Di saat suasana sedang genting Al bertanya kepada Kyara apa yang sedang terjadi kenapa semua orang menjerit ketakutan.
“Gadis kecil ada apa ini?” Al bertanya dengan nada panik dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Terlihat dia sangat ketakutan karena situasi yang mereka alami.
“Tidak apa-apa Al, kamu harus selalu bersamaku, ya.” Kyara menjawab dengan lembut. Tak ada nada ketakutan yang keluar dari pita suaranya. Ia memeluk Al lebih erat sembari mengusap kepalanya berharap hal itu dapat menenangkan Alviano.
“Gadis kecil, kita harus telepon Febian.” Al mengusulkan untuk menelepon Febian.
“Iya benar, ah, kenapa aku bisa melupakannya. Kamu punya nomor Febian?” Gurat kebahagiaan muncul di wajah Kyara. Ia kemudian melepaskan pelukannya dari Alviano. Kyara yang melihat ada jejak air mata di sudut mata Al langsung mengusapnya dengan lembut.
“Nomor Febian selalu Al ingat.” Al menjawab dengan raut wajah polos kemudian menyerahkan ponselnya kepada Kyara u
Up lagi
Di lain sisi William sedang meratapi nasib perusahaannya karena lagi-lagi data-data penting perusahaan dicuri yang membuat harga saham merosot dengan sangat cepat. Beberapa penginvestasi pun menarik saham mereka, utang perusahaan di mana-mana. Hal, itu membuatnya hampir gila. Perusahaannya pun belum mendapatkan kejelasan kontrak mengenai kerjasama yang bernilai satu milliar itu. Begitu banyak kendala yang perusahaannya alami, sehingga saat ini perusahaan berada di masa krisis. “Kenapa jadi begini, sebulan yang lalu perusahaanku baik-baik saja, terkutuklah kamu Febian dan juga keponakan durhaka!” William berkata dengan nada frustasi karena masalah datang menimpannya silih berganti. Namun, diirinya belum ingin menyerah untuk mengembalikan situasi perusahaannya yang semakin hari semakin memburuk. Masih ada harapan untuk membalikkan keadaan. Iya, jika perusahaannya mendapatkan kerjasama itu, maka semuanya akan baik-baik saja. “Aku harus mendapatkan kontrak kerjas
Riuh tamu undangan memenuhi aula sebuah rumah mewah. Furniture pernikahan berjejer rapi di setiap jalan masuk. Karpet merah membentang dari arah luar hingga dalam, banyak mobil mewah yang terparkir di area parkir rumah tersebut. Tamu undangan yang mengenakan pakaian mewah dan rapi tampak tersenyum saat memasuki aula acara tempat berlangsungnya sebuah pernikahan. Di dalam, berbagai hidangan sudah tersaji, kue-kue di setiap meja tertata rapi. Berbagai jenis bunga tampak menghiasi beberapa tempat. Rumah megah itu sedang melangsungkan sebuah pernikahan yang sangat mewah, tamu yang berdatangan didominasi oleh para pebisnis, serta masyarakat yang khusus diundang oleh Bram–Ayah Kyara. Ya, hari ini sesuai waktu yang telah disepakati, Alviano Arga Dinata dan Kyara Angela Wijaya akan segera melangsungkan pernikahannya beberapa menit lagi. Banyak yang memperbincangkan tentang Alvino–pria idiot yang menjadi CEO sekaligus atasan mereka. Meskipun, dia idiot m
Kembali pada Kyara, banyak yang menatap Kyara dari tatapan kagum iri dan juga benci. Seperti yang Alexa dan Alexina layangkan ke arah Kyara, menatap Kyara seperti ingin memakannya saja. Namun, Kyara mengabaikan tatapan mereka. Ia menganggap bahwa mereka tak pernah ada di hari bahagianya saat ini. Di atas Altar sudah ada Al yang menunggu sang mempelai wanita. Kyara berjalan diapik oleh Bram menuju Altar. Karpet merah membentang dari arah tangga sampai ke altar pernikahan. Di sisi lain Al juga sangat tampan dengan pembawaannya yang tenang, tidak ada lagi kesan anak-anak seperti biasanya. Al menampilkan senyum terbaiknya kepada Kyara yang disambut baik oleh Kyara. Meskipun Kyara sedikit aneh. Namun, ia tidak menunjukkannya. Menurutnya, kali ini Al tidak seperti orang idiot dia seperti orang normal kebanyakan. Akan tetapi, Kyara tidak memikirkannya lebih jauh. Sesampainya di altar Bram menyerahkan tangan Kyara kepada Al yang disambut baik oleh Al. Setelah
