"Udah! Yang penting mereka nggak ngejar kita lagi," ucap Revan kembali menormalkan kecepatan mobilnya.
"Kayaknya perkiraan lo salah Van," ujar Gio, melihat banyaknya lampu kendaraan di depan sana yang sepertinya kumpulan orang-orang tadi, berbaris di tengah jalan menghadang mobil mereka tanpa memberikan celah sedikit pun. Membuat Revan mengerem secara mendadak.
Citttt!!
_____________________________________
"Anjirr! Siapa lagi nih?" Revan terpaksa menghentikan mobilnya karena beberapa motor sudah menghadang di depan sana.
Salah satu dari gerombolan tersebut turun dari motornya, lalu menghampiri mobil mereka. "Keluar kalian semua!!" ucapnya dengan nada tinggi dan memukul kaca mobil dengan kasar.
Mereka semua yang berada di dalam mobil panik, suasana dalam mobil mulai rusuh. "Kalian tenang, jangan khawatir, dan jangan takut." Gio menenangkan mereka sambil memikirk
Ditinggalkan atau meninggalkanSejatinya sama-sama beratKetika yang meninggalkan tidak akan pernah kembali, maka yang ditinggalkan hanya bisa terdiam sepi.-Author Malam harinya seseorang berseragam suster memasuki kamar Aleta yang memang tidak ada satu orang pun di sana kecuali Aleta yang sedang beristirahat. Dengan gerak-gerik yang sangat mencurigakan suster tersebut memasuki ruangan dengan mengendap-endap agar tidak ada seorang pun yang tahu, melihat Aleta yang sedang tertidur suster tersebut menyuntikan sesuatu pada infus milik Aleta dengan mata yang tetap mengawasi sekitar, setelah selesai dengan aksinya dia langsung keluar dari ruangan tersebut. Seseorang bersembunyi di balik dinding, menatap pintu ruangan Aleta lalu tersenyum kemenangan melihat Suster tadi telah berhasil menjalankan tugasnya. "Selamat jalan Aleta," ucapnya tersenyum puas. Arkan kem
Jangan menganggap kau hanya sendiri. Melupakan mereka yang peduli denganmu Ingatlah, dibalik cobaan yang Tuhan berikan Tidak akan melewati batas kemampuan umatnya.-Perlahan kesadaran Salsa hilang, Salsa pingsan dengan posisi memeluk gundukan tanah yang basah, ditambah guyuran hujan membuat tanah tersebut menempel pada bajunya.Seseorang datang menghampiri Salsa tanpa membawa payung membuat dirinya ikut basah. Dia menatap Salsa yang sudah tergeletak tak sadarkan diri, lalu dia menggendong Salsa ala bridal style dan membawanya menuju mobil untuk kembali ke rumah sakit._________________________________________"Maafin gue Sal," ucapnya menatap Salsa yang sudah berada dalam gendongannya."Ngapain tuh bocah?" tanya Gio yang ntah pada siapa, karena dirinya hanya sendiri di dalam mobil. Melihat Salsa yang terjatuh pingsan, Gio langsung mencari payung untuk menghampirinya tetap
Rasa itu datang secara tiba-tiba bukan aku yang memintanya, melainkan kau yang membuatku terjerat dalam rasa ini~Giorgio Edward Roberson~ Hari ini Salsa mulai kembali bersekolah seperti hari-hari sebelumnya.Salsa harus bangkit, Salsa tidak bisa terus menerus terpuruk menyendiri dalam keheningan. Pagi ini Gio sudah stay di depan rumah Salsa, duduk bersandar pada kap mobil dengan memainkan ponselnya. Gio sudah berjanji kepada Salsa jika hari ini dia akan menjemputnya. Salsa keluar dari dalam rumahnya lengkap dengan seragam putih abu serta almamater sekolah. Gio sepeechless melihat penampilan Salsa hari ini, ada yang berbeda dari penampilan Salsa kali ini biasanya Salsa akan mengikat rambutnya setiap kali pergi ke sekolah tanpa menggerainya. Tetapi kali ini, Salsa tidak mengikat rambutnya melainkan menggerainya.Yang
Bel pulang sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, Gio masih berada di parkiran menunggu Salsa yang tak kunjung datang, Audrey berkata Salsa sedang mengembalikan buku yang dia pinjam dari perpustakaan sekolah, Salsa juga meminta tolong kepada Audrey agar membawakan tasnya dan menunggunya di parkiran. Ada rasa yang sedikit ganjal dalam diri Gio, dia merasa dirinya begitu gelisah, hatinya tidak tenang, rasa aneh ini muncul disaat seseorang berada dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan sesuatu. Gio merasa khawatir akan sesuatu yang dia sendiri tidak mengetahui apa yang membuatnya khawatir. "Salsa mana sih? Kok lama banget!" Audrey ingin cepat-cepat pulang karena dirinya sudah lelah mengingat pelajaran tadi yang lumayan menguras otak, rasanya Audrey perlu marathon semalaman menonton Drakor agar otaknya kembali fresh. "Sabar sedikit lah Drey," ucap Thania, yang sedari tadi melihat Audrey tida
