Share

SKANDAL- 08

Lea yang baru saja kembali dari membeli Mochacino Latte favoritnya bertemu dengan Ricko – asistennya – yang menunggu di samping mobil mini cooper miliknya.

“Kita harus pergi ke stasiun televisi untuk talk show demi menghindari kemacetan."

Lea mengangguk, "Iya aku tahu."

Saat akan naik ke lantai dua, Lea mendengar adanya perdebatan kecil dari ruangan di mana terdapat banyak koleksi gaun pengantinya. Lea langsung berbelok dan berjalan menghampiri seorang penjaga tokonya yang terlihat kewalahan menangani dua pelanggan di dalam ruangan elegan yang sangat berkelas di butiknya.

Lea menyapa dengan senyuman ramahnya, "Selamat pagi semuanya. Ada yang bisa saya bantu untuk kalian?"

Wanita itu dan seorang ibu paruh baya  berbalik menghadapnya lalu terkesima saat melihatnya. Wanita itu bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Saya Azalea. Apa yang terjadi?" katanya sopan.

"Azalea Chou, pemilik butik ini?" tanyanya tidak percaya.

Lea tersenyum, "Ya dan satu-satunya."

"Astaga!! Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan desainer berkelas sepertimu."

Azalea tertawa renyah lalu menyalami kedua wanita itu yang langsung membalasnya dengan antusias.

"Arinda dan ini Mama saya, Stella."

"Halo Arinda dan Tante Stella. Silahkan duduk dulu, kita bicarakan apa masalah kalian tadi." Lea menoleh ke pegawainya dan menyerahkan cup minuman yang tadi di bawanya. "Buatkan mereka teh hijau ya."

Pegawainya mengangguk. Ricko memilih untuk naik ke lantai dua menunggu.  Arinda berbinar dan Stella tersenyum melihat sikap ramah yang ditunjukkan Azalea.

"Putri pertama saya ini memaksa sekali untuk memilih gaun itu, hanya saja ukurannya tidak pas untuk badannya yang melar ini," sindir Stella. 

"Mam, jangan begitu."

"Memang kenyataannya. Kamu sebentar lagi mau menikah tapi tidak mau diet sedikit saja. Seperti ini kan jadinya."

Azalea mengikuti pertengkaran kecil mereka dengan senyuman. Saat melihat Arinda cemberut, Lea langsung mengambil alih.

"Saya rasa tidak masalah kalau Arinda nyaman dengan bentuk tubuhnya selama calon suaminya tidak keberatan."

Arianda semakin menatap Azalea dengan terkesima. Stella mengangguk, "Ah, kamu memang benar."

"Kalau begitu, kamu sangat ingin gaun yang modelnya seperti ini." Lea menunjuk manekin tidak jauh dari tempatnya yang mengenakan gaun rancangan terbarunya. Gaun sederhana yang menurut Lea akan sangat cantik di kenakan Arinda.

"Aku suka semuanya terutama detailnya." Arianda menatap gaun itu dengan binar lalu menoleh ke Lea. "Sudah lama aku berharap bisa mengenakan gaun rancanganmu. Jadi aku datang jauh-jauh dari Bandung ke sini untuk jatuh cinta dengan gaun ini."

Lea tertawa, "Kamu pintar sekali memilih. Seperti yang dikatakan pegawai saya tadi, gaun ini hanya memiliki satu ukuran." Arinda menghela napas dengan tatapan kecewa. Lea tersenyum, "Tapi karena Arinda sudah jauh-jauh datang dan sangat menginginkannya maka aku akan memodifikasinya sesuai dengan ukuranmu."

"Benarkah?"

Lea mengangguk. Arinda jelas tersenyum bahagia begitu juga Stella lalu Ricko datang membawakan tasnya dan menunjuk jam di tangannya.

"Tapi maaf kalau aku harus pergi sekarang. Bagaimana kalau kalian datang dua hari lagi agar aku bisa mengukurnya. Kalian keberatan?"

Arinda menggeleng, "Sama sekali tidak. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Azalea.”

Lea berdiri dan mengangguk. "Sama-sama. Saya tahu memilih gaun untuk pernikahan seumur hidup itu tidaklah mudah. Arinda beruntung tahu dengan pasti apa yang diinginkannya. Jadi saya tidak keberatan untuk mewujudkannya."

Arinda memeluk Mamanya dan tersenyum, "Terima kasih karena mengerti.”

"Kalau begitu bersantailah dulu dan melihat-lihat. Saya harus pergi. Sampai jumpa lagi Arinda dan Tante Stella."

Arinda memberi pelukan hangat untuk Lea begitupula Stella. Lea tersenyum lalu dengan anggun, dia berjalan keluar dari butiknya di bawah tatapan mata Arinda dan Stella yang bahagia.

"Benar-benar wanita berkelas yang sangat baik dan ramah," gumam Stella.

"Betul Mam."

Lea masuk ke dalam mobil mini cooper-nya bersama Ricko dan melesat pergi dari sana dan duduk nyaman di kursinya menatap jalanan padat di luar dengan matahari yang bersinar cerah. Dia teringat dengan duda keren yang tadi pagi jatuh entah dari mana di dalam butiknya. Senyuman ramahnya tidak bisa hilang dari bayangan Lea.

Keenan Smith.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status