Celine terkesiap mendengar pertanyaan dari mama mertuanya. Dalam hati dia menggerutu kesal pada sang suami. 'Semua ini gara-gara Sean. Apa yang harus aku katakan pada Mama jika dia sendiri telah melihatnya? Lagi pula, kenapa dia berada di sini? Bukankah dia seharusnya berada di kantor? Apa mungkin hasil tesnya sudah keluar? Atau ada alasan lain?' "Apa mungkin keberadaan Sean di sini ada hubungannya dengan wanita jalang itu dan bayinya?" tanya wanita paruh baya tersebut, tanpa mengalihkan pandangannya daei sang putra. Seketika hati Celine merasa seperti disayat oleh benda tajam. Istri dari Sean itu, baru saja mengingat saat wanita yang merupakan mantan tunangan dari suaminya, telah mendatangi mereka malam itu untuk meminta Sean membawa bayinya ke rumah sakit. 'Apa mungkin benar yang dikatakan oleh Mama? Jika memang benar, maka tidak akan ada ampun lagi untukmu, Sean! Kamu mengantar anak selingkuhanmu ke rumah sakit, sedangkan Hero yang sedang sakit, kamu biarkan aku dan Mama yan
"Tidak mungkin. Pasti ini tidak benar, bukan? Pasti ada rekayasa di balik semua ini. Apa kalian sengaja membuat keluarga kami hancur dengan berita ini, hah?! Tidak. Saya tidak akan membiarkan kalian memfitnah dan mencemarkan nama baik keluarga kami," tegas sang nyonya besar Mayer pada dokter Mona yang telah memberitahukan semua hasil tes Sean dan tes lanjutannya." Berbeda dengan ibu mertuanya, Celine hanya diam, dan berkutat dengan pikirannya sendiri. Tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya untuk menanggapi penjelasan dari sang dokter. 'Apa mungkin benar dugaan dokter Mona waktu itu? Apa karena hal itu aku tidak bisa hamil?' Seketika direktur rumah sakit tersebut kebingungan mendengar ancaman dari Anna yang merupakan istri dari donatur terbesar rumah sakit mereka. Tanpa berpikir panjang, dia pun berkata, "Dokter Mona! Jika belum pasti, jangan pernah memberitahukan pada pasien atau keluarganya! Bagaimana jika ada kesalahan dan hasilnya berbeda dengan dugaan dokte
Di dalam ruangan kerja Antonio Mayer, kini putra keduanya dan sang istri telah duduk menghadapnya. Sepasang suami istri tersebut merasakan atmosfir kemarahan dari sang papa. Sedangkan Anna, dia duduk di sebelah suaminya, dengan menatap penuh kesedihan pada putra dan menantunya."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam rumah tangga kalian? Kami tidak pernah sekali pun ikut campur dalam rumah tangga kalian. Tapi, sepertinya kali ini kami tidak bisa tinggal diam lagi. Beritahukan pada kami, semua yang terjadi, tanpa ada yang kalian tutup-tutupi," ujar Antonio dengan tegas, seolah tidak mau dibantah sedikit pun.Sontak saja sepasang suami istri muda itu saling menoleh, dan saling menatap penuh tanya. Sean yang terburu-buru pulang dari kantor karena panggilan sang papa, kini harus menghadapi kemarahan papanya."Kenapa kalian diam saja? Jawab!" sentak sang penguasa rumah tersebut.Seketika Sean dan istrinya terkejut, dan mereka berdua ketakutan dengan sosok Antonio Mayer yang sangat menakutkan
Seketika semua pasang mata tertuju pada Celine Federick yang menjadi menantu dari keluarga tersebut. "Tidak!" ujar Sean dengan suara meninggi.Tatapan matanya menghunus pada wanita berparas cantik yang duduk di sebelahnya. Dia tidak terima, jika sang istri menggugat cerai padanya. 'Enak saja kamu ingin bercerai denganku, setelah aku susah payah menahan kemarahanku karena hubungan terlarang dengan Dave. Bahkan aku berusaha untuk menerima Hero menjadi anakku. Tidak akan aku biarkan hal itu terjadi. Aku harus tetap mempertahankannya, agar Hero tetap menjadi anakku, dan membuatku menjadi ayah dari penguasa semua kekayaan keluarga Mayar,' batin Sean dengan menatap sang istri penuh kemarahan."Stop! Celine, sebaiknya kita selesaikan dulu masalah ini. Jangan malah menambah masalah yang ada," tutur Antonio dengan tegas, seolah tidak ingin dibantah."Maaf," ucap sang menantu, sembari menundukkan kepala, dan memainkan jemari tangan yang berada di pangkuannya."Jangan meminta maaf sekarang. Le
