"Isssh," desis Keen ketika dirinya terpeleset saat menolong gadis itu, yang akan terjatuh.
"Ah, Om!" pekik gadis itu, ia terlihat panik.
"Ah, tidak apa-apa … kamu pegang senternya, ayo kita segera ke sana." Keen.
Ia pun memberikan senter yang ada di tangannya pada gadis tersebut.Gadis itu segera menerima senter tersebut dan mengulurkan tangannya ke arah Keen. "Ayo Om, cepat!" ucap gadis itu sambil terus mengarahkan senter tersebut ke segala arah.
Keen tersenyum kecil, melihat gadis tersebut sedang ketakutan tapi tetap berusaha sok berani. Keen lalu menerima uluran tangan gadis itu, mereka berjalan ke gua yang tak jauh dari tempat mereka sekarang.
"Om, gimana kaki kamu?" tanya gadis itu sambil menatap ke arah kaki Keen.
Shassy terus berlari meninggalkan rumah besar tersebut, sambil memegangi pipinya yang memerah.Ia terus berjalan di trotoar, yang ada di jalanan dekat rumahnya. Langkahnya gontai, mengigat semua yang terjadi.Bekas tamparan itu masih sakit dan ngilu, menggambarkan seberapa kuat Papa yang dulu sangat menyayanginya, hari ini akhirnya menamparnya demi seorang wanita yang telah merebut posisi mamanya—setidaknya itulah yang ada di dalam pikirannya saat ini."Selalu saja begini!" teriak Shassy dengan rasa perih yang menyelimuti hatinya saat ini.Ia terus berjalan, hingga melihat sebuah tong sampah yang ada di pinggir trotoar itu. Shassy berhenti di dekat tong sampah tersebut, ia berdiri di sana dan terdiam menatap tong sampah tersebut.
"I-itu … tidak ada, tidak apa-apa Pak Polisi," sahut Shassy dengan senyum yang dipaksakan."Kalau begitu, tolong surat-suratnya," ujar polisi tersebut beralih pada Keen.Keen pun dengan tenang memberikan surat-surat yang diminta oleh polisi tersebut. Dan setelah beberapa saat, akhirnya polisi itu mengembalikan surat-surat tersebut pada Keen. "Kalau begitu, silahkan melanjutkan perjalanan kalian. Disarankan untuk menghindari tempat sepi seperti ini, karena rawan dengan kejahatan," ucap polisi tersebut."Baik Pak," sahut Keen dengan santai.Akhirnya polisi itu pun meninggalkan tempat tersebut bersama yang lainnya."Kamu itu apa-apaan," geram Keen, yang menunjukkan perasaan asl
Di parkiran sebuah hotel … Raka yang sudah sampai di parkiran tersebut, segera keluar dari mobilnya. Ia pun menutup pintu mobil tersebut dengan kasar dan berjalan dengan cepat masuk ke dalam hotel tersebut.Langkahnya begitu tak tenang dengan wajah kaku dan rahang yang mengeras saat itu.Ia pun berhenti di depan meja setengah lingkaran yang ada di ruang pertama setelah memasuki pintu hotel bintang 5 itu."Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?" sapa seorang wanita dengan senyum lembutnya.Beberapa karyawan hotel tersebut segera berkerumun dan mengintip Raka yang terlihat mencolok di antara pengunjung yang lain."Aku ingin tahu kamar ini," ucap Raka sambil menyerahkan ponselnya
Mata tajam Keen membuat wanita dan 10 orang yang masuk ke dalam ruangan itu pun terkejut."Cepat ambil gambar!" ujar wanita itu dengan tubuh yang bergetar karen ketakutan."Keluar!" teriak Keen.Semua orang yang notabennya adalah wartawan itu, langsung keluar dari ruangan tersebut"Bukankah itu adik kamu?" tanya Keen."Iya,"-Shassy tersenyum tipis-"Dia adik tiriku, aku tahu ini pasti ulahnya.""Tenanglah, pakai bajumu. Kita bicarakan semuanya nanti, tapi sebelum itu kita harus menghadapi para wartawan itu terlebih dahulu."Shassy mengangguk pelan ketika mendengar ucapan Keen. Keen dan
