Buru-buru diambilnya laptop Andri dan membukanya. Rini semakin terperangah ketika laptop Andri menyala, gambar latar belakang layar laptop Andri adalah foto Andri, Nuri dan Aldy seperti yang ada didalam kamar Andri tadi, kemudian foto Andri yang tengah menggendong Nanda di punggungnya, serta foto hitam putih hasil USG janin Rini yang sudah dieditnya menjadi satu dengan applikasi pengeditan foto. Dibagian bawah dari foto dilayar itu ada tulisan “My Familiy” dengan gambar hati berwarna merah. Rini terpaku beberapa saat menatap foto di layar laptop Andri. Rini kemudian mencari beberapa file yang diminta Andri dan kemudian mengirimkannya melalui e-mail sesuai perintah Andri.* “Pak Andri belum pulang?” tanya Eko.“Belum, Ko. Masih ada yang ingin kuselesaikan, kamu boleh pulang duluan” jawab Andri.“Apa ada pekerjaan penting, Pak? Saya lihat beberapa hari ini pak Andri selalu lembur” tanya Eko penasaran, tak biasanya boss nya itu pulang malam.“Nuri dan anak-anak lagi ke Kalimantan mengh
Hari ini Nuri, Aldy, Nanda, bu Aisyah, Adit, Rizal dan Andin serta beberapa orang kerabat Rizal lainnya bertolak ke Kalimantan dalam rangka acara resepsi pernikahan Andin dan Rizal. Rizal terlihat sudah sangat akrab dengan bu Aisyah yang dulu begitu dibencinya. Bu Aisyah pun merasa sangat bahagia ketika anak lelaki dari mendiang suaminya itu sudah membuka diri terhadapnya dan Nuri.Sebelum mereka berangkat tadi, Andri menyempatkan diri mengunjungi mereka ke rumah Nuri, anak-anaknya berpamitan pada papanya untuk beberapa hari di Kalimantan. Bu Aisyah menyambut mantan menantunya itu dengan ramah, Andri pun tetap bersikap hormat pada bu Aisyah.“Buk, maafkan kesalahan saya selama ini” ucap Andri ketika bu Aisyah menyambutnya dan menemaninya di ruang tamu, sedangkan Nuri dan anak-anaknya terlihat masih sibuk bersiap-siap.“Kenapa minta maaf, Nak. Nak Andri nggak punya salah pada ibu” jawab bu Aisyah ramah.“Walaupun ingatan saya belum kembali, tapi saya yakin dimasa lalu saya banyak salah
Buru-buru diambilnya laptop Andri dan membukanya. Rini semakin terperangah ketika laptop Andri menyala, gambar latar belakang layar laptop Andri adalah foto Andri, Nuri dan Aldy seperti yang ada didalam kamar Andri tadi, kemudian foto Andri yang tengah menggendong Nanda di punggungnya, serta foto hitam putih hasil USG janin Rini yang sudah dieditnya menjadi satu dengan applikasi pengeditan foto. Dibagian bawah dari foto dilayar itu ada tulisan “My Familiy” dengan gambar hati berwarna merah. Rini terpaku beberapa saat menatap foto di layar laptop Andri. Rini kemudian mencari beberapa file yang diminta Andri dan kemudian mengirimkannya melalui e-mail sesuai perintah Andri.* “Pak Andri belum pulang?” tanya Eko.“Belum, Ko. Masih ada yang ingin kuselesaikan, kamu boleh pulang duluan” jawab Andri.“Apa ada pekerjaan penting, Pak? Saya lihat beberapa hari ini pak Andri selalu lembur” tanya Eko penasaran, tak biasanya boss nya itu pulang malam.“Nuri dan anak-anak lagi ke Kalimantan mengh
“Tapi Nuri masih ingin sendiri dulu, Buk. Nuri belum memikirkan untuk menikah lagi”“Apa karena mantan suamimu, Nak?”Nuri hanya diam dan menarik nafasnya. Bu Aisyah pun ikut menarik nafas panjang.“Bukankan kamu dulu memilih berpisah darinya karena tak mau terus menerus berdosa karena hidup dengan ketidak ikhlasan? Dan kalian sudah membuat keputusan dan kesepakatan untuk berpisah. Ingatan Andri yang sekarang masih menganggapmu sebagai istrinya pastilah sangat menyakitkan bagi Rini, Nak. Jangan biarkan semua semakin berlarut-larut dan menyakiti kalian bertiga lebih dalam lagi. Ibu rasa, kau bisa menghindarinya dengan menerima lamaran Adit. Kecuali jika memang didalam hatimu masih menginginkannya. Tanyakan itu pada hatimu, Nak. Semua keputusan ada padamu, ibu hanya ingin melihatmu bahagia”Nuri tak menjawab, suasana hening menguasai mereka berdua beberapa saat.“Nuri akan memikirkannya, bu” jawab Nuri lirih memecah keheningan.“Kejarlah kebahagiaanmu, Nak. Ibu yakin anak-anakmu pun tid
