Share

Bab 5 Pahlawan Misterius

Masih membahas masa lalu, malam pertama yang seharusnya menjadi malam terindah bagi pasangan mana pun, justru berubah menjadi malam paling menyakitkan bagi Tiara. Tiara sangat bingung dengan maksud ucapan Kevin.

"Apa? 25 miliar? Maksud kamu apa?" tanya Tiara.

Kevin melepas jas pernikahannya ke atas kursi, kemudian melepaskan kemejanya juga. Setelah itu, dia menjawab pertanyaan Tiara, "Orang tua kamu itu sudah memeras orang tuaku. Orang tua kamu sudah diberi 25 miliar oleh orang tuaku, pernikahan kita hanya pernikahan kilat. Mulai besok, kita tinggal masing-masing lagi."

Tiara makin bingung dengan perkataan Kevin. Jadi, maksud Kevin, orang tua Tiara menerima uang dan menyetujui pernikahan kilat ini? Orang tua biadab. Bukankah ini sama saja dengan menjual anak sendiri?

Mendengar itu, Tiara langsung bergegas untuk pergi dari hotel itu. Meskipun tidak tahu harus ke mana, yang paling penting dirinya bisa pergi dan terbebas dari orang-orang palsu itu. Namun, belum sempat berhasil pergi, Kevin langsung menahan Tiara.

"Kamu mau pergi ke mana? Seenaknya banget tiba-tiba pergi? Keluarga aku sudah bayar 25 miliar loh. Selain itu, waktu itu kamu 'kan cuma robek sedikit? Pasti masih sempit, hehe," ujar Kevin dengan tatapan mesum.

Refleks, Tiara langsung menampar Kevin dengan sangat keras. Hal ini membuat Kevin merasa sangat terhina, alhasil dia langsung menarik Tiara dan menjatuhkannya ke atas kasur.

Hal yang tak terduga bagi Kevin terjadi. Kevin pikir, Tiara akan memberontak diperlakukan oleh dirinya seperti ini. Akan tetapi, kenapa malah begitu pasrah? Tiara merespons ciuman Kevin dengan begitu panasnya.

'Cinta aku buat kamu nggak pernah palsu, nggak seperti cinta kamu buat aku. Malam ini lebih baik kita nikmati dengan baik, toh kita sudah sah suami istri. Jadikan malam pertama dan terakhir ini menjadi malam paling indah saja,' ujar Tiara dalam hati.

Meski kejadian itu sudah membuat area vital Tiara robek, ternyata untuk kedua kalinya pun masih begitu sempit.

"Hebat banget kamu, kamu satu-satunya cewek yang aku cobain, yang bisa sempit terus. Kalau gini, aku nanti sering-sering dateng ke tempat kamu, hehe," ujar Kevin sambil menciumi leher Tiara.

Tiara lagi-lagi dibuat terkejut oleh perkataan Kevin, cewek yang dicobain? Jadi selama ini, Kevin pernah tidur dengan wanita lain? Tiara sangat tidak menyangka.

Saat itu, Kevin sempat beristirahat sejenak untuk meminum wine. Setelah merasa kepalanya jauh lebih enak, dia pun melanjutkannya lagi dengan agresif.

Setelah beberapa saat, mereka pun tertidur lelap.

Dini hari saat itu, Kevin yang setengah mabuk dan sangat mengantuk merasakan pergerakan Tiara. Tiara seperti mengeluhkan sakit perutnya, lalu dia pergi ke toilet.

Itulah ingatan terakhir yang ada di kepala Kevin. Karena di pagi hari, Kevin melihat Tiara sudah pergi. Namun, ada satu hal yang membuat Kevin terkejut, dia melihat ada noda merah di atas seprai kamar hotel itu.

"Apa Tiara keguguran?" gumam Kevin.

Setelah berpikir sejenak, Kevin akhirnya malah merasa lega.

"Baguslah kalau memang keguguran, ke depannya nggak akan ribet-ribet lagi. Terserah kamu mau pergi ke mana pun, aku nggak peduli!" gumam Kevin lagi.

...

Pagi itu, perut Tiara memang terasa sangat sakit. Dengan terhuyung-huyung, dia pergi ke lantai bawah hotel untuk pergi ke klinik terdekat. Dia sangat takut terjadi sesuatu dengan janinnya.

Akan tetapi, sayang sekali, Tiara jatuh pingsan tepat saat sedang menunggu taksi. Ingatan terakhir di benak Tiara, ada seseorang yang turun dari mobil sedan datang untuk menggendongnya.

Dalam keadaan setengah sadar, Tiara benar-benar putus asa.