"Apa?!"Sontak saja kedua orang tua Dave bersamaan menanggapi perkataannya. Mereka terlihat terkejut dan tidak percaya dengan pendengarannya.Dave menatap kedua orang paruh baya tersebut secara bergantian, dan merutuki kebodohannya karena mengatakan fakta yang selama ini mereka tutupi. Bukan karena tidak mau bertanggung jawab, dia hanya tidak ingin wanita yang telah melahirkan anak mereka menerima hujatan dan cacian dari keluarganya."Apa yang kamu katakan, Dave?!" tanya sang papa dengan meninggikan suaranya."Kenapa Hero bisa jadi anakmu? Apa hubunganmu dengan Celine lebih dari sekedar saudara ipar?" sambung sang mama dengan menyipitkan matanya, menatap penuh curiga pada Dave.Seketika pria berstatus duda itu terlihat gugup dan salah tingkah. Dia kembali duduk dan mencoba untuk menenangkan hati serta pikirannya. "Dave!" panggil sang papa dengan tidak sabarnya."Tidak. Hubungan kami hanya sebatas saudara ipar saja," jawabnya dengan asal."Kamu pikir kami percaya, Dave?!" sahut kembal
"Dave!" Seketika sang kakak ipar terkesiap. Suara wanita yang menjadi penghuni hatinya, kini menyadarkan dari lamunan. "Ya. Ada apa?" tanyanya sambil tersenyum kikuk. Celine mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan pria yang ada di hadapannya. "Bukankah kamu ingin mengatakan sesuatu tadi, karena itulah kamu ke sini?" Sontak saja Dave teringat akan tujuannya menemui wanita yang telah melahirkan putranya. Tanpa basa-basi, dia pun berkata, "Apa hasil tes DNA milikku dan Hero ada padamu?" "Apa? Tes DNA? Untuk apa?" celetuk Celine dengan gugup. Dave menatap lekat manik mata sang wanita, mendalami perasaan yang tersimpan di dalam matanya, dan berkata, "Aku ingin menyimpannya. Itu satu-satunya bukti yang menyatakan bahwa Hero adalah putraku." Wanita bermata almond itu menghela nafasnya. Dia menatap intens mata sang kakak ipar, seraya berkata, "Untuk apa, Dave? Tidak akan ada yang berubah meskipun dunia mengetahuinya. Yang ada mereka malah mencemooh kita. Kamu tahu artinya itu, b
Seruan dari Celine membuat kedua pria tersebut menoleh ke arahnya. Semua orang pasti mengatakan jika dia sangat beruntung karena diperebutkan oleh kakak beradik dari keluarga Mayer."Apa kalian tahu, jika dengan bersikap seperti ini, kalian malah membuat orang lain berpikiran buruk padaku dan juga Hero?!" ujar Celine dengan suara yang bergetar, disertai matanya yang berkaca-kaca.Seketika kedua pria kakak beradik tersebut sadar akan sikap egois mereka. Sayangnya Mayer bersaudara itu masih tetap menginginkan Celine untuk menjadi wanitanya."Sayang, aku tidak pernah bermaksud seperti itu. Percayalah padaku. Aku selalu menjagamu dan Hero agar tidak ada yang merendahkan kalian," ucap Sean sembari berjalan menghampiri sang istri, dan berusaha meraih kedua tangannya.Namun, Celine segera menghempaskan tangan suaminya, seraya menatap penuh kebencian dan berkata,"Tidak ada yang bisa aku percaya darimu, Sean. Setelah aku berkali-kali memberimu kesempatan, saat itu juga kamu membuat kesempatan
Cara Antonio menyelesaikan masalah memang berbeda. Dia lebih suka menggunakan otaknya daripada menggunakan tenaganya. Seperti saat ini. Tanpa dia berusaha mencari tahu tentang ayah biologis dari cucunya, dua orang putranya tanpa sadar memperebutkan bayi mungil tersebut."Tutup mulutmu, Dave!" sentak sang adik dengan tatapan penuh amarahnya."Kenapa? Hero memang anakku. Jadi, jangan pernah lupakan fakta itu!" ujar Dave seraya menunjuk dada adiknya, seolah sedang menantangnya.Sean menyeringai mendengar sang kakak yang untuk pertama kalinya mempublikasikan hubungannya dengan putra kebanggaan keluarga mereka. Tangannya mengepal kuat, ingin mendaratkan bogeman mentahnya pada wajah tampan sang kakak. Hanya saja dia masih memiliki kesadaran saat ini. Mereka berdua berada di hadapan sang mama yang sedang memperhatikan kakak beradik tersebut."Kamu juga jangan melupakan fakta bahwa ibu dari bayi itu adalah istriku. Jadi, tidak mungkin jika Hero adalah anakmu, Dave. Kecuali kalian--"Ucapan Se