“Terima kasih, Opa. Aldy hari minggu ini nggak ada kegiatan. Boleh deh kalau mau latihan badminton bareng Opa” jawab Aldy.Sedangkan Bu Safa terlihat meletakkan Nanda di pangkuannya kemudian bercanda dengan gadis kecil itu, terlihat gadis mungil itu terkekeh di pangkuan Bu Safa. Sementara Bu Aisyah terperangah mendengar percakapan antara Pak Wahyu dan Aldy yang terlihat sudah begitu akrab. Dia tak menyangka jika cucu-cucunya sudah seakrab ini dengan orangtua Adit. Rizal dan Andin pun ikut duduk di ruang tamu, sedangkan Aldy dan Nanda sudah berlalu ke kamarnya masing-masing setelah bercengkrama sebentar dengan Pak Wahyu dan Bu Safa.“Maaf, jika kedatangan kami kemari membuat kalian bingung, terutama Nak Nuri." Suara Pak Wahyu membuat semua yang ada di sana memperhatikan lelaki paruh baya itu. “Kami kemari dengan tujuan ingin melamar putri Bu Asiyah untuk menjadi pendamping putra kami.” lanjut pak Wahyu lagi.Nuri terkejut salah tingkah mendengar kalimat Pak Wahyu, sementara Bu Aisyah
“Ada apa, Honey?” tanya Adit lembut menatap wajah Nuri ketika mereka berdua memisahkan diri dan sudah berada di ruang tengah.“Kenapa tiba-tiba begini sih Dit. Aku bingung menghadapi situasi ini."“Ini bukan tiba-tiba, Ri. Aku sudah berkali-kali mengirim sinyal padamu, bahkan aku sudah 2 kali melamarmu pada Kak Rizal bahkan Bu Aisyah pun sudah memberiku restunya. Hanya kamu yang nggak peka, Ri”“Dit, aku bukan wanita yang tepat untukmu. Aku hanya akan membuatmu dan kedua orangtuamu kecewa." Suara Nuri terdengar lirih.“Kecewa bagaimana sih, Ri. Bapak dan ibu sangat berharap bisa menjadikanmu bagian dari keluarga kami. Dan kamu bisa liat sendiri, bahkan bapak dan ibu yang lebih antusias meminangmu. Aku menginginkanmu, Ri. Tak bisakah kau melihat keseriusanku.”“Tapi aku sudah menjelaskan padamu, Dit. Aku bukan wanita yang bisa memberikan keturunan padamu. Pak Wahyu dan Bu Safa pasti sangat ingin memperoleh keturunan darimu, dan aku tak akan bisa memenuhi itu."“Nggak, Ri. Bapak dan ibu
Nuri kembali memejamkan matanya, kemudian menatap mata Bu Asiyah sesaat. Nuri melihat binar harapan pada manik mata ibunya itu. Bu Aisyah hanya menginginkan kebahagiaannya, itu yang selalu dikatakannya pada Nuri. Dan Adit berjanji akan membahagiakannya jika Nuri mau menerimanya. Mungkin ini memang jalan dari-Nya? pikir Nuri. Nuri menghela nafasnya dalam-dalam.“Baiklah Pak ... Bu .... Saya akan memberi jawaban saya sekarang. Bismillahirrahmanirrahim, saya menerima lamaran ini.” Semua yang ada di sana terkesiap mendengar kalimat Nuri. “Alhamdulillah,” ucap mereka serentak.“Terima kasih nNk Nuri, terima kasih.” Bu Safa menghampiri Nuri dan merangkulnya. Sementara Adit terlihat berkaca-kaca mendengar Nuri menerima lamarannya, Pak Wahyu yang duduk di sampingnya merangkul dan menepuk-nepuk pundak putra kesayangannya itu. “Selamat ya, Nak,” kata Pak wahyu pada Adit yang hanya dibalas anggukan oleh Adit.***“Kamu lagi nggak demam kan, Ri” tanya Andin sambil meletakkan punggung tangannya
Nuri tak bisa memicingkan mata memikirkan apa yang baru saja terjadi. Dia baru saja menerima lamaran Adit di hadapan keluarga Adit dan keluarganya. Apakah keputusanku ini sudah benar? Kenapa aku jadi takut menghadapi hari esok? Apakah Adit memang jodoh yang ditakdirkan Allah untuk mejaganya? berbagai pertanyaan timbul dalam benaknya. Nuri tersentak kaget dari lamunannya ketika mendengar ponselnya berdering di atas nakas. Pesan dari Adit.[Selamat tidur, Bidadariku. Mimpi yang indah. Terima kasih telah menerimaku, aku ingin mempimpikanmu malam ini.]Nuri tak membalas pesan Adit. Dia bingung harus membalas apa, Nuri masih belum terbiasa dengan status mereka saat ini.Drrrttt… Drrttttt… ponselnya berdering.“Halo.”“Belum tidur? Kok pesanku nggak dibalas?”“Baru mau tidur, Dit. Suara ponselku membangunkanku.”“Baru mau tidur apa nggak bisa tidur? Jangan terlalu memikirkanku, biar aku saja yang memikirkanmu.”“Apaan sih, Dit. Kamu jadi kayak abege gini. Ingat umur Dit, aku malu diperlakuk