Setelah mengelabuhi pengawal di gerbang bahwa dia hanya akan pergi bermain di kediaman Paman Bai yang dekat, dan Jing Li akan segera menyusul, mereka melepaskannya.
Kemudian, hasilnya adalah dia hanya pergi sambil merenung, berjalan kemanapun kakinya ingin melangkah. Karena selain keluarga Mei, dia tidak mengenal dunia luar sama sekali. Pilihan untuk pergi ke rumah Kakek Chu atau Paman Bai ia singkirkan, mengingat bahwa keduanya pasti tidak akan segan mengantarkannya kembali pada keluarga Mei setelah mengetahui duduk permasalahannya.
Sekarang, melihat ke arah sekelilingnya, jalanan besar dan ramai, mobil hilir mudik, begitu juga dengan manusia yang sangat sibuk dengan dunia mereka. Tidak ada yang memperhatikan remaja kekanakan seperti dirinya yang kehilangan arah dan tidak tahu kemana dia harus pergi setelah ini.
Kenapa juga dia ingin meninggalkan Kediaman Mei?
<Akhirnya muncul salah satu anak kesayangan saya di cerita ini, Huan-huan, sttt, spoiler bukan ya, tapi Huan-huan ini duplikatnya Mu Qixuan. Terimakasih sudah mau singgah di sini, you're precious.
Saat ini, keheningan menyelimuti mereka berdua. Houran meremas sudut pakaiannya yang berantakan, dan dia merasa sedikit malu, segera saja ia bergegas membenahi pakaiannya, meskipun dua kancing teratas telah terlepas dan bahkan bagian lengan memiliki kesobekan yang hampir sepanjang jari telunjuk orang dewasa. Alhasil, dia semakin salah tingkah. Tetapi, masih tidak bisa menahan diri untuk berbicara, "em, itu ... terimakasih, sudah menolongku." Pihak lain hanya meliriknya sebentar, tampaknya tidak ingin berbicara. Houran hanya menunduk dan sepertinya tidak keberatan dengan keheningan pihak lain, lagipula dia sudah cukup berhutang budi kepada pihak lain, tidak perlu memaksanya hanya untuk berbicara. Tetapi, tepat ketika dia berpikir mereka akan terus berada dalam keheningan, orang di sebelahnya berbicara, "bukan un
"Bocah, apakah kau bercanda denganku?" Meskipun sempat linglung dan terkejut untuk sementara waktu, Fan Lihuan akhirnya mampu kembali pada kenyataan dan melepaskan diri dari cengkraman remaja di sampingnya itu, dia kembali pada wajah tanpa ekspresinya dan merebahkan diri ke arah dinding. Tetapi remaja itu jelas tidak menyerah kepadanya, "aku bersungguh-sungguh! Aku bisa membeli paha ayam sebanyak apapun yang kau inginkan!" "Menyombongkan diri?" Houran bingung juga sedikit kesal, "aku tidak begitu! Aku hanya mau kau tahu bahwa aku benar-benar bisa membelikanmu banyak paha ayam, jadi percayalah, dan pulang bersamaku!" Fan Lihuan tidak tahu bagaimana anak ini bisa membuatnya banyak bicara, tapi dia tetap berkata, "sekarang kau ingin pulang? Tidak lagi melarikan diri?" Houran tertunduk malu.&
"Astaga, Ran-ran! Apa yang terlah terjadi kepadamu? Paman Li, segera panggil Fan Mingli!" Houran yang baru saja melangkahkan kaki memasuki rumah sudah menerima sambutan berupa kecemasan Jiayi yang hampir menyerupai Nyonya Mei. Ia menunduk dan tentu saja merasa bersalah karena tindakan kekanakan yang ia lakukan yaitu melarikan diri dari rumah tanpa berpikir dua kali sebenarnya menyebabkan begitu banyak keributan dan kekacauan. Mu Qixuan melangkahkan kaki dengan mantap, dan menatap ke arah para personel polisi yang menemani Houran kembali, ia mengangguk kepada mereka,"terima kasih atas semua bantuan kalian." Para polisi itu seharusnya memang disegani, tetapi melihat wajah gugup dan senyum salah tingkah para polisi muda ini, sepertinya Houran berharap terlalu banyak, apalagi ketika mendengar salah satu polisi itu melangkah maju dan berkata, "sungguh, bukan apa-apa. Jarang seka
