Setelah sekilas Keen mendengar keterangan dari anak buahnya Keen dengan cepat membawa mobil itu kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah.
"Mas," panggil Shassy.
"Kamu temani Dira, aku mau sendiri dulu," ucap Keen tanpa menatap ke arah Shassy.
Setelah mengatakan hal itu Keen dengan cepat berjalan meninggalkan Shassy dan masuk ke dalam ruang baca yang ada di dalam sebuah bangunan di samping rumah.
Setelah masuk ke dalam ruangan itu, Keen dengan cepat mematikan lampu ruangan tersebut. Ia menyalakan sebuah lilin yang ada di ruangan itu lalu membuka tirai jendela, membiarkan sinar bulan masuk ke dalam ruangan yang cukup besar itu.
Setelah membuka tirai, Keen
Setelah meninggalkan rumah Keen, Shassy pun kembali ke rumah keluarganya. Saat baru turun dari taksi, Shassy tiba-tiba teringat dengan surat cerai yang diberikan oleh Keen tadi."Di mana surat tadi, jangan-jangan basah lagi terkena hujan." Shassy lalu mencari surat tersebut di dalam tasnya.Setelah mencari beberapa saat, akhirnya Shassy menemukan surat cerai tersebut."Surat ini jangan sampai rusak. Siapa tahu aku benar-benar ingin bercerai dengan dia nanti, kan lumayan," ucapnya sambil membuka surat tersebut.Shassy kemudian mengernyitkan keningnya ketika melihat isi surat cerai itu. "Apa-apaan ini," ucapnya yang berubah kesal saat melihat tanda tangan di atas surat itu.Shassy lalu membalik surat tersebut dan membaca tulisan yang sebenarnya. "Bodoh," ucap
Polisi pun segera menghentikan Keen dan laki-laki itu."Ada apa ini?" tanya salah satu polisi tersebut."Tidak tahu Pak, dia tiba-tiba saja memukulku," ujar laki-laki itu dengan kesal."Apa kalian masih mau berkelahi!" bentak seorang polisi senior yang baru turun dari mobil patroli."Tidak Pak," sahut laki-laki itu dengan cepat.Lalu polisi senior itu menatap ke arah Keen. "Dan Anda Tuan?" tanyanya.Keen lalu menarik tangannya dari tangan polisi dan dan merapikan jasnya. "Tidak, saya sudah selesai," sahut Keen dengan cepat."Baik karena semuanya sudah selesai, silakan masing-masing melakukan push-up sebanyak 100 kali. Kalau ada yang me
Setelah selesai berbincang dengan Raka, Shassy segera pergi meninggalkan restoran tersebut. Ia dengan cepat masuk ke dalam sebuah taxi yang sudah menunggunya di tepi jalan."Gimana Shass?" tanya Terry yang sudah berada di dalam mobil lebih dulu.Shassy langsung memeluk Terry tanpa menjawab sedikit pun petanyaan sahabatnya itu."Pak, ayo jalan," ujar Terry sambil menepuk pundak sopir taksi.Sopir itu pun menyalakan mesin taksi tersebut, dan membawa taksinya meninggalkan tempat tersebut."Tenanglah," ucap Terry sambil menepuk-nepuk punggung Shassy.Shassy lalu melepaskan pelukannya dan berkata, "Benar Ter, aku harus bisa menyelesaikan semuanya." Tekadnya.
Semua orang terkejut, termasuk Tristan yang sedang memejamkan matanya.'Ada apa?' batin Tristan dan dengan cepat membuka matanya.Tristan yang tengkurap pun kini mendongak, mencari tahu apa yang terjadi."Cari mati kalian!" teriak dari arah lain.Dan "Dorr! Dorr!" terdengar tembakan yang menembus tubuh orang yang berteriak tadi."Tuan," ujar Tristan saat melihat orang yang beru saja menembak itu mendekat ke arahnya.Keen lalu menatap ke arah Tristan yang sedang terluka parah. "Cepat bawa dia!" perintah Keen pada anak buahnya.Dan ketika anak buah Keen membawa Tristan pergi, tiba-tiba … "Dorr!" Sebuah tembakan balasan mengara
Di apartemen Keen. Malam harinya setelah pulang kerja, Keen memilih untuk segera kembali ke apartemennya. Di apartemen itu sudah ada Arnold yang menunggunya."Baru kali ini ada dokter yang mau memeriksa pasiennya, tapi harus nungguin pasiennya sampai pulang kerja dulu," ujar Arnold ketika Keen masuk ke dalam apartemen itu."Ah diam kamu, bikin kepalaku makin pusing saja," ujar Keen sambil melepaskan jasnya dan meletakkan jas itu di sofa dengan sembarangan."Kenapa?" tanya Arnold dengan santai."Bagaimana keadaan Mama?" tanya Keen sambil duduk di dekat Arnold lalu melepaskan sepatunya."Tante tetap murung, mau diapain lagi," tukas Arnold lalu menghela nap
"A-aku," Nyonya Tiara terbata-bata ingin menjawab.Kemudian ia pun menghela napas panjang. "Iya benar, itu aku," jawabnya dengan tenang.'Aku tidak menyangka Mama akan mengakuinya,' batin Keen sambil menundukkan kepalanya.Suasana yang tadinya hangat dan penuh cinta kini menjadi sunyi. Semua tamu undangan yang ada di ruangan itu pun diam.(Sebagian besar tamu undangan saat itu adalah para anak buah Keen yang menyamar, hanya beberapa orang saja yang merupakan undangan asli)Nyonya Tiara pun menatap ke arah Shassy. "Dia itu orang yang membunuh mama kamu dan mencelakai adikku, aku—""Tapi kenapa? Kenapa Mama tidak memberitahuku lebih dulu?" tanya Shassy dengan cepat dan memotong kalimat Nyonya Tiara.Nyonya Tiara mengernyitkan kening
"Aaaaa!" teriak Shassy saat melihat sebuah sosok muncul dari salah satu ruangan yang ada di lantai dua. Keen dengan cepat memeluk tubuh Shassy yang terlihat ketakutan. "Tenanglah, dia ini penjaga vila ini," bisik Keen. Mendengar hal itu, Shassy pun langsung menatap Keen. 'Apa, penjaga vila,' batin Shassy lalu menatap ke arah sosok yang menyelimuti tubuhnya dengan selimut putih yang terlihat berdebu. "Maaf jika mengagetkan Nyonya," ucap orang itu lalu membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Shassy lalu tersenyum canggung. "Maaf, aku tadi terlalu terejut," ujarnya saat melihat sosok laki-laki seusia Keen yang ada di balik selimut tadi. "Baiklah, jadi kamu ini—" tanya Keen dengan kalimat menggantungnya.
Shassy dan Keen yang baru membuka pintu pun terdiam, mereka menatap ke arah Danur yang sedang berdebat dengan seorang anak kecil di depan pintu rumah itu."Maaf Tuan," ucap Danur ketika sadar kalau Keen dan Shassy sedang menatap dirinya."Ya tidak apa-apa," sahut Keen dengan cepat."Siapa anak ini?" tanya Shassy sambil maju beberapa langkah dan mengusap pipi mungil anak laki-laki di depannya itu."Namaku Miko," sahut anak yang berusia tiga tahunan itu dengan lantang."Maaf Nyonya dia adalah keponakanku, dia tadi membuat keributan," sahut Danur dengan cepat.Shassy lalu menatap Danur dan mulai tersenyum hangat. "Tak apa, dia kan hanya anak kecil," sahutnya.