Dipersimpangan jalan, Zahra yang kini berjalan. seorang diri, niatnya hendak mencari pekerjaan, namun sayang, rasanya takdir tak mengizinkan Zahra bekerja, hingga beberapa tempat yang ia kunjungi tak menerima lowongan.
Dari arah barat, tampak dua orang bertubuh kekar, salah satunya memakai topi koboy. Pria paruh baya dengan penampilan dan bentuk tubuh tak asing dipandangan Zahra, nampaknya dulu ia sering melihat pria itu.Broto, ya dia adalah Broto laki laki rentenir yang enam tahun lalu menginginkan Zahra menjadi istrinya."Kau? kita bertemu lagi," ucap Broto setelah melihat wajah Zahra dengan jelas. Ekspresi wajah Zahra seketika berubah setelah melihat Broto dihadapannya, tak bisa dipungkiri rasa takut kini menghampirinya kembali."Rupanya kau makin cantik Zahra," ucap Broto berusaha mendekat."Stop, jangan mendekat. Mau apa lagi kamu? bukankah semua hutang ayahku sudah lunas?" ucap Zahra yang membuat Broto malah tertawa."Ya,"Bagaimana hasilnya Jes?" tanya Fatimah pada Jesika yang baru saja keluar dari kamar mandi. membawa sebuah benda kecil, ya itu adalah testpack ia kembali menggunakan alat itu untuk mencari tahu hasil dari perbuatan malam di Surabaya itu.Tak menjawab, setelah ia melihat hasilnya, Jesika hanya bisa menggelengkan kepala dengan lemah."Masih negatif? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu ngga hamil hamil juga?" ucap Fatimah yang kini melangkah menjauh.Memikirkan kejanggalan yang terjadi atas rencananya. Setelah hampir satu bulan waktu itu berlalu, yang diyakini ini adalah saatnya Jesika mendapat hasil, namun nyatanya masih sama, hasilnya negatif, setelah sebelumnya sudah dua kali menggunakan alat yang sama."Kalau gini caranya, gimana aku bisa nuntut Roni buat nikahin aku?" gumam Jesika dengan pandangan yang terus tertuju pada benda test kehamilan tersebut."Kamu tenang aja, Roni taunya kan sekarang kamu hamil, kamu masih bisa gunain has
dreeet sebuah pesan masuk di ponsel Zahra malam ini. dari nomor tak dikenal mengirim satu video. Kini Zahra pun membukanya, dan memperhatikan Video itu dengan seksama. Seketika matanya terbelalak dan ponsel dalam genggamannya terjatuh setelah ia melihat ternyata itu adalah sebuah Video dimana Roni dan Jesika menikah.Mata serta mulutnya melebar, genangan air yang kini sudah tampak, dengan sekali kedip air itu tertumpah. hatinya remuk redam, sakit tak tertahankan, Laki laki yang sedari tadi ia tunggu ternyata sedang bahagia bersama wanita lain.Mengapa sebelumnya Roni tak menyampaikan apapun dengan Zahra? Fikiran Zahra kini kalut, hatinya berantakan, dan tubuh yang seketika tak bertenaga. Ia terjatuh terduduk dilantai kamarnya, dengan air mata yang terus mengalir.Tak menyangka setega itu, Roni mengkhianatinya. Ia berkata ingin kembali untuknya, namun nyatanya malah ia membuat sebuah kabar yang sungguh menyakitkan. Menikah? itu artinya ia dimadu. Tak pernah
"Mba, bangun mba. Mba, bangun," ucap seorang wanita yang hendak membuka toko.Zahra yang perlahan membuka matanya dan ia dapati hari sudah pagi. seketika ia beranjak dan merapikan penampilannya."Maaf bu," ucapnya pada pemilik toko, yang sudah memasang wajah sinis."Kalau mau tidur jangan didepan toko saya dong mba, akhirnya saya jadi kesiangan kan buka tokonya. gara gara mba yang dari tadi ngga bangun bangun," ucap wanita paruh baya itu dengan pandangan tajam."Sekali lagi saya minta maaf bu.""Yaudah pergi sana," tambah wanita itu yang membuat Zahra mengangguk.Wanita berpenampilan anggun itu kini melangkahkan kakinya pergi. Ditengah perjalanannya, Aliya yang kini melihat Zahra berjalan dengan lemah, dengan cepat ia pun menghampiri wanita cantik itu."Zahra," panggilnya yang membuat Zahra kini menoleh.Ia pun tersenyum kala ia dapati Aliya disana, ia bahagia dapat bertemu dengan sahabat Lamanya itu."