Keesokan harinya, Shassy yang baru bangun dari tidur menatap langit-langit kamarnya."Aku harus bisa mendapatkan bukti," ucap Shassy sambil meregangkan badannya.Ia pun segera bangun dari ranjangnya dan memulai aktifitas pagi seperti biasanya.Hanya saja saat ia di dalam kamar mand, tiba-tiba ada perasaan sesak menghampiri dadanya.ia pun terduduk di lantai, dengan shower yang terus membasahi tubuhnya."Hiks, hiks, hiks," Terdengar suara tangisan memenuhi ruangan itu."Kenapa seperti ini mas Raka ..., aku pikir, jika rasa sakit itu sudah hilang kemarin. Tapi kenapa saat ini aku masih sakit, kenapa?" ujar Shassy sambil terus duduk di bawah shower tersebut, meratapi apa yang ia alami. Hingga setengah jam berlalu, dan akhirnya Shassy keluar dari dalam kamar mandi.&
Shassy pun berjalan dengan santai melewati pintu utama rumah keluarganya.Sepanjang perjalanan dari hotel ke rumah itu, ia sudah menghela nafas berkali-kali, mempersiapkan dirinya untuk keadaan yang terburuk.Dan saat ia memasuki rumah tersebut, dahinya mengkerut saat melihat Keen yang sedang duduk di ruang tamu dengan santai."Shass," panggil Papanya dengan lembut.'Ada apa ini?' batin Shassy sambil berjalan mendekat dan duduk di dekat Papanya."Shass, besok kamu akan menikah dengan Tuan Keen," ujar Papanya sambil mengusap-usap punggung Shassy."Apa?" pekik Shassy dengan mata membulat menatap Papanya, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Keen yang saat ini sedang menyesap teh yang disediakan untuknya dengan santai."Pak, bukankah …." Shassy tak meneruskan kalimatnya ketika lirikan taj
Semua orang menatap ke arah orang yang baru saja masuk ke dalam tempat itu."Hentikan!" teriak orang itu sekali lagi. "Pernikahan ini tidak sah!""Mas Raka," lirih Shassy yang segera berdiri, dan di ikuti oleh Keen yang berdiri bersamanya.Raka pun segera melangkah mendekati Shassy dengan cepat. "Shass, untunglah aku belum terlambat," ujar Raka yang segera memeluk Shassy di hadapan semua orang."Shass, aku sudah mendapatkan semua buktinya. Kamu tidak bersalah, jadi kita bisa memulai semuanya lagi. Papa dan Mama pasti akan senang dengan semua ini. Jadi kita bisa—"Kalimat Raka terhenti, ketika ia mendengar ada suara isakkan dari wanita yang di peluknya saat ini.Raka melepas
Shassy pun tersentak saat mendengar suara Dira yang melengking, seakan memenuhi ruangan itu."Ada apa?" tanya Nyonya Tiara yang tergopoh-gopoh masuk ke dapur."Ini Ma, Kakak minta nasi goreng buatan Kak Shassy," ujar Dira yang terdengar berapi-api mengatakan hal tersebut.Nyonya Tiara lalu mengelus dadanya. "Astaga Dir, Mama pikir ada apa.""Tapi Ma, ini itu aneh. Kenapa Kakak—"Tante Tiara mengangkat tangannya memberikan tanda agar Dira berhenti berbicara. "Kalau Kakak kamu menyuruh istrinya membuatkan makanan, itu tandanya dia itu sayang pada istrinya, maka dari itu dia ingin sesuatu yang dibuatkan khusus dari Kak Shassymu ini," ujar Nyonya Titi seperti sedang memberi wejangan pada Dira.Shassy te