Moses yang baru saja mendapatkan kabar dari adiknya yang bahagia dan menikmati hidup yang baru sebagai rakyat biasa mulai lega. Pemuda itu segera mengatur siasat untuk menjalankan aksi dengan dukungan ibunya, merebut semua usaha Reinard yang telah berkoalisi dengan Clint Gregory Merson. Ternyata sebagian usaha sudah dimiliki sebagian besar oleh pria licik tersebut. Moses tidak memiliki pilihan selain meminta bantuan pada Triad, detektif yang sempat disewa ayahnya, untuk mencari tahu penyebabnya.
Tanpa sepengetahuan Hector, Moses menyelidiki keuangan dan juga dokumen perusahaan milik ayahnya. Ketika ia berhasil mendapatkan semua informasi, betapa pemuda itu menemukan fakta bahwa Clint memiliki sebagian hak dari semua bisnis keluarganya.
Saat melihat dokumen terakhir yang diubah, mendidihlah darah Moses.
Ayahnya, entah sadar atau tidak, menyatakan setuju untuk mengangkat Clint sebagai partnernya tanpa pembelian saham.
“Semua dokumen dianggap sebaga gi
Anne memiliki janji dengan putra sulungnya siang ini. Tapi sudah setengah jam berlalu dari jam yang mereka sepakati, Moses belum juga datang. Setelah mengirim pesan pada anaknya, Anne memutuskan untuk menemui Kate lebih dulu. Istri Clint mendadak menelepon dan meminta waktu untuk bicara khusus. Meski Anne sudah siap dengan segala berita buruk, tapi tetap saja hatinya berdebar. Cerita apa lagi yang akan disampaikan oleh Kate kali ini? Mengingat mereka harus merahasiakan pertemuan mereka, Anne meminta Kate datang ke apartemennya. Tidak ada yang tahu di mana ia tinggal sekarang. Gedung apartemen eksklusif ini adalah milik Emily, sahabatnya. Mereka akan mengira Kate menemui Emily, wanita yang suka mengadakan pesta dan bergaul dengan ibu-ibu pejabat. “Aku tidak punya minuman yang istimewa hari ini, Kate!” seru Anne sementara Kate duduk di sofa dengan sikap santai. “Apa saja, Anne! Aku tahu kedatanganku sangat mendadak!” balas Kate tidak keb
Ini adalah pertama kalinya bagi Swan dan Lexia untuk memanen hasil kebun mereka. Hasilnya cukup melimpah dan kentang itu tampak sempurna. Ubi manis yang mereka cabut juga sangat memuaskan keduanya.Kerja keras mereka akhirnya menuai hasil yang bisa membuat mereka bertahan. Ayam yang mereka pelihara juga tidak berhenti menghasilkan telur.“Kita bisa menghemat dan tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan!” seru Swan dengan wajah berseri-seri.“Kau luar biasa, Swan! Aku mungkin tidak perlu melakukan banyak adaptasi. Tapi, kau? Semua dimulai dari nol dan aku kagum padamu!” puji Lexia.Swan meringis dan tersipu.“Aku juga heran dan bangga pada diriku sendiri. Pencapaian yang tertinggi dalam hidup!” timpal Swan.Tangannya penuh dengan tanah merah, namun Swan tidak peduli sedikit pun. Ia menikmati dengan sungguh-sungguh.**Dusk dan Rose kembali melanjutkan perjalanan mereka, setelah beberapa hari
Rose meletakkan Leon dengan hati-hati dan ia keluar dari mobil.Dusk duduk di bawah pohon sementara kepulan asap tidak berhenti. Rose menyilangkan tangan di dada sembari menatap Dusk sengit.“Kau tidak seharusnya bersikap konyol, Dusk! aku tidak pernah menuntut apa pun selama ini! Tapi Leon tidak pantas kau kalahkan hanya karena Swan! Belum tentu gadis itu setia dan mencintaimu dengan tulus!” kecam Rose dengan murka.“Apa yang kau inginkan? Jangan mencampuri terlalu banyak!”“Oh ya? Aku tidak boleh ikut campur? Lalu kenapa kau memintaku menemanimu dalam perjalanan ini? Kenapa, Dusk?! Hanya sebagai pembantumu dalam merawat Leon?! Itukah anggapanmu untuk peranku?!”Rose tampak tersinggung dan emosional sekali. Dusk terdiam dan memalingkan wajahnya dengan muka merah padam.Jauh di dalam hati kecilnya, Rose tidak pantas ia perlakukan seperti ini. Wanita itu selalu menunjukkan dukungan untuknya dengan konsisten
