Flashback satu bulan lalu ...."Kita mau ke mana ini, Mas?" tanya Lastri pada Putra. Pasalnya malam-malam seperti ini, Putra datang ke rumah Darmi dan mengajaknya pergi. Lastri bahkan sudah memakai setelan piyamanya untuk tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. "Kita mau ke suatu tempat. Kamu pasti suka. Sekalian Mas mau ngomong sesuatu," ucap Putra. "Ngomong sekarang aja kenapa, Mas? Aku males ganti baju kalo keluar," tolak Lastri. "Udah kayak gitu aja, gak usah ganti. Yuk, keburu kemaleman." Akhirnya Lastri terpaksa ikut. Akhir-akhir ini memang mereka mulai dekat. Putra yang selalu menempel pada Lastri. Mengajak berangkat dan pulang kampus bersama. Mengajak makan bersama dan juga memberikan perhatian-perhatian kecil pada Lastri. Padahal, selama ini Lastri selalu menjaga jarak agar tak terlalu dekat dengannya. Bukan karena apa, dia merasa minder dengan statusnya yang seorang janda, sedangkan Putra adalah seorang pria lajang yang belum pernah menikah sama seka
Bruk! Darmi menutup pintu rumahnya dengan cepat setelah berhasil menyeret Joko keluar dari rumahnya. "Jangan pernah lagi kamu menginjakkan kakimu itu di sini! Mengerti kamu?!" ucapnya sebelum menutup pintu. Sesaat sebelumnya, terjadi ketegangan antara Joko dan Putra. Pernyataan Joko yang mengatakan kalau dirinya ingin kembali kepada Lastri membuat putra merasa tersinggung, pasalnya dirinya kini sudah menjadi calon suami dari Lastri. Dan seenaknya saja Joko berkata bahwa dia ingin kembali pada Lastri.Putra bahkan sempat ingin memukul Joko karena Joko sempat berusaha untuk meraih tangan Lastri yang bersembunyi di balik punggung putra. Beruntung perkelahian itu tak terjadi karena Darmi buru-buru menarik tangan Joko dan menyeretnya keluar.Lastri sampai merasa ketakutan karena Joko berusaha untuk menghampirinya dan memaksanya untuk kembali pada Joko. Padahal Lastri sama sekali tak berniat untuk kembali pada Joko. Baginya semua yang terjadi bersama Joko sudah menjadi masa lalu yang tak
"Kamu nggak apa-apa dek? Maafkan sikap ibuku tadi, ya? Tapi dia aslinya baik, kok." Putra berusaha memberikan pengertian kepada Lastri. Lastri pun hanya bisa mengangguk meski sebenarnya dia merasa tak enak hati karena ibu dari kekasihnya itu terlihat sangat tak menyukainya. Saat ini mereka baru saja keluar dari kediaman orang tua Putra. Tadi, ayah Putra terlihat setuju-setuju saja dengan keinginan anaknya itu untuk melamar Lastri. Tapi, ibunya Putra sepertinya kurang menyukai Lastri, apalagi saat Putra mengatakan bahwa Lastri adalah seorang janda."Apakah tak ada gadis lain, Nak? Kenapa kamu malah ingin menikahi seorang janda?" Begitulah kira-kira ucapan Yuni pada Putra tadi sambil sedikit berbisik agar Lastri tidak mendengarnya. Tapi Budi malah mendukung Putra dan itu membuat Yuni sedikit terlihat kesal kepada suaminya tersebut. Jadilah sekarang wajah Lastri seakan lesu sepanjang perjalanan pulang. "Kenap muka kamu sedari tadi kelihatan sedih, Dek?" tanya Putra. "Aku merasa tak p
Pertemuan kedua keluarga Lastri dan Putra akhirnya menghasilkan sebuah keputusan. Mereka akan melaksanakan akad nikah dan resepsi untuk Lastri dan Putra dalam waktu kurang lebih 3bulan dari sekarang. Tentu saja keputusan itu membuat Putra merasa bahagia. Sebentar lagi dia akan bisa memiliki Lastri seutuhnya. "Gak sabar nunggu tiga bulan lagi," ucap Putra saat mereka sedang makan siang bersama sepulang dari kampusLastri pun merasakan hal yang sama. Apalagi kini Lastri bisa bernafas lega saat kedua orang tua Putra terutama ibunya menyetujui hubungan mereka. Apalagi pertemuan kedua keluarga kemarin ternyata menjadi ajang reuni bagi Yuni dan Hanah yang sudah lama tak bertemu. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama. Tadinya Yuni hanya akan menginap sehari pun akhirnya malah menjadi tiga hari, itupun Hanah memaksa Yuni menginap di rumahnya, bukan di hotel. Mulai hari ini, Putra dan Lastri akan di sibukkan dengan segala persiapan rencana pernikahan mereka. Mulai dari undangan, souv
