Share

108. APAPUN ALASANNYA, KEBOHONGAN TETAPLAH KEBOHONGAN

Tawa dan canda menyertai dalam setiap percakapan Ririn dan ketiga temannya. Sementara Damar hanya diam memasang wajah kecut tanpa tertarik sedikitpun untuk ikut bergabung dalam tawa dan canda mereka berempat.

Lisa menyenggol lengan Ririn. "Kenapa cowo loe diam saja?!" bisiknya depan telinga Ririn.

"Memang orangnya jarang bicara," jawab Ririn berbisik pula memberi alasan padahal bukan itu yang sesungguhnya.

"Oh."

Bukan hanya Lisa saja yang merasa aneh dengan Damar, kedua teman pria Ririn juga ikut merasa aneh dengan Damar yang tidak merespon apapun.

Waktu terus berlalu. Damar akhirnya lega ketika teman Ririn pamit pergi.

Senyum misteri tersungging di bibir Damar begitu Ririn mengantar temannya sampai pintu apartemen. Sekarang yang tersisa hanya dirinya dan Ririn yang berada di dalam apartemen.

"Aduh, bagaimana ini?!" bisik hati kecil Ririn cemas ketika melihat dari sudut mata, Damar sedang menatapnya dengan tajam.

Satu langkah, dua langkah, Damar datang mendekat pada Ririn yang sedan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status