Begitu banyak ucapan selamat yang diberikan kepada pasangan baru Kyara dan Alviano sangat berbanding terbalik dengan perlakuan para tamu terhadap pasangan Damien dan Alexa, tatapan menghina serta mengejek senantiasa mereka layangkan kepada pasangan tersebut. Amanda—Ibu Damien hanya menahan rasa bencinya karena insiden seminggu yang lalu. Nama keluarga mereka tercoreng, teman-teman sosialitanya bahkan sudah sudah berani menghina dirinya, wanita itu merasa bahwa semuanya karena ulah Kyara. Amanda hanya bisa menatap penuh benci ke arah Kyara dan Alviano. Namun, dia harus tetap tenang untuk menghadapi semuanya. Sementara itu, di tempat Kyara dan Al pasangan itu dihampiri oleh seorang gadis cantik tak lain adalah Anna Kharisma—sahabatnya. “Cie, yang udah sah aja, udah jadi Nyonya Dinata, nih.” Senyum menggoda itu terbit kemudian. “Hm, makasih, Na. Kamu juga buruan minta si Febian halalin kamu.” Kyara berucap dengan nada bercanda. “Ih, apaansi kamu, siapa j
Saat ini, jam telah menunjukkan angka sembilan lewat tiga puluh menit. Para tamu sudah banyak yang pulang, sebelum pulang mereka berpamitan kepada sang tuan rumah dan para pengantin baru. Febian melihat jam tangannya dan jam telah menunjukkan angka demikian, dirinya heran kenapa mereka belum menjalankan misi mereka. Febian mengkode Al, pria itu hanya berkedip untuk mengisyaratkan mereka harus menunggu sebentar lagi, dan benar saja kurang dari lima menit Alexa berteriak. “Kyara sini kau!” Teriakan Alexa menarik perhatian para keluarga inti, Bram yang melihat Alexa meneriaki Kyara yang sedang duduk lantas ingin mendekati Kyara. Namun, dirinya mengurungkan niat menunggu apa yang akan Alexa lakukan lagi. Dengan tidak tahu malu, Alexa menarik kasar tangan Kyara karena para tamu sudah pulang yang tersisa hanya keluarga inti saja jadi dia berani melakukan hal yang tak dipikirkan oleh sebagian orang. “Alexa, apa yang kamu lakukan? Lepaskan Kyara putriku!”
Mereka telah sampai di rumah sakit yang masih di bawah naungan perusahaan Alviano, Al yang penuh kepanikan langsung menggendong tubuh lemah Kyara yang sudah kehilangan rona hidup masuk ke dalam rumah sakit. “Suster!” teriak Al panik dan membuat beberapa pasien terjengit kaget. Beberapa perawat rumah sakit langsung mengambil brangkar untuk digunakan membawa Kyara ke ruang ICU. Al langsung meletakkan Kyara ke tempat tidur rumah sakit tersebut, kemudian membantu suster untuk mendorongnya menuju ke ruang ICU. “Please, selamatkan istri saya,” mohon Al kepada dokter yang datang setelah melihat pemilik rumah sakit itu membawa seorang gadis yang mereka yakini adalah istrinya karena terbukti dengan gaun pengantin yang dikenakan oleh Kyara, gaun putih itu telah kehilangan keindahannya akibat warna merah pekat menghiasi. “Baik, Pak, kami akan melakukan yang terbaik,” jawab dokter itu kepada Al. Kyara langsung dimasukkan ke ruang ICU
Seorang pria yang memiliki paras tampan terduduk di kursi rumah sakit yang disediakan untuk menjenguk pasien. Pria tampan itu adalah Alviano Arga Dinata yang sedang menatap seorang wanita yang tertidur pulas di ranjang rumah sakit seakan tidak terpengaruh akan keributan yang terjadi di dunia luar, manik indahnya masih senantiasa bersembunyi enggan untuk menyapa dunia kembali. “Ra, bangunlah, Sayang,” gumam Al parau sambil sesekali mengecup tangan mulus Kyara yang tak terpasang selang infus. Al tanpak kacau pakaian yang semalam yang ia kenakan masih melekat di tubuhnya tanpa ada niatan untuk menggantinya. Ceklek! Suara pintu dibuka, Bram berdiri di ambang pintu sembari menatap tak berdaya menantunya yang masih menunggu istirnya untuk segera sadar, ia kemudian menghampiri sang menantu yang nampak sangat kacau dari semalam ia telah menemani gadisnya yang masih tertidur pulas di rajang rumah sakit. Walaupun gadis itu telah dipindahka
Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit, ahirnya Kyara di perbolehkan untuk pulang oleh dokter. “Yes, akhirnya bebas dari tempat terkutuk ini,” ujar Kyara senang. Al yang melihat tingkah sang istri hanya geleng-geleng kepala. “Semuanya sudah siap?” tanya Al memastikan tidak ada lagi yang tertinggal. “Iya, ayo kita pulang,” ucap Kyara bersemangat yang dibalas angukan oleh Al. Hanya ada Al yang menemani kepulangan Kyara karena Anna dan juga bram tiba-tiba mempunyai urusan yang tidak dapat ditinggalkan ataupun diwakili entah apa itu mereka tidak ingin mengambil pusing. Namun, yang Al tahu ini mengenai kontrak kerjasama yang akan dilakukan oleh Bram dengan perusahaan itu. Setelah menempuh perjalanan yang kurang dari tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di sebuah rumah bergaya eropa klasik, mereka sekarang berada di rumah Al, rumah yang tampak dijaga oleh banyak pria yang menggunakan rompi dan senja lengkap, di rumah itu suda