Beberapa bulan kemudian."Kenapa kamu belum bisa hamil juga Jes?" tanya Fatimah yang menatap tajam kearah sang menantu.Mengingat waktu sudah cukup lama, namun Jesika belum juga memberi kabar baik untuknya."Bagaimana mau hamil bu? mas Roni saja tak pernah menyentuhku," Jawab Jesika yang membuat Fatimah melebarkan mata."Lalu yang kalian lakukan di Surabaya juga belum menghasilkan kan? apa sebenarnya yang terjadi?" ucap Fatimah yang terdiam memikirkan permasalah yang sedang menganggu otaknya saat ini."Begini saja sekarang kamu siap siap, ibu mau ajak kamu ke dokter kandungan, apa mungkin kamu juga mandul sama seperti Zahra?" tambah Fatimah yang membuat Jesika melebarkan mata."Engga mungkin bu, aku baik baik saja, jangan samakan aku dengan wanita itu.""Yasudah lah jangan banyak bicara, sekarang kamu siap siap aja, kita berangkat sekarang," ucap Fatimah yang membuat Jesika dengan cepat melangkahkan kakinya.Ia
"Al, kayanya aku harus cari kerja deh, aku ngga mau ngerepotin kamu terus disini.""Maksudmu, kamu mau pergi dari rumah ini?""Iya Al, aku harus bangkit mau sampai kapan aku numpang hidup sama kamu?""Ra, jangan dong, kamu ngga aman diluar sana, Broto akan terus mengejar mu.""Tapi Al, aku ngerasa ngga tau diri banget, yang selalu numpang sama kamu, aku harus pergi, doain aku, semoga aku sukses diluar sana, dan kamu orang yang ngga akan pernah aku lupain," ucap Zahra dengan terus memasukan pakaiannya ke dalam ransel."Kalau sampai Zahra pergi dari rumah ini, Roni pasti bakal marah banget," batin Aliya dengan terus memperhatikan sibuknya Zahra."Ra, mendingan kamu cari kerjaan dulu aja, sebelum kamu keluar dari rumah ini. Dari pada kamu lontang lantung nanti, jadi lebih baik kamu dapat kerjaan dulu.""Aku ngga lontang lantung kok, aku udah punya tujuan mau kemana, dan aku bakal buka usaha kecil kecilan disana, buka warung makan misalnya," Jawab Zahra yang berusaha membuat Aliya tenang,
Di Boyolali, Pelosok desa dengan tumbuhan teh yang menjadi sumber pangan setiap warga. Ditempat yang asri ini Zahra melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah tua yang tampak tak terawat, dedaunan kering memenuhi halamannya, rumput rumput hampir memasuki teras rumah dan debu tampak dimana mana.Betapa usang nya rumah tua ini, sebuah rumah yang dibangun dari setengah batu bata dan setengah papan, tampak mengingatkan masa dimana Zahra kecil. Dulu saat usiannya masih empat tahun, Zahra pernah mengunjungi tempat ini, disaat sang nenek belum meninggalkan dunia untuk selama lamanya.Perlahan Zahra pun membuka pintu yang sebelumnya meniup handle terlebih dulu, untuk menyingkirkan debu tebal yang membalut handle pintu. Zahra pandangi setiap sudut rumah yang hampir dipenuhi dengan debu, beberapa kursi dan lemari nampak masih berdiri kokoh, namun terbalut dengan debu dan banyaknya kotoran.Meski tak tau harus memulai dari mana, karena seluruh isi rumah kotor
"Apa kalian belum juga bisa menemukan Zahra?""Belum pak, kami sedang mengusahakannya.""Bagaimana kerja kalian? untuk menemukan satu orang saja kenapa lama sekali?" ucap Roni marah seraya meletakan ponselnya dengan kasar."Aaaaaahhh."Suara teriakan itu kini menggema. Rasanya hampir frustasi, tanpa Zahra dalam hidup Roni seperti sebuah kertas hitam tanpa warna, gelap. Hanya sebuah harapan yang terus terpatahkan karena beberapa orang suruhannya belum bisa menemukan Zahra."Kemana kamu Zahra? kenapa mereka belum bisa menemukanmu?" gumam Roni dengan ekspresi wajah tegang.Melihat sang sahabat bersedih, membuat Aliya iba, perlahan ia pun menghampiri, meski ragu namun hanya ini yang dapat ia beri, sebuah semangat yang harus tetap terjadi meski, hatinya remuk redam, namun semangatnya harus tetap bertahan."Sabar Ron, semua perlu proses."Terdengar kalimat itu yang membuat Roni seketika menegakkan pandangannya. Ia dap
Keesokan harinya, kembali Rizki datang ke warung sederhana milik Zahra."Permisi mba," panggil Rizki yang membuat Zahra seketika menoleh."Eh, mas Rizki, silahkan duduk. Alhamdulilah kalau mas mau datang lagi ke warung saya, saya akan buat kan makan untuk mas, dan kali ini beneran mas ngga usah bayar, karena kemarin kan uang mas Rizki masih sisa banyak sama saya," cerocos Zahra dengan gerak tangan yang tak terhenti."Ngga usah, kan saya udah bilang buat mba Zahra aja, hari ini aku mau makan kalau aku tetep bayar," ucap Rizki yang membuat Zahra seketika terdiam."Makasih banyak ya mas, saya bener bener ngga enak sama mas.""Loh kenapa? kan saya yang kasih bukan mba yang minta," ucap Rizki membuat Zahra tersenyum.Beberapa menit kemudian."Silahkan mas," ucap Zahra seraya meletakan sepiring makanan di hadapan Rizki."Wah, terimakasih, jujur deh ini tuh makanan dengan rasa terenak yang pernah saya makan."