Sepulangnya dari sekolah Salsa menuju rumah sakit tempat beberapa minggu yang lalu mamahnya dirawat.Pihak kepolisian sudah menyelidiki mengenai kasus meninggalnya Aleta, karena saat kejadian beberapa bukti mengarah ke pembunuhan atau memang sengaja dibunuh dengan menyuntikan sebuah racun pada pasien. Salah satu dokter mengetahui kejadian tersebut saat dia menemukan bekas suntik serta wadah obat yang cukup membahayakan bagi manusia, karena penasaran alhasil dia mengecek ulang dan dokter tersebut berpikir jika salah satu orang telah menyuntikan cairan berbahaya ini pada pasiennya. Salsa menyusuri koridor rumah sakit dengan terburu-buru sambil terus mengecek ponselnya itu membuat Salsa tidak dapat melihat jika ada seorang anak kecil yang sedang berlari berlawanan arah dengannya dan terjadilah Salsa dengan tidak sengaja menabraknya membuat anak kecil itu terjatuh. "Aduh! Maaf ya, Kakak nggak sengaja," ujar Salsa m
Matahari bersinar menyapa pagi.Tak ada pagi yang indah tapa sambutan darinya, sang surya mulai naik menandakan pagi yang akan usai berganti dengan siang, kehangatannya mampu menembus jaket kulit yang Gio kenakan. Kehangatan pagi hari yang membuat suasana hati menjadi hangat, tetapi suasana hangat itu seketika berubah menjadi panas dikala perdebatan di suatu ruangan yang sangat hebat membuat emosi mereka saling beradu, untungnya Gio berada di ruangan yang berAC. Gio baru saja sampai di sekolah, dia sedikit terlambat karena harus mengantarkan kedua adiknya Alkana dan Alkuna untuk berangkat sekolah dan kembali lagi untuk menjemput Angga dan Anggi, Gio merasa seperti supir hari ini itu karena mobil yang biasa Angga bawa sedang berada di bengkel begitu pula dengan motor Gio. Di sini sekarang Gio berada, Ruang Kepala Sekolah. Tadi Darren menelponya karena harus menyelesaikan permasalahan kemaren, Gio menyetujuinya dan dia langsung menuju R
Jika cemburu itu wajarMaaf, mulai hari ini aku akan selalu merasa cemburu kepada siapa pun yang berada di sekitarmu.~Giorgio Edward Robertson~ "Ren!" Seseorang memanggil Darren yang berada di sampingnya. "Hmm?" sahut Darren, dengan mata yang tak lepas dari layar pipih yang kini menampilkan game favoritnya. Jam terakhir untuk hari ini kosong, guru tidak masuk karena sedang mengadakan rapat untuk ujian kelas X11. Semua murid kelas IPA 1 bersorak gembira karena mereka terselamatkan dari ujian harian Pak Bambang, jamkos adalah salah satu surga dunia bagi para murid. "Kenapa tuh, bocah?" tanyanya, menunjuk Gio yang sedang duduk melamun pada kursi pojok bagian belakang, dengan earphon yang menutupi kedua telinganya serta mata yang terpejam. "Mana gue tempe!" jawab Darren tanpa melihat objek yang Andrian tunjuk, Andrian adalah
Ditinggal tanpa alasan atau menunggu tanpa kepastian nyatanya sama-sama menjengkelkan, tapi kau malah melakukan keduanya dalam waktu yang bersamaan. ~Salsabila Aurelia Dierja~ Gio membeli dua jus untuk dirinya dan juga Salsa, disaat akan kembali menghampiri Salsa Gio mendapat telpon dari Diva. Gio tersenyum menatap layar ponsel dengan nama Diva yang tertera di sana, sudah lama Gio tidak mendapatkan kabar dari Diva itu membuat Gio sedikit kehilangan harinya yang biasa dia habiskan bersama para sahabatnya termasuk Ethan dan juga Diva, tanpa mereka persahabatan pun kurang utuh. "Halo?" "Halo Gi, kamu bisa jemput aku nggak? Di bandara sekarang?" "Lo mau balik?" tanya Gio antusias. "Iya nih, baru aja sampe." "Ethan mana?" "Ethan nggak bisa nganterin aku pulang, dia ada urusan ka