Milfred kembali menemui kedua tamunya dan meminta maaf karena telah meninggalkan mereka cukup lama. Leon mulai rewel dan sepertinya meminta susu.Rose permisi dan keluar untuk memenuhi permintaan bayi Leon.“Kau yakin, Sheriff? Bukankah tadi kau sempat mengatakan tentang dua wanita yang baru datang dan menjadi penghuni desa Verne?” tanya Dusk mulai curiga.“Ah! Ternyata aku salah! Mereka bukan dua gadis muda seperti dalam fotomu barusan. Hanya dua perempuan tua yang aku yakin usianya dua kali lipat dari kedua temanmu tersebut! Kita bisa menengok mereka jika kau mau?”Dusk tampak kecewa lalu menggelengkan kepala dengan pelan. Suara bayi menangis kencang terdengar hingga ke dalam kantor polisi dan Dusk bersiap untuk pamit.“Penginapan itu mungkin menjadi pilihan yang terbaik, Tuan?”“Garcia. Namaku Dusk Garcia,” sahut Dusk seraya menganggukkan kepala.Milfred tersenyum dan mengantar Dusk h
Loreta meremas tangannya gugup sementara berada di ruang tunggu untuk menemui ratu Theodore. Ada beberapa hal yang ingin ia sampaikan dan Loreta sangat khawatir ratunya tidak akan setuju, apalagi senang mendengar berita yang akan diutarakan.“Menteri Deiz, Yang Mulia siap menemuimu,” ucap sekretaris kerajaan, Tina Fey.“Terima kasih,” ucap Loreta dengan senyum kikuk.Begitu masuk ke ruangan tempat Theodore berada, Loreta disambut dengan sapaan hangat. Setelah duduk dan menunggu selama beberapa saat, akhirnya ratunya mempersilahkan Loreta bicara.Dengan terbata-bata dan sedikit gugup, Loreta mengungkap siapa saja yang telah dicurigai menjadi komplotan yang akan melawannya.Theodore menjatuhkan pulpen yang tadinya ia pegang dan wajahnya tampak syok.“Weston? Daniel Weston?” Theodore bertanya seperti mencoba menyakinkan dirinya sendiri akan nama yang ia dengar.“Betul, Yang Mulia. Daniel Weston.&
Semua terlihat tidak menyenangkan seperti sebelumnya. Swan menghela napas dengan mata terpejam. Matahari sudah cukup tinggi tapi ia masih bermalasan di sofa bulat di teras, sembari melipat kaki.Lexia sudah mulai menyiram kebun serta memberi makan ternak mereka. Swan seperti kehilangan semangat juga motivasi untuk bergerak.Matanya hanya memandang ke depan, menerawang dan termenung.Sebuah truk dengan bak datang dan parkir di depan pagar rumahnya. Susan keluar dengan menenteng keranjang tertutup.Tampak Lexia menyapa Susan dan keduanya menoleh ke arah Swan.Gadis itu baru menyadari jika mereka membicarakan dirinya. Namun tidak ada keinginan untuk menyembunyikan kondisi yang sekarang sedang ia rasakan.Sementara Lexia melanjutkan berkebun, Susan melanjutkan langkah dan mendekati Swan.“Selamat pagi, Nona Reinard!” seru Susan seraya meletakkan keranjang di meja.Sapaannya terkesan menyindir dan menyatakan pada Swan ba
Seandainya dunia ini seperti kisah drama, mungkin akan jauh lebih mudah menjalaninya. Karena dalam setiap cerita, yang jahat selalu mendapat hukuman dan peran protagonist selalu menang.Itu tidak terjadi dalam hidup Swan.Pemberitaan yang semakin menyudutkan ayahnya, membuat Swan dalam dilemma terbesar. Gejolak perasaan membuatnya kadang lelah memikirkan semuanya.Antara memaafkan semua perbuatan Hector dan kembali, atau membiarkan ayahnya tenggelam dalam kegagalan yang memalukan.“Dia semakin terlihat kacau dan menyedihkan,” cetus Lexia seraya membersihkan senapan yang baru saja ia beli dua hari lalu.“Jangan mengarahkan senjatamu ke arahku, Lex!” teriak Swan dengan kesal.“Senapan ini kosong! Tidak akan meletupkan peluru!” bantah Lexia dengan geli.Swan memberengut dan membuang muka seperti tidak percaya.“Kau tidak mendengar koemntarku tentang ayahmu?” Lexia meraih remot dan me
Tidak pernah ada yang menduga jika akhirnya ratu Theodore memanggil Loreta dan mengatakan mengenai rencana yang akan ia lakukan dalam minggu ini.“Adakan sebuah rapat akbar yang akan dihadiri oleh seluruh perwakilan rakyat dari berbagai organisasi yang mewakili suara mereka, termasuk Polin, orang kepercayaanmu.”Loreta terkesima dan setiap kalimat yang ratunya katakan terekam dengan baik dan tersusun rapi dalam benaknya.Theodore kemudian mengatakan tanggal dan tempat pertemuan tersebut dan berjanji akan hadir sebagai kejutan yang tidak pernah akan ia katakan pada siapa pun.“Sudah waktunya aku melangkah keluar dari pagar yang dibangun oleh parlemen untuk membatasi gerak gerikku sebagai ratu. Kate telah menyusun dan mengurus semuanya, kau tidak perlu khawatir akan Weston karena Kate juga telah koordinasi dengan pria yang ia sebut sebagai kepala keamanan orgnisasi Polin. Dusk Garcia, jika aku tidak salah mengingat.”Loreta mu