Leon berdecak kesal saat Alea menghalangi jalannya.
“Lo bisa enggak sih jauh-jauh dari gue!” bentak Leon, bahkan ia tak segan-segan mendorong tubuh Alea agar menjauh darinya.
Hampir saja Alea jatuh tersungkur, namun Alea sangat baik dalam menjaga keseimbangan tubuhnya hingga ia tidak jadi jatuh.
“Leon kdrt mulu sama Lea! Baru juga pacaran gimana nanti kalo kita udah nikah coba?” ucap Alea tanpa dosa, padahal di samping Leon ada Qila, namun Alea tidak peduli. Alea menganggap Qila seperti sosok yang tak kasat mata.
“Apaan, sih! Dasar cewek gila!” maki Leon tepat di depan wajah Alea.
Bukannya marah Alea justru tertawa. “Iya, Leon. Alea juga sayang kok sama Leon,” balasnya sambil terkikik geli.
Alea sama sekali tidak sakit hati dengan ucapan Leon. Sudah biasa Alea mendengar Leon mengatainya dengan kata-kata kasar lainnya. Alea tidak peduli, sangat tidak peduli. Lagi pula ada yang lebih sakit dibandingkan dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulut Leon, yaitu kebohongan papanya.
“Lo mending pergi deh, Al! Enggak malu apa diliatin orang-orang. Gue kalau jadi Lo sih malu!” Itu Qila yang bersuara. Ia kepalang kesal pada saudaranya itu, karena selalu mengganggunya saat sedang bersama Leon.
Qila heran, apakah Alea tidak mempunyai urat malu mendekati pacar orang dan berujung penolakan. Bahkan pacarnya itu tak jarang menghina Alea, mengata-ngatainya dengan kasar.
“Eh, diem deh anak haram! Lo enggak usah ikut campur!” sentak Alea.
Leon terkejut mendengar Alea menyebut Qila dengan sebutan anak haram. Ia menatap nyalang pada perempuan itu. Terlihat jelas sekali jika Leon tengah marah, namun sekali lagi Alea tidak peduli. Mau Leon marah atau tidak Alea tidak peduli.
“Lo—“ Leon menunjuk Alea dengan telunjuknya tepat di depan perempuan itu.
Alea mendengkus, Leon ini menggelikan sekali ternyata.
“Leon gitu banget deh liatin Lea-nya. Lea cantik ya, makanya Leon lihatin Lea-nya gitu benget.” Dengan PD-nya Alea berkata seperti itu.
Leon memejamkan matanya, otaknya benar-benar mendidih. Perempuan di depannya ini benar-benar menguji kesabarannya. Alea mirip devil yang sering mengganggu manusia.
“Lo bener-bener gila, ya?! Lo enggak ada sedikit pun rasa malu gitu?” Leon tidak habis pikir, Alea itu cantik. Tapi kenapa Alea mempunyai sikap tidak tahu malu seperti ini? Leon menyayangkan sikap Alea yang seperti ini.
“Ngapain Alea malu? Alea 'kan bukan anak hasil perselingkuhan hehe,” balas Alea seraya menyindir Qila yang saat ini tengah mengepalkan tangannya. Mungkin Qila tersinggung dengan ucapannya.
Eh, ngapain Qila tersinggung itu ‘kan emang fakta!
Qila tahu sekali jika Alea kini tengah menyindirnya, namun Qila memasang wajah temboknya. Ia tidak peduli apa yang Alea katakan. Lebih tepatnya Qila sedang jaga image di hadapan orang-orang. Selain itu Qila tahu kalau Leon pasti akan berbuat sesuatu untuk membelanya. Tidak mungkin ‘kan Leon diam saja saat dirinya dihina oleh Alea.
“Lo bener-bener udah sinting ya, Al?!” sentak Leon.
“Leon kaya gini juga karena mikirin Leon mulu tau!” sewot Alea, pura-pura marah.
Suasana kantin semakin ramai. Banyak sekali siswa dan siswi melihat pertengkaran antara Alea, Leon, dan juga Qila.
