Shassy pun tersenyum tipis. "Aku yang lebih tidak menyangka lagi, jika itu Anda," sahutnya.
"Di mana keponakanku, apa dia tidak datang bersamamu?" tanya laki-laki tersebut.
Shassy langsung menyahut, "Dia sedang bekerja Paman."
Lalu …
"Ternyata tak seharmonis kelihatannya ya, hahaha," sahut seseorang yang datang dari arah ruang tamu.
Shassy lalu menatap ke arah orang yang baru saja menyahut itu. "Harmonis atau tidak itu bukan urusan kamu, tapi terima kasih sudah perhatian padaku."
"Cih, muka tebal," cibir orang tersebut.
"Tentu kita lebih tahu, siapa yang punya muka lebih tebal," sahut Shassy dengan santai.
Kemudian munculah ses
Semua orang yang ada di ruangan itu pun menatap ke arah Shassy. Apa lagi Nyonya Kartika dan Sherin yang tampak sangat bahagia melihat polisi tersebut menyuruh Shassy berdiri seakan polisi itu ingin menginterogasi Shassy."Mas, ada apa ini?" tanya Shassy pada Keen—laki-laki yang membawa semua polisi itu."Tenang saja," sahut Keen sambil menatap santai ke arah Shassy.Akhirnya Shassy pun berdiri seperti yang diperintahkan polisi tersebut."Apa Anda baik-baik saja?" tanya polisi tersebut."Saya baik-baik saja, memangnya ke—" Kalimat Shassy terputus saat mendengar pekikan Sherin, ia pun langsung menoleh—menatap ke arah Sherin."Apa yang kalian lakukan?" teriak Sherin sambil mero
"Dan, bagaimana kabar kamu?" tanya Shassy pada pemuda tersebut setelah melepaskan pelukannya."Aku baik-baik saja Mbak, sampean bagaimana kabarnya?" tanya pemuda itu dengan sebuah senyum hangat di wajahnya."Aku juga baik," ujar Shassy sambil mengacak-acak rambut pemuda yang seumuran Dira itu."Ah Mbak jangan begitu dong, susah payah aku menata rambutku ini," ujar pemuda bernama Dani itu.Lalu …"Ehem!" Keen pun berdehem lalu berjalan mendekat ke arah Shassy.Shassy lalu menatap ke arah Keen sejenak dan kemudian menatap Dani kembali. " Oh iya Dan, kenalkan ini suamiku Mas Keen," ujar Shassy bersemangat."Aku Keen," ucap Keen dengan tatapan dingin sambil mengulurka
"Nona jangan memanggilku kakak, itu tidak baik nanti—""Jangan mengalihkan pertanyaanku," potong Shassy.'Apa aku tidak bisa menghindar,' batin Tristan."Tidak usah berusaha menghindar dari pertanyaanku lagi," imbuh Dira.Lalu Tristan pun menghela napas dalam-dalam dan kemudian menatap Dira dengan tegas. "Nona, status kita ini sangat jauh. Saya tidak berani berharap untuk hal itu, dan Tuan pasti tidak akan me—""Kalau Kakak setuju bagaimana?" sela Dira.Tristan pun terdiam mendengar hal tersebut."Apa kamu juga menyukaiku?" tanya Dira sekali lagi sambil menarik kerah pakaian Tristan."Iya Nona, dia menyukai Anda. Dia menol
"Hentikan Tuan," ucap Tristan yang menahan tubuh Keen.Dira pun memegangi tangan Keen dari samping demi menahan tubuh kakaknya itu."Lepaskan aku, biar aku habisi dia!" teriak Keen dengan wajah merah padam.Sedangkan orang yang menjadi sasaran Keen pun langsung beringsut menjauh dengan wajah yang babak belur."Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya berjanji," ujar orang tersebut dengan tubuh bergetar, ketakutan.*Di sisi lain … Shassy yang baru saja keluar dari dalam toilet pun berjalan dengan santai lalu membeli rujak buah dan beberapa makanan kecil lainnya di tempat itu."Ada apa sih Mbak kok r
"Aku apa? Kenapa kamu tergagap? Ayo pukul aku," ujar Shassy dengan wajah yang merah padam menatap laki-laki itu."Tidak Mbak, aku ndak akan ngelakuin itu," sahut Dani sambil menundukkan wajahnya.Dira pun menghela napas lega mendengar ucapan Dani tersebut. Ia pun segera mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya dan menekan angka satu cukup lama—mengirim pesan darurat pada nomor yang terdaftar di dalam angka tersebut."Kalian ke sini!" bentak Shassy.Lalu Dani dan gadis yang ada di dalam ruangan itu pun mendekat ke arah Shassy."Kamu,"—Shassy menatap gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki—"berapa usia kamu?" tanyanya dengan sebal."Sa-saya 16 tahun," jawab gadis itu sambil menunduk malu.
"Kamu sudah melampaui batasanku," ujar Keen dengan tatapan membunuhnya.Tapi wanita itu mencoba terus bertahan. "Keen aku yakin foto itu asli, kamu jangan mau dibodohi olehnya," ujar wanita itu sambil menunjuk Shassy."Kak Man, kamu jangan seenaknya menuduh kakakku," ujar Dira yang langsung berdiri di depan Shassy seolah menjadi tameng.Wanita itu pun menatap ke arah Dira. "Apa istimewanya dia sampai kamu juga membelanya?""Manila berhenti mempermalukan diri kamu sendiri," sahut Shassy. "Bagaimana pun juga, mereka adalah keluargaku sekarang," imbuhnya."Tidak, mereka itu orang-orang yang baik, tidak pantas rubah seperti kamu bersama dengan mereka!" teriak Manila menyuarakan apa yang ada di dalam hatinya."Belum s
Tak lama kemudian munculah Tristan dan beberapa anak buah Keen lainnya masuk ke dalam kamar tersebut."Siapkan mobil!" teriak Keen.Lalu semua orang bertindak cepat, Keen pun menggendong Dira yang masih menutupi wajahnya pergi meninggalkan rumah itu.** Satu jam kemudian di depan ruang IGD salah satu rumah sakit kota Jakarta."Bagaimana Dok?" tanya Keen ketika seorang dokter baru saja keluar dari ruangan tersebut."Nona sedang istirahat, kami sudah memberinya obat penenang," jawab dokter tersebut dengan santai."Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada anak saya Dok?" tanya Nyonya Tiara yang juga ikut menunggu d
Klak! Lampu kamar itu menyala."Hah!" Suara orang yang baru saja menghujamkan pisau ke ranjang ada di kamar itu terkejut.Dan dengan cepat sudah ada beberapa orang yang menyergap orang tersebut."Ka-kalian menjebakku!" teriak orang itu sambil memberontak, ingin melepaskan diri."Lalu menurut kamu, apa aku harus membiarkan kamu membunuhku?" ujar Shassy sambil menatap dingin ke arah wanita yang menggunakan pakaian pelayan tersebut.Wanita itu terdiam, ia tidak bisa berargumen apa pun atas hal itu."Bawa dia keluar dan kumpulkan bersama yang lainnya," perintah Shassy dengan suara lembut sambil mengusap perutnya.Kemudian para anak buah Keen itu pun membawa pelayan itu turun ke ru