Putra sedang sibuk mengecek pemasukan di bengkelnya. Setelah selesai, dia berencana untuk menemui Lastri dan mengajak calon istrinya itu untuk makan malam bersama, makanya dia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya.Tiba-tiba, terdengar seseorang mengetuk pintu ruangannya dari luar .... "Masuk," ucap Putra pada si pengetuk pintu. "Mas Putra, ini ada paket katanya buat Mas Putra," ucap Seno yang kini masuk sambil menyerahkan sebuah map coklat yang entah apa isinya. "Dari siapa?" tanya Putra. "Gak tau, Mas. Tadi kang paketnya gak bilang pengirimnya siapa.""Oh, ya sudah, kamu boleh pergi."Seno pun undur diri dan kembali menutup pintu ruangan. Sedangkan Putra kini sibuk membolak-balik amplop coklat yang baru saja Seno berikan. 'Apa ini isinya?' batin Putra. Dia pun membuka perlahan isi amplop coklat tersebut. Dan matanya langsung terbelalak ketika melihat foto-foto sang calon istri yang tengah bersama dengan Joko. Bahkan ada foto dengan adegan yang membuat darah Putra seakan mendi
PoV JOKOHari ini aku akan pergi menyusul Lastri ke kotanya. Aku dengar dari Buk'e jika besok, mantan istriku itu akan mengadakan acara pengajian karena tiga hari setelahnya, dia akan menikah dengan si Putra sialan itu! Sungguh duniaku terasa jungkir balik semenjak bercerai dengan Lastri. Aku sudah berusaha untuk mencoba menerima Surti dan memaklumi setiap tingkah lakunya yang selalu membuat kepalaku pusing setiap hari. Tapi, saat aku merasa perlakuan Surti padaku itu seperti karma untukku atas apa yang kulakukan pada Lastri dulu, aku mencoba untuk bersabar. Hanya saja, kesabaranku ternyata hanya setipis selembar tisu yang di bagi dua. Surti terus saja merongrongku dengan banyak permintaan, sedangkan apa yang kuharapkan darinya tak pernah dia dengar. Dia selalu seenaknya sendiri. "Tolong lah, Dek. Mas bisa nurutin semua keinginan kamu itu. Tapi, hargailah aku sebagai suamimu. Jangan selalu menghina dan merendahkanku setiap hari. Aku juga punya hati. Bisakah kamu lemah lembut sedikit
PoV Lastri. Perasaan gembira kini memenuhi hatiku karena tiga hari lagi, aku dan Mas Putra akan segera melangsungkan akad nikah dan mengikat hubungan kami dalam sebuah ikatan suci yang bernama pernikahan. Sedari pagi, rasanya senyum selalu mengembang di wajahku jika mengingat kalau sebentar lagi aku akan menyandang status sebagai istri dari lelaki yang sangat kucintai.Hari ini rencananya akan di adakan pengajian untuk kelancaran pernikahanku dengan Mas Putra. Dan aku sudah bersiap sedari sore, dan kini aku sibuk memoles make up tipis di wajahku depan meja rias. Saat sedang asyik memakai make up, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke kamarku tanpa permisi maupun mengetuk pintu. Dia memakai topi dan masker hitam. Memang kumaklumi jika banyak orang saat ini di luar, dan dia katanya masuk karena di minta untuk mendekorasi kamarku, padahal acara hari ini yang di dekor hanya bagian luarnya saja. Tidak dengan kamarku. Kupikir, setelah mengatakan hal tersebut, dia akan pergi, anehnya dia
PoV Lastri"Aarrgghh!! Sial!!" Mas Joko terlihat mengumpat lalu turun dari atas tubuhku. Mungkin karena aku terus menghindarinya yang berniat menjamahku, belum lagi aku terus menerus menangis dan meminta tolong, dia jadi terlihat kesal sekaligus menyesal.Setelah dia turun, lekas aku menyilangkan tangan di depan dadaku sambil meringkuk dan terus terisak.Rasanya memang sangat sakit dan sesak. Bukan hanya sakit di badanku, tapi juga hatiku. Aku benar-benar tak menyangka dengan apa yang dia lakukan saat ini. Padahal aku sudah mencoba berdamai dengan masa lalu kami dan memaafkan semuanya. Tapi, dengan perlakuannya yang seperti ini justru membuat aku semakin terluka dan membencinya. Na'asnya, ternyata tak satu orangpun yang datang menolongku. Entah ke mana orang-orang di hotel ini. Apakah suaraku kurang keras sehingga tak ada yang menolongku sama sekali? Ataukah memang kamar ini kedap suara. Aku sama sekali tak paham. Netraku kini tertuju pada telepon yang ada disamping tempat tidur. Bi