“Sayang, kita pergi aja dari sini yuk. Enggak usah ladenin dia—“
“Idih ... anak haram pergi deh! Pake segala ngajak pergi pacar gue! Lo enggak malu gangguin gue sama pacar gue?” ledek Alea. Melihat wajah Qila membuat emosi Alea terpancing. Wajah Qila sebelas dua belas dengan Mila.
“Cukup papa gue aja yang Lo rebut! Pacar gue jangan!” sentak Alea, mencoba memberi peringatan kepada Qila.
“Gue enggak pernah rebut papa Lo! Kalau Lo lupa dia juga papa gue!” balas Qila yang tak kalah sengitnya dengan Alea. Ia tidak terima Alea mengatakan jika ia merebut papa dari Alea. Justru Alea ‘lah yang merebut papa darinya.
“Oh papa Lo juga, ya? Kok di akta kelahiran Lo enggak ada nama papa gue, sih?” Alea membalas dengan sinis. Alea melihat wajah Qila berubah menjadi pucat.
Memang benar apa yang di katakan olehnya. Dalam akta kelahiran Qila, nama ayah kandung yang tertulis adalah nama mantan suami tante Mila, bukan nama papanya.
“Yang tercatat sebagai istri papa gue itu masih mama gue dan anaknya gue! Bukan Lo sama mama Lo! Mama Lo sama papa gue Cuma nikah siri kalau Lo lupa!” Qila semakin terpojok dan sialnya Leon hanya diam saja. Entah Leon kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan Alea atau justru Leon ilfeel kepada Qila setelah mendengar perkataan Alea yang 100% benar.
“Selama ini papa gue selalu nyembunyiin kalian, ‘kan? Haha, enggak pernah kan Lo diajak jalan-jalan keluar waktu kecil sama Papa? Kalau pun jalan-jalan, ya enggak jauh-jauh dari hotel. Papa pasti nyari tempat sepi haha ... secara selingkuhan gitu. Mesti disembunyiin, karena kalau sampai ketahuan bakal jadi aib!” ledek Alea.
Qila menunduk kepalanya. Ia merasa malu mendengar apa yang dikatakan oleh Alea. Perkataan Alea memang benar. Sewaktu ia kecil keberadaannya dan juga mamanya disembunyiin rapi sama papa. Bahkan kalau mereka ketemu pasti nyari tempat yang aman, yang enggak bakal ketahuan sama orang-orang.
Mungkin dulu Qila tidak mengerti, kenapa papanya melakukan demikian. Tapi sekarang ia mengerti, ia dan mamanya adalah aib.
Plak! Plak!
Orang-orang terkejut saat melihat Leon berani menampar wajah Alea. Mereka tidak mengira Leon akan melakukan hal demikian Cuma gara-gara membela Qila, pacarnya.
Alea memegangi pipinya yang terasa panas. Selain perih, ia juga merasa malu. Untuk pertama kalinya ia ditampar. Dan yang menamparnya adalah Leon. Laki-laki itu tega menamparnya karena tidak terima Qila dihina.
“Lo cewek tapi kok bisa rendahin kaum Lo sendiri dengan cara ngomong kaya gitu?! Lo kurang didikan sih, makanya mulut Lo juga asal nyeplos!” Leon benar-benar murka kepada Alea. Bisa-bisanya Alea memeberkan aib keluarganya kepada orang-orang. Bagaimana pun secara tidak langsung Alea menyebarkan jika papanya tukang selingkuh dan mama Qila adalah perempuan enggak bener.
Alea mengepalkan tangannya, menatap Leon tajam. Kali ini laki-laki itu keterlaluan, tapi Alea tahan selama Leon tidak menghina mamanya. Akan Alea tahan emosinya demi melancarkan aksinya membalas perbuatan Qila dan juga mamanya.
Dapat Alea lihat jika sekarang Qila tengah menyeringai penuh kemenangan ke arahnya. Qila tersenyum puas melihat ia diam tak berkutik. Apalagi saat Qila mendengar bisik-bisik di belakangnya, apalagi jika bukan mengatai Alea si benalu dan perempuan tidak tahu diri.
Alea membuang napasnya kasar, sedetik kemudian perempuan itu tersenyum. Ia tidak boleh kalah dengan Qila.