Apa lagi ini? Lepas dari satu nestapa, lalu masuk lagi ke nestapa lain? Setelah itu, dirinya benar-benar tidak ingat apa-apa lagi.

Di malam hari, Tiara terbangun di sebuah ruangan seperti ruangan di rumah sakit. Begitu tersadar, hal pertama yang Tiara pikirkan adalah janinnya. Dia sendirian di ruangan itu, jadi dia cepat-cepat menekan tombol panggilan untuk dokter.

"Dok, kehamilan saya baik-baik saja, 'kan? Siapa yang bawa saya ke sini?" tanya Tiara dengan sangat panik.

"Tenang saja, kehamilan Ibu masih aman. Hanya saja, beberapa hari ini perlu perawatan intensif. Tadi pagi, Ibu mengalami pendarahan hebat, kami kira Ibu akan keguguran. Syukurnya kandungan Ibu kuat, jadi kehamilan ini masih bisa dilanjutkan," ujar dokter itu.

Setelah itu, dokter tersebut melanjutkan perkataannya, "Soal orang yang bawa Ibu ke sini, kami juga nggak tahu siapa. Orang itu bawa Ibu ke sini dan langsung menyerahkan deposit sebanyak 50 juta untuk proses perawatan Ibu di sini."

Aneh, siapa orang itu? Kenapa dia bisa begitu baik hati menolong sembarang orang?

Tiara yang masih penasan, bertanya lagi mengenai orang itu, "Ciri-cirinya apa Dok?"

"Yang pasti orang itu laki-laki, tinggi sekitar 180 sentimeter. Orang baik seperti itu memang ada, hal yang lebih penting Ibu pikirkan sekarang adalah kesehatan dan janin Ibu. Jangan terlalu banyak pikiran. Saya masih ada pasien lain, boleh saya tinggal dulu?" tanya dokter itu.

Akhirnya Tiara tidak menanyakan sosok itu lagi. Dia hanya bisa berterima kasih dalam hati saja.

Malam itu Tiara tidak bisa tidur, dia terus terpikirkan semua masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Dia sangat kecewa dengan sikap Kevin, lebih kecewa lagi pada kedua orang tuanya yang secara kasar sudah menjual anaknya sendiri.

Karena bosan, Tiara membuka tasnya dan membuka ponselnya. Dia melihat pesan menumpuk dari Andin. Harus diketahui, sejak mengetahui kehamilannya, Tiara benar-benar seperti orang depresi. Dia tidak mau memainkan ponselnya, tidak mau keluar rumah, bahkan nafsu makannya pun hilang.

Kebanyakan isi chat itu adalah menanyakan kabar dan keberadaan Tiara. Awalnya Tiara tidak ingin menceritakan semua ini pada Andin, dia tidak ingin merepotkan siapa pun. Namun, akhirnya dia memberitahukan keberadaan dirinya.

"Aku di Rumah Sakit Cendrawasih, ruang Anggur 1."

Tiara sedikit berharap Andin akan cepat-cepat menjawab pesannya, karena dia merasa butuh teman mengobrol. Namun, Andin hanya membaca pesannya saja.

Sungguh tak disangka, seseorang tiba-tiba masuk ke ruang rawat Tiara. Ya, orang itu adalah Andin.

"Kamu kenapa?" tanya Andin yang terkejut melihat kondisi Tiara.

"Pertama-tama, aku mau minta maaf sama kamu, maaf beberapa waktu ini aku menghilang, dan maaf juga aku sudah kecewain kamu." Tiara menundukkan kepalanya.

"Kamu kenapa sih?" tanya Andin lagi dengan nada mendesak.

"Jadi, aku ...." Tiara menjelaskan semua yang sudah terjadi.

Andin tentu saja terkejut mendengarnya. Dia agak kecewa juga pada Tiara, dirinya sering menasihati Tiara agar jangan terlalu percaya dengan kata-kata manis Kevin, tapi cinta itu buta, Tiara selalu lebih memercayai Kevin.

"Aku mau marah atau kecewa juga percuma, waktu nggak bisa diulang kembali. Terus, rencana kamu ke depannya apa?" tanya Andin.

"Aku belum tahu," jawab Tiara dengan lesu.

Satu-satunya orang yang tulus menyayangi Tiara hanya Andin seorang. Malam itu, Tiara sangat bingung dengan masa depan dirinya dan anaknya kelak.

Setelah terdiam sejenak untuk berpikir, Andin menawarkan sesuatu, "Gimana kalau kamu ikut aku saja ke Kota Santana?"

....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status