"Bagaimana? Apakah ada luka parah di tubuhnya?" Houran mendesak Fan Mingli untuk segera berbicara karena pihak lain sengaja terdiam selama beberapa detik dan bertingkah seperti seorang dokter handal yang semakin membuatnya kesal. Di sini lain, Fan Lihuan meneguk susu coklat dan menemukan itu adalah tegukan terakhir dari botol di tangannya, ketika ia melirik bocah di sampingnya itu, "kau terdengar sangat mengharapkan ada luka?" Houran menatapnya, bingung, "aku tidak. Tunggu, apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?" Fan Mingli menepuk bahu Fan Lihuan dan menggelengkan kepala padanya, "jangan heran, anak ini, dia sedikit konyol, tetapi dia adalah pangeran di kediaman ini. Jadi, bahkan jika kau kesal, aku menyarankan kau untuk menahannya." Fan Lihuan hanya mengangguk, dia masih menekuni botol kosong di tangannya,
Jing Li sedang duduk sendirian di ruangan itu, hanya ada Bubu yang merebahkan diri di depan kakinya, dan menatapnya dengan dua mata yang berbinar, ia takut itu adalah jebakan karena saat ini ada cookies coklat kesukaan anjing ini, itu pasti tengah mencoba untuk membuatnya lengah untuk mendapatkan cookies. Tiba-tiba dia tertawa sendiri, mengusak bulu hitam yang lembut di kakinya, "lihatlah dirimu, masih begitu bersemangat setelah bermain sedemikian rupa. Tuan muda sudah kelelahan tapi kau masih terlihat tidak puas?" Bubu yang berada di kakinya hanya menggelengkan kepalanya bolak-balik, mungkin mencoba menebak apa yang dikatakan oleh manusia di hadapannya. Melihat pemandangan ini, tentu saja Jing Li luluh. Jiwa kerasnya yang ditempa oleh hasil pelatihan selama menjadi pengawal tidak lagi berlaku jika itu harus melawan kelucuan makhluk di depannya.
"Hei, sedang apa kau di sini sendirian? Tidak bersama Ran-ran?" Mingli yang baru saja menyelesaikan jam tidur dan mengusir rasa kantuknya, berjalan-jalan di sekitar kolam ketika menemukan bocah yang dibawa oleh Ran-ran ini duduk sendirian di samping kolam. Dia mengambil keputusan untuk menyapanya, dengan pikiran buruk bahwa pihak lain mungkin saja ingin melompat ke kolam di sampingnya. Itu juga akan merepotkan dia sebagai dokter tentunya. Bocah itu menatapnya, lantas menggeleng, "Ran-ran masih tidur." "Hah? Masih tidur?" Fan Mingli hampir berpikir dia salah dengar, "aku sudah berpindah di dua tempat dan dia bahkan belum bangun? Hebat sekali." "Dia lelah." "Kau benar," dia bergabung untuk duduk di sebelah bocah itu. "Setelah semua ini, bukan hanya fisik, tapi aku yakin psikisnya juga pasti sangat letih."
Kepala Fang baru saja memeriksa lingkungan sekitar dan juga mengingatkan beberapa pengawal akan kinerja mereka, terutama pengawal yang bertugas di bagian gerbang, yang kemarin telah ketahuan lengah menghadapi siasat dari Tuan muda ketiga. Sebenarnya, ia juga tidak ingin menyalahkan mereka, karena prioritas bagi para pengawal adalah mematuhi perintah tuan mereka sebelum memastikan keamanan. Dia sendiri yang menekankan hal itu. Sekarang, dia masih bisa mendidik mereka sedikit, karena Tuan Mei, sedang keluar menjernihkan kepala terkait dengan keputusannya untuk berpisah dengan Nyonya. Meskipun dia hanya bagian dari pelayan yang bekerja untuk Keluarga Mei ini, dia juga masih tidak ingin mendukung tindakan ini, dia lebih suka keluarga yang utuh, mengingat masih ada Tuan muda ketiga yang belum sepenuhnya dewasa, dia tidak ingin anak ini menerima
[Mei Jiayi's Side] "Hei, Jing Li, apa yang kau lakukan berdiri sendirian di sini? Tidak bersama Ran-ran?" Jiayi baru saja berniat mengambil jus mangga ke arah dapur karena para pelayan sepertinya sibuk dan dia enggan menyuruh mereka. Tetapi, dia menemukan pengawal yang biasanya berada di samping Didi-nya itu berdiri dengan linglung di tangga rendah menuju kediaman samping. Mengapa rasanya ia semakin sering melihat pengawal, yang dia sendiri mulai hafal namanya adalah Jing Li, tidak berada bersama dengan Ran-ran. Ketika mendengar suaranya, pengawal itu buru-buru membungkuk ke arahnya dengan raut wajah bersalah, mungkin menyadari bahwa dia telah ketahuan tengah melamun. "Selamat sore, Nona. Tuan muda sedang berbicara dengan Kepala Fang. Tidak baik jika saya ikut menguping jadi saya menyingkir sejenak." &n