Cup, cup
Mata Leon membola tatkala Alea mencium kedua pipinya di depan umum. Bahkan Qila yang pacarnya saja belum pernah menciumnya.
“Bilang dong kalau Leon mau dicium sama Lea. Enggak usah pakai tepuk-tepuk manja di pipi Lea. Kan pipi Lea jadi sakit,” ucap Alea dengan manjanya.
Sebelum Alea pergi dari area kantin, Alea sempat mengedipkan matanya ke arah Qila yang kini kebakaran jenggot karena pacarnya ia cium.
“Udah gue bilang, gue yang akan jadi pemenangnya,” batin Alea tersenyum kemenangan.
Ini adalah hari pertama Alea bekerja di kafe milik kak Alya. Kakak perempuan Chandra. Kemarin Chandra membawanya ke kafe kakaknya dan mengenalkannya kepada kak Alya.Sesuai janjinya kepada Alea, Chandra meminta bantuan kepada kakaknya untuk memperkerjakan Alea di kafe milik kakaknya itu.Awalnya Alya tidak setuju karena ia tidak tega memperkerjakan anak sekolah, namun setelah mendengar cerita adiknya, akhirnya Alya pun luluh dan mengizinkan Alea bekerja di kafenya, dengan catatan Alea hanya bekerja paruh waktu.“Al, udah waktunya kamu pulang sayang. Udah, itu simpan aja. Biar nanti karyawan lain yang anter.” Suara Alya menginterupsi kegiatan Alea yang sibuk melayani para pengunjung.Alea menoleh, ia mendapati kak Alya yang tengah tersenyum ke arahnya. Ya ampun, senyuman kak Alya mengingatkannya dengan senyuman Chandra. Mentang-mentang keduanya adik-kakak.“Besok kamu 'kan harus sekolah, pulang aja, enggak apa-apa kok,” titah
Oh mengapa kau tinggalkan aku..Sean memetik gitar sedangkan Alea bernyanyi. Mereka sekarang berada di kontrakan Sean sesuai permintaan Alea tadi perempuan itu ingin main sebentar di sana.Kebetulan kontrakan Sean tidak ada batasan tamu mau bertamu jam berapa dan apa pun jenis kelaminnya.Sean mengontrak sebuah rumah di salah satu komplek. Kontrakan Sean juga memiliki pagar cukup tinggi hingga orang-orang tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja tamu yang berkunjung.Papa....Oh...Papa.....Memperhatikan raut wajah gadisnya yang begitu menghayati lirik lagu yang dinyanyikannya. Hati Sean berdenyut nyeri melihat Alea yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya.Alea selalu tersenyum untuk menutupi luka yang dibuat oleh papanya. Sean tahu Alea menderita karena papanya yang selalu tega membohonginya demi bersama keluarga barunya.Oh mengapa kau tinggalkan pergi...Papa....Oh...
Hari minggu pagi, Fian dan keluarga kecilnya baru saja selesai sarapan, sekarang laki-laki itu tengah menonton TV di ruang keluarga dengan secangkir kopi buatan Mila.Qila kebetulan juga ada di sana, duduk di sofa menunggu Leon yang katanya hari ini akan main ke rumahnya.“Pa, hari ini kita jalan-jalan yuk. Aku kangen, udah lama kita enggak jalan-jalan,” ajak Qila pada papanya. Bertepatan dengan Mila yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan yang berisi kue buatannya.“Iya Pa, udah lama kita enggak pergi sama-sama.” Mila setuju dengan ajakan putrinya, kini perempuan itu duduk di samping suaminya.“Leon juga mau kesini, sekalian aja kita jalan-jalan berempat,” ucap Qila lagi.Fian mengambil cangkir yang berisi kopi kemudian meneguknya.“Iya, Papa setuju. Kalau gitu Papa telepon Alea dulu, kita ajak dia, ya,” ujar Fian sesaat setelah kembali menaruh cangkirnya pada piring tatak.Qi
