Jangan marah, ini semua untuk Baby Jelly dan Baby—“ “Baby candy,” sahut Irene dengan nada suara kesal.
Happy Reading Semuanya! Rangga tengah sibuk dengan belanjaan di depannya untuk di bayarkan ke kasir dan mereka bawa pulang dan Irene sendiri kini hanya sibuk memainkan ponselnya. Perempuan muda itu masih memikirkan berbagai macam komplikasi serta berbagai macam lainnya. Pekerjaan Rangga sudah bukan menjadi prioritas utama dan lelaki itu hanya memikirkan dirinya serta betapa lemahnya seorang Irene. Dirinya memang pengerusak segalanya, iris matanya memperhatikan tulisan yang ada di ponselnya itu. “Komplikasi kehamilan kembar pada ibu hamil,” gumam Irene. “Kamu baca apa?” tanya Risky Irene menoleh dan mata melotot terkejut memperhatikan Risky tengah tersenyum lembut pada dirinya, "Mas Risky kenapa ada disini? Mas engg
Happy Reading Semuanya! Suasana rumah megah milik keluarga besar Rangga terlihat ramai dengan perkumpulan sanak saudara yang rela datang jauh untuk menjenguk ibu dari Rangga ataupun untuk merayakan kehamilan kembar dari Irene yang membuat suasana semakin riuh, tapi itu tidak berlaku bagi Irene karena perempuan cantik yang menjadi istri Rangga itu tampak tertidur nyenyak di pangkuan Rangga yang sibuk mengusap kepalanya. Tidak salah jika Irene begitu nyenyak. “Bangunkan Irene dulu,” pinta Nia Sepertinya lelaki yang menjadi suami dari Irene tampak memiliki ide untuk membangunkan perempuan yang menjadi istrinya itu, perlahan bibir Rangga mendekat kearah wajah sang istri yang masih memejamkan matanya. Rangga mengecup Irene tepat dihadapan keluarga besarnya, tentu membuat sang istri kini berteriak nyaring melihat kelakuannya yang membangunkan dengan adegan lebih itu.
Happy Reading Semuanya! Rangga sibuk dengan perusahaannya dan tidak sempat untuk memasak atau melakukan kegiatan lain, selama hampir seminggu ini. Beruntung sang suami marahnya tidak membuat Irene harus membujuk sangat lama soal ia jatuh kemarin dan membuat semua orang khawatir setengah mati, apalagi kehamilannya masih rentan. Rencananya untuk membeli baju yang terasa sesak dikenakannya harus tertunda karena dirinya harus rest yang entah sampai kapan ketentuannya dan kerjaannya juga terbengkalai begitu saja. Memang sepertinya ia harus resign dari pekerjannya. “Irene, buatkan saya coffe bisa enggak?!”teriak Rangga dari dalam ruangan kerja di mana sang suami bisa memantaunya 24 jam aktivitasnya karena saking khawatirnya. “Iya, tunggu sebentar Mas!”sahut Irene.
Happy Reading Semuanya! Setelah selesai rapat dengan Rangga dan pekerja lainnya, Irene memang memilih untuk keluar dari ruangan dan tertidur manis di ruang tamu. Tentu, dalam keadaan kondisi televisi menyala. Irene memperhatikan jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 17.00 dan dirinya baru tersadar dari tidur panjangnya sejak pukul 2 tadi. Tidak biasanya rumah sepi dan biasanya jam segini sudah ada yang berteriak memanggil namanya, biasanya hitungan jam saja sudah beberapa panggilan untuk dirinya dari sang suami yang kini tampak senyap. “Mas Rangga sudah keluar rumah atau bagaimana?” gumam Irene Langkahnya berjalan menuju ruang kerja Rangga yang tertutup rapat, kalau sudah begini Irene tidak bisa lagi mengganggunya. Rapat bisnis dengan keluarga Ra
Happy Reading Semuanya! Tadinya Irene pikir Rangga baik-baik saja, tapi ternyata seorang Rangga bisa sakit juga. Biasanya Rangga yang akan mengurusi masalah kesehatannya tapi sekarang tampak lemah dan dirinya melakukan semuanya dengan perut menggembung karena kehamilannya. Tubuhnya benar-benar lelah sungguhan, bahkan tatapan matanya ikutan sayu dan hanya bisa tertidur dengan nyaman di atas sofa bukan di kamar yang khusus untuk tamu. “Irene, pindah di kamar saja ya?” suruh Nia sembari mengusap wajah Irene lembut. “Nanti tunggu Mas Rangga bangun Ma, lagian tenaga Irene sudah terkuras dan enggak bisa bangun lagi.” “Tunggu Papi biar bisa bopong kamu ke kamar ya, ingat Irene kamu juga rentan untuk sakit dan kamu juga sedang hamil.” Irene hanya mengangguk mengiyakan
Happy Reading Semuanya! Kalau dihitung mungkin kandungan Irene saat ini berkisar 15 minggu sejak terakhir pengecekkan dokter kandungan dan Rangga sakit, semuanya bajunya tampak longgar akibat perutnya yang semakin membesar mungkin membuncit sekitar 5 cm dari sebelumnya dan tentu saja Irene tidak terlalu bisa menutupinya lagi. Sebagai janji Rangga untuk membelikan pakaian untuk dirinya setelah keadaan cukup membaik, akhirnya mereka tersampaikan juga bisa pergi ke tempat pakaian yang diinginkan oleh Irene. Semua baju rasanya hampir terasa sesak dikenakannya. “Mas, jangan buru-buru ih! Saya itu lagi hamil jadi harus pelan-pelan!”seru Irene. “Ayo Irene, bukankah kamu yang ingin membeli pakaian terbaru? Kenapa kamu enggak bersemangat? Padahal kamu sama sekali enggak