19 ~ PergiHellena segera mengurai pelukan Aksara. Memaksakan berdiri dengan ajeg, merapikan debar dadanya yang tidak karuan. Pelukan Aksara yang tiba-tiba jauh lebih mengagetkannya dibandingkan puluhan jar kain yang menimpa tubuhnya.Astagfirullah. Ampuni aku Ya Allah. Bisik hati Hellena, dia tidak menduga, tiba-tiba saja, menyadari tubuhnya ada dalam pelukan Aksara, laki-laki yang telah memberinya banyak kenangan manis dan juga kata talak, hampir sepuluh bulan yang lalu.Sementara Hellena yang pucat pasi, Aksara juga tidak kalah kaget. Sesaat menyesali tindakannya yang terlalu reflek. Memeluk tubuh Hellena adalah kesalahan besar, bukan hanya mendapati Abizar yang menatapnya penuh prasangka, tapi membuat kenangan tentang sulaman hari-hari indah bersama perempuan itu perlahan hadir kembali.Hellena.Untuk pertama kalinya Aksara menyebut nama itu hampir tujuh tahun yang lalu, saat dirinya tak sengaja menatap raut wajah lembut dengan binar mata yang sulit dilupakan. Gadis polos yang
PengakuanAbizar menyudahi kalimatnya, dengan cepat. Ada nada getir dalam lautan kebesaran jiwanya, ada tatapan terluka pada ketulusan dan kerelaan hatinya. Ribuan bunga cinta sepertinya terasa layu sebelum berkembang dengan sempurna. Melepas Hellena, pada saat cintanya sedang tumbuh dan bermekaran. S-akit. Abizar tahu setelah hari ini, saat Hellena kembali pada sosok pria masa lalunya, merenda kembali kisah mereka yang sempat terkoyak, dia yang akan merasakan hatinya sepi. Dia yang akan merasakan jiwanya sunyi. Tapi membiarkan asa pada dua orang dihadapannya yang masih menyala hancur, hadir diantara dua orang yang masih mencinta, menghadirkan mereka jarak yang tak terbatas, Abizar tak sanggup. Lebih baik sakit dari pada menyakiti. Tatapan Abizar mengembun, berusaha tegar saat membayangkan rencana yang sempat terukir begitu indah bersama Hellena. Menikah, merajut hari indah,Perlahan mencoba melupakan, mungkin lebih baik. "Apa yang kau katakan, Mas?" Hellena bangkit mendekat.
Dua bulan sejak kejadian di gudang yang menimbulkan prasangka dan hampir membuat Abizar pergi. Aksara menjalanlan harinya seperti biasa. Tak terasa dia sudah menjalani harinya di Bandung berbulan lamanya. Hari berjalan begitu sempurna, pagi, siang, malam datang dan pergi silih berganti. Udara Bandung yang sejuk dan rutinitas dari penduduknya yang beraneka ragam berjalan dengan teratur. Segala keindahan alam dan keelokan budayanya menghadirkan sisi indah dan romantis dari kota yang berjuluk Paris Van Java ini.Sudah seminggu Hellena tidak masuk kerja. Meja tempatnya duduk nampak lengang. Tak ada lagi wajah teduh dengan senyum lembutnya yang dengan sopan memberikan laporan atau sekedar mengingatkan jadwal pentingnya.Seperti kata Abizar, Hellena akan resign bekerja.Aksara menatap meja yang kosong dan ruangan yang rasanya begitu sepi. Sedang apa Hellena? Kau pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu. Mata Aksara kembali menyapu ke arah meja kerja Hellena. Sepi. Mengapa hatiku
Apa Mbak? Membatalkan pernikahan Abizar dan Hellena?""Ya, saya ingin mereka tidak jadi menikah. Hellena tidak pantas untuk Abizar."Astaghfirullah. Aksara, menatap tidak percaya pada perempuan yang sedang memandang ke arah jendela dengan tatapan berkabut dan kosong. "Apa karena status Hellena?" Tanya Aksara hati-hati. Diana kembali menatap Aksara. Pandangannya penuh selidik. "Maaf kalau pertanyaan saya sedikit menyinggung ranah pribadi, mengapa kalian bercerai?" tanya Diana tajam. "Saya yang bersalah, Mbak Diana." Aksara segera menjawab. "Perceraian ini murni salah faham dan karena ada fihak ketiga yang membuat rumah tangga kami tidak tenang dan rawan konflik." Aksara melanjutkan penjelasannya. "Saya jamin, Hellena perempuan baik. Dia bisa menjadi istri Abizar.""Oh ya?""Tentu saja Mbak. Saya, mengenal Hellena dengan baik, saya menyesal pernah menceraikannya." Diana memandang mata Aksara, ada riak sangsi di matanya. "Aku tidak suka adikku menikahi janda. Apalagi dia mantan sa