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lima puluh, wah! Lea dapet tujuh ratus lima puluh!” Alea girang, ia baru saja menghitung upah hasil dari cuci baju dan setrika baju milik tetangganya.“Kalau tiap hari aku dapet segini terus, aku bisa cepet lunasin hutang aku sama Juna!” ucap Alea. Ia senang bukan main. Ini adalah penghasilan terbesarnya selama ia bekerja sebagai buruh cuci baju dan setrika baju tetangganya. Bahkan saat ia masih bekerja di tempat laundry milik Bu Sari, Alea hanya mendapatkan upah sebesar delapan puluh ribu tiap harinya.“Minggu depan aku gajian dari kafe! Uang aku jadi banyak nih, Kak!” Alea heboh sendiri. Ia memamerkan penghasilannya kepada Sean.Sean terkekeh melihat kehebohan Alea. Pacarnya itu heboh sendiri ketika menghitung penghasilannya hari ini. Mungkin Alea senang karena dapat uang dari hasil keringatnya sendiri. Selain itu upahnya kali ini lebih besar dari upah sebelumnya.Mereka saa
Pagi ini Alea ceria sekali. Alea berjalan sambil bersenandung, wajahnya tak henti-henti menampilkan senyum manisnya.Penasaran apa yang membuat gadis itu bahagia? Sederhana saja, tadi pagi ia sarapan bersama sang papa, lalu berangkat ke sekolah juga diantar oleh papa, tak lupa sebelum tadi Alea turun dari mobil papanya itu memberikan kecupan hangat di keningnya.Uh! Alea bahagia sekali pokoknya. Kebahagiaannya tidak bisa di deskripsikan.Belum lagi sewaktu ia bangun tadi, pertama kali ia mengecek ponsel, Alea mendapat pesan manis dari sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Sean, ditambah lima hari lagi ia akan gajian di kafe kak Alya! Lengkap sudah kebahagiaan Alea.Alea mudah sekali memaafkan papanya, walaupun papanya itu sering kali berbohong padanya, tapi Alea tetap tidak bisa membenci laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Sering kali Alea bilang jika nanti papanya pulang, ia tidak akan mau peduli lagi. Alea akan masa bodoh dengan sang
Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan. Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari m
Sekarang ini Sean ada di rumah Alea atau istilah gaulnya mah, Sean lagi ngapelin pacarnya.Kebetulan juga Alea sendirian di rumah, karena papanya belum pulang. Entah papanya akan pulang atau tidak, Alea belum tahu. Papanya belum memberi kabar.Tapi, jika jam delapan nanti papa tidak pulang, maka Alea akan menginap di kontrakan Sean.Bukan sekali, dua kali Alea menginap di kontrakan Sean. Alea sering menginap di sana. Tapi tenang saja, Alea dan Sean tidak pernah berbuat macam-macam. Tidur saja mereka terpisah. Alea tidur di kamar Sean, sementara itu Sean tidur di kamar adiknya.“Semoga aja Papa enggak pulang malam ini, ya, Kak.”Saat ini Alea tengah duduk di pangkuan Sean. Alea sibuk mengelus rambut hitam legam Sean.“Emangnya kenapa kalau Papa pulang? Bukannya kamu seneng, ya, kalau Papa pulang?” tanya Sean heran. Tidak biasanya Alea berharap seperti itu.Alea tersenyum, ia mencubit gemas hidung mancung Sean yang mirip perosotan itu. “Kan ka
Malam ini Alea kembali tidur bersama papanya. Papanya bilang, papa rindu tidur sama Alea. Alea dengan senang hati menuruti permintaan papanya. Alea tidak menyangka malam ini papanya pulang ke rumahnya bukan ke rumah si pelakor.Alea berbaring di tempat tidur dengan Fian yang memeluk tubuh Alea seraya mengusap lembut punggung Alea. Fian merasa deja vu, ia sering melakukan itu saat Alea masih kecil. Fian akan menemani Alea sampai tidur, memeluknya, mengusap punggungnya lembut.“Anak Papa sekarang udah besar, ya,” ucap Fian seraya mengecup kening Alea.Fian tidak menyangka, Alea-nya sudah tumbuh besar menjadi gadis cantik nan ayu yang menjadi incaran para laki-laki. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea berjalan, sekarang Alea sudah mampu berjalan sendiri. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea naik sepeda, sekarang putri sulungnya itu sudah pandai membawa sepeda motor. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea membaca dan menulis, sek