"Siapa Mas??" tanya Shassy yang kini mengikuti Keen keluar melewati pintu tersebut.
"Dia sudah pergi," sahut Keen yang terlihat ada di ujung taman.
Shassy pun segera menatap ke arah Keen dan melihat Keen menatap ke arah pinggiran taman itu. "Ada apa?" tanya Shassy yang berjalan ke arah Keen.
"Tak apa, hanya saja aku tak sadar kalau ada jalan di sini," ucap Keen dengan tenang.
"Jalan?" tanya Shassy dan mempercepat langkahnya lalu menatap ke arah jalan yang dimaksud Keen.
"Aku tidak sadar jika ada celah kecil di sini," imbuh Keen.
"Nanti suruh Danur mencari orang tuk perbaiki saja," ujar Shassy sambil terus menatap ke arah jalan tersebut.
Keen pun menyahut, "Kenapa harus Danur?"
"Am-ampun Tuan, saya hanya disuruh oleh Nyonya Tiara," jawab orang itu yang masih berlutut."Apa yang dia inginkan?" tanya Keen sambil menatap tajam ke arah orang itu.Orang Itu pun segera mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Ia lalu memberikan ponselnya pada Keen."Berikan mereka lebih banyak kesempatan, dan—" Keen tak meneruskan kalimatnya saat membaca surat itu karena ada beberapa kalimat yang tak bisa ia ucapkan.Keen lalu menghela napas dalam. "Baiklah, siapa nama kamu kemarin?" tanya Keen karena lupa, padahal Shassy sudah sering menyebut nama orang itu."Danur, Tuan," jawab orang itu."Baiklah, kalau begitu apa kamu bekerja sama dengan orang lain?" tanya Keen dengan lebih tenang karena tahu jika Danu
Setelah perintah itu, Keen membantu Shassy membersihkan diri dan membawanya ke ruang tamu.Satu jam berlalu, tak lama kemudian para anak buah Keen pun berkumpul kembali dari berbagai arah ke hadapan Keen dan Shassy."Bagaimana?" tanya Keen sambil menatap ke arah para anak buahnya."Tuan, kami menemukan beberapa benda mencurigakan di salah satu ruangan," ucap anak buahnya itu.Lalu anak buah Keen yang lainnya membawa benda-benda itu ke hadapan Keen."Kurang ajar!" teriak Keen setelah melihat benda-benda yang ada di atas meja tersebut. "Periksa CCTV! Cari, apakah ada sambungan ke perangkat lain!" peritahnya.Para anak buah Keen pun segera pergi dari ruangan itu, mereka melakukan apa yan
Sosok itu pun berkali-kali menghujamkan pisau ke arah ranjang. Iya menarget gundukan yang ada dirancang tersebut."Apa sudah mati," gumam sosok tersebut.Lalu …Klak! Lampu pun menyala. BRAKK! Shassy dengan cepat menendang sosok tersebut, hingga membuat sosok itu terjungkal dan menabrak meja yang ada di sampingnya."Hantu sialan!" Teriak Shassy yang sangat kesal.Sosok itu pun berbalik dengan topeng yang masih menempel di wajahnya.Sosok itu pun mengangkat pisaunya lagi, tapi dengan cepat Shassy menendang tangan sosok tersebut hingga pisau tersebut terlempar."Sialan!" teriak sosok tersebut lalu mengambil sebuah vas bunga y
Saat mendengar suara kendaraan tersebut, para anak buah Keen pun langsung bergerak.Tapi dengan cepat Gilsa menghentikan orang-orangnya."Jangan kejar, bawa orang-orang ini dengan cepat! Bersihkan semuanya!" perintah Keen.Anak buah Keen pun berhenti, dan dengan cepat melakukan apa yang di perintah oleh Keen."Kenapa tidak dikejar Mas?" tanya Shassy yang penasaran dengan perintah Keen tersebut."Kamu tenanglah, aku punya pemikiran lain," jawab Keen dengan tenang."Ya baiklah," sahut Shassy sambil menatap ke arah Danur yang tergeletak dengan darah yang membasahi bagian dadanya. "Apa dia mati?" tanya Shassy."Mungkin. Kamu jangan melihatnya jika takut
Shassy yang tersentak karena