Bergegas Hellena keluar ruangan Aksara. Menyisakan suara pintu yang perlahan tertutup rapat. Begitulah kisah hidup dan masa lalu, pada akhirnya akan tertutup oleh kisah baru dan waktu, tertutup oleh cerita yang hadir kemudian. Hilang seiring putaran jam dan masa. Maafkan aku Aksara, bukan aku tidak memberimu kesempatan untuk kembali pada kehidupan kita seperti dulu, hanya saja kau hadir pada saat yang tidak tepat. Kita dipertemukan, saat aku telah menerima seorang Abizar. Abizar yang telah menolongku, yang telah begitu tulus menyayangi Cellia dan membukakan pintu hatinya untukku. Perempuan terluka, yang bahkan tidak tahu kalau hari esok masih miliknya atau tidak. Ada ketulusan yang kudapat dari cinta Abizar, yang tidak bisa kutukar dengan cintaku padamu sekalipun. Kesucian cinta Abizar tidak bisa kugantikan, meski sejuta kenangan manis diantara kita masih jelas dan belum terhapuskan. Maafkan Mama, Cellia. Bukan Mama egois dengan tetap memilih menikah dengan Om Abizar, tapi Ma
26 ~ HancurAbizar mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalanan bandung yang mulai ramai. Selama perjalanan tak hentinya Cellia berceloteh dan bergayut manja di pangkuan Aksara. Ada rindu yang tidak bisa gadis kecil itu ungkapkan dengan kata dan hanya gelendotan manja di pangkuan Papanya. Berkali Aksara mengecup dan membelai kepala mungil Cellia, memeluknya erat-erat dan berharap dunia berhenti berputar. Agar dia bisa merasakan denyut dan nafas lembut putri kecilnya, lebih lama. Sungguh, Aksara memahami situasi saat dirinya harus dengan rela melihat sosok perempuan yang sangat dicintainya perlahan pergi dan berlabuh di kehidupan laki-laki lain. Meski sakit. Tak ada yang salah dengan Hellena begitupun dengan Abizar. Satu-satunya kesalahan adalah saat dirinya bertahun tuli dan buta atas semua penjelasan Hellena tentang Mama dan Mbak Friska. Luka ini, semuanya berawal saat seorang imam rumah tangga yang tidak mempercayai istrinya secara utuh. Maafkan Papa, Cellia. B
27 ~ Sebuah PengorbananSenja belum sepenuhnya hilang. Semburat merah jingga masih tersisa di ufuk barat. Entah berapa lama Aksara bersimpuh dan memohon petunjuk pada Yang Maha Memelihara. Lafal doanya terdengar begitu lirih dan khusu saat dirasakannya ada keyakinan yang semakin kuat, untuk segera pergi meninggalkan sepenggal kisahnya di Kota Kembang. Tak ada yang harus diperjuangkan lagi di sini, kisahnya sudah selesai. Saat matanya menangkap siluet Hellena dalam gaun pengantinnya, hatinya berkata sudah saatnya dia pergi. Apapun tentang Hellena, sudah berakhir sudah. Aksara, membereskan selesai pakaiannya dan miliknya ke dalam kopor besar yang dibawanya dari Jakarta. Detak jam di kamar apartemennya terdengar lebih jelas suaranya. Setelah semua proses serah terima urusan perusahaan dengan Abizar, selesai tempo hari, rasanya kini dia bisa kembali ke Jakarta dengan tenang. Cukup sudah episode hidupnya di kota Kembang. Saatnya bersiap dengan kehidupan barunya, kembali ke Jakarta.
Abizar perlahan membuka matanya, tatapannya menyapu seisi ruangan yang didominasi warna puth. Beberapa perawat dan dokter terlihat berjalan hilir mudik melintasi samping jendela kamar ruang perawatan Abizar yang terbuka. Tangannya urung bergerak saat menyadari ada slang infus yang terpasang. Sementara tangannya tidak leluasa bergerak, Abizar merasakan kalau hidungnya juga masih dipasang alat bantu pernafasan. Sekujur tubuhnya terasa ngilu dan beberapa bagian malah terasa pedih. Beruntung sepertinya luka yang dideritanya tidak terlalu serius, bahkan luka bakarpun boleh dibilang tidak terlalu menghawatirkan. Sepertinya aksi cepat dan nekat Aksara banyak membantu Abizar untuk selamat dari kobaran api. Kepala Abizar masih terasa pusing saat mengingat-ngingat kronologi kecelakaan yang tengah menimpanya.Dia sedang mempersiapkan berkas malam itu, saat entah darimana api berasal, tahu-tahu dia terkepung di ruangan seorang diri. Sia-sia Abizar berteriak dan hendak berlari menyelamatkan di