[Maaf, aku gagal lagi, Yah]Bagus mengirimkan sebuah pesan pada Tanto disertai dengan gambar bukti jika dirinya tak lolos kualifikasi calon karyawan sebuah perusahaan distributor mobil terkenal. Ini bukan yang pertama kali ia gagal melainkan sudah lebih lima kali seleksi di perusahaan yang berbeda dan hasilnya tetap nihil.Tak ingin merasa sedih, Bagus memacu motornya ke salah satu ladang yang jaraknya hanya seratus meter dari rumah. Dari tepi desa, ia bisa melihat tanaman cabainya berdaun kuning yang ibarat manusia berarti terkena penyakit parah. Beberapa kali mencoba menanam baru kali ini Bagus merasa rugi besar. Bisa dipastikan hasil panennya kali ini tak mendapatkan untung dan hanya bisa untuk menutup modal.Bukan tanpa sebab, tapi rasa taatnya pada orang tua memaksanya untuk menuruti kemauan mereka. Hampir tiga bulan ini Bagus sibuk mencari pekerjaan kesana kemari atas rekomendasi dari Ayah dan Kakaknya. Mereka memang selalu mendukung kemauan Bagus yang hanya ingin berprofesi s
“Selamat ya.”Andin mengangguk dan membalas pelukan sahabatnya. Hari ini adalah momen bersejarah dalam hidupnya yaitu saat ia berhasil membuka usaha pribadinya untuk pertama kali. Meski bukan sepenuhnya hasil kerja kerasnya karena sebagian besar modal berasal dari Mamanya, tapi Andin bersyukur karena ia tak akan selamanya bekerja di perusahaan orang.Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan di sebuah keluarga pengusaha, Andin awalnya merasa tenang karena menyangka orang tuanya akan mewariskan beberapa usahanya untuk ia kelola selepas kuliah. Namun semua mimpinya seketika ambyar saat sang Papa memutuskan untuk tak memberikan modal padanya bahkan menyetop fasilitas yang selama ini ia terima sebagai balasan atas hidup hedon yang Andin jalani.“Mulai besok, kunci mobil, motor, ATM harus kamu kembalikan. Sebagai gantinya Papa akan memberi uang cash yang akan kamu gunakan untuk hidup satu bulan ke depan,” ucap seorang lelaki pada Andin sebelum ia menjalani kemandiriannya.“Tapi, Pa!”Andin m
“Yang sebelah kanan itu siapa?” tanya Rini sembari menunjuk pada gambar seorang wanita yang berdiri tepat di sebelah Tanto.“Oh itu anak magang,” jawab Tanto santai.“Kayaknya orangnya genit. Liat tatapannya ke kamu.” Rini menyodorkan ponselnya.“Paling Cuma kebetulan posenya lagi begitu.” Rini terus memperhatikan sebuah foto di ponselnya yang merupakan status WA teman kerja Tanto. Beberapa hari yang lalu suaminya baru saja menghadiri pernikahan rekan kerjanya di luar kota. Namun sekian lama menjadi istri Tanto baru kali ini Rini merasa ada yang aneh dengan foto kebersamaan suami dan teman kerjanya. Seorang wanita muda berambut panjang terlihat selalu menempel pada beberapa foto yang ia lihat. Bukan hanya itu, cara wanita itu memandang juga terlihat berbeda karena binar matanya seolah menandakan sebuah rasa tertarik pada Tanto.“Kenapa kamu fotonya deket dia terus, engak ganti posisi?” tanya Rini lagi.“Ya enggak tahu, tahunya Cuma berdiri terus foto, gitu aja. Kamu cemburu?” tebak T
“Enggak usah dilihati terus, langsung hubungin aja kenapa?” Tania merebut ponsel Andin dan segera mencari nama Bagus dalam daftar kontak.“Jangan macam-macam, deh!” Andin merebut kembali ponselnya.Tania tersenyum kecut melihat foto lelaki berambut kribo yang terpampang di meja kerja Andin. Entah apa yang sahabatnya lihat dari sosok itu hingga berhasil membuat cewek populer seperti Andin begitu tergila-gila padanya. “Kalo kamu enggak gercep, bisa-bisa dia disana kepincut sama kembang desa terus nikah muda. Lalu pas kamu pulang besok dia udah jadi bapak-bapak anak dua,” ucap Tania.“Sopan, ya, kalo ngomong. Dia itu enggak bercita-cita nikah muda!”“Mending kamu cari cowok lain dulu, ya itung-itung pelampiasan. Kan udah banyak tuh kandidat yang ngantri nunggu kamu bilang iya. Edo, Bondan, Marsel terus Satria, siapa lagi, ya?” Kayla menyebutkan beberapa lelaki yang saat ini gencar menghadapi Andin.“Buat kamu aja!” Tania heran entah kehidupan seperti apa yang Andin harapkan sehingga
“Gila kamu, Kay!” pekik Hasna--teman kuliah Kayla. “Emangnya kenapa? Serasi, kan?” Kayla menunjukkan gambar yang baru saja di editnya.Hasna menepuk kepalanya saat melihat banyaknya foto Bagus dalam laptop Andin. Bahkan gadis itu sering kali memintanya untuk memfoto mereka secara diam-diam saat keduanya tengah bersama.“Kamu ngeditnya keterlaluan banget!”Hasna menunjuk satu buah foto berpose intim yang diperankan oleh keduanya. Bukan foto asli melainkan hanya hasil editan sebuah aplikasi yang menjadikan foto itu seolah nyata. Hasna bahkan bergidik ngeri karena sahabatnya bisa segila itu dengan lelaki berwajah pas-pasan seperti Bagus.“Kapan aku bisa sedekat ini sama dia?” Kayla membayangkan jika dirinya bisa bebas berdekatan, melihat bahkan menyentuh Bagus. Hal yang sangat sulit dilakukan karena lelaki itu selalu menjaga jarak padanya saat mereka bertemu. Ia mengingat betul entah berapa kali Bagus menampik tangannya saat ia berusaha menggandengnya di acara kondangan kemarin.Semaki
“Bodoh banget kamu, Kay!” Berkali-kali Kayla memukul kepalanya yang sedari tadi malam terus terasa sakit. Ia tak menyangka jika rahasia terbesarnya akan terbongkar secepat ini. Tak ada angin tak ada hujan, Ayahnya tiba-tiba menemukan foto kebersamaannya dengan Bagus. Bukan hanya itu, Ayahnya juga menemukan semua foto yang ia sengaja edit agar memberikan kesan romantis antara dirinya dengan Bagus.Berawal dari laptop Sugeng yang tiba-tiba rusak, ia yang saat itu ingin mengirim sebuah dokumen terpaksa meminjam laptop anak gadisnya. Tak ada hal yang janggal saat lelaki itu menggunakan laptop yang biasa digunakan Kayla untuk kuliah, namun setelah pekerjaannya beres dan mendiamkan laptop tersebut tetap menyala dihadapannya, ia dikejutkan oleh layar laptop yang berubah menjadi gambar dua remaja berbeda jenis yang sedang berdiri berdampingan. Sang gadis terlihat begitu cantik dengan kebaya anggun yang dikenakannya dan sang laki-laki juga tak kalah rapi dengan baju batik yang melekat ditubu
“Bagaimana kabar kamu, Nak?” Wajah Rini terpampang jelas memenuhi layar ponsel milik Bagus.“Baik, Ma.” Bagus berusaha menunjukkan senyum terbaiknya.Meski masalah yang melandanya begitu rumit, tapi ia memutuskan untuk lebih dulu merahasiakan hal ini dari orang tuanya. Ia akan terlebih dulu berbicara pada orang tua Kayla dan meminta kejelasan atas kelanjutan masalah ini. Jika nantinya mereka tetap kekeh menyalahkannya dan memintanya bertanggung jawab, saat itulah Bagus akan berbicara secara langsung pada orang tuanya dan menjelaskan yang sejelas-jelasnya.“Maaf, akhir bulan ini kami enggak bisa pulang. Ayah enggak dapat cuti dan Kak Ari juga dapat tugas luar,” ucap Rini“Enggak apa-apa, Ma.”“Kamu lagi ada masalah? Kok mukamu pucat gitu?”“Biasa, Ma, kecapekan.”Sebagai orang tua, tak mungkin Rini tak merasakan perubahan yang terjadi anaknya. Dari raut wajah yang berbeda saja, ia langsung tahu jika anaknya sedang tak baik-baik saja. Seorang ibu akan selalu mempunyai ikatan batin yan
“Anak Pak lurah kamu embat? Emang enggak ada obat kamu, Gus!”“Apaan sih? Enggak usah teriak-teriak bisa, kan?” Bagus membekap mulut lelaki yang duduk di sampingnya. Ia takut semua orang yang sedang apa yang sedang mereka bicarakan. Untuk meringankan beban pikiran, Bagus terpaksa menceritakan masalah yang menimpanya Pada Edo—teman terdekatnya. Ia berharap Edo bisa sedikit memberi solusi tentang hal apa yang harus ia lakukan selanjutnya.“Terus kamu dipaksa nikah gitu?” tanya Edo setengah berbisik.“Enggak, mereka minta duit dua ratus juta.”“Apa? Du-Dua ratus juta? Gila Pak lurah, jualan anak, dia?” Mulut Edo ternganga seraya membelalakkan mata.“Enggak usah lebay! Biasa aja bisa, kan?” Bagus menoyor kepala sahabatnya.“Kenapa enggak minta dinikahi aja? Kayla udah tekdung belum, sih?” Edo melingkarkan tangannya di depan perut.Lagi-lagi Bagus berusaha membungkam mulut Edo karena sudah ada beberapa orang di sekitar mereka yang mulai mencuri pandang. Pengujung warung bakso yang keduany