Share

17. Couvade

“Hehehe, iya bik. Terima kasih.” Rindu? Apa yang harus aku rindukan? Pria itu? Aku tidak ingin mengingatnya lagi, jadi aku pun tidak mau bertemu dengannya. Rindu? Itu hanyalah satu kata untuk mereka yang sama-sama saling mencintai. Bukan yang sama-sama saling menyakiti. Gumam Mahreen pilu.

Bik Darmi yang sudah diberitahu oleh Maira sebelumnya mengenai status Mahreen dan kehidupan pernikahan sebelumnya, menjadi lebih hati-hati untuk berucap. Bik Darmi tidak ingin salah berkata meski hanya untuk sekedar mengisi kekosongan saat sedang berdua saja dengan Mahreen. Alhasil, bik Darmi hanya konsisten terus memijat tengkuk leher Mahreen dengan penuh kelembutan dan sesekali mengusap kepalanya yang memiliki rambut hitam lebat. Mahreen benar-benar merasakan kenikmatan tiada tara tatkala jari jemari ginuk bik Darmi memijat kepalanya yang semula terasa berat kini menjadi lebih enteng.

“Terima kasih bik. Kepalaku sekarang lebih enakkan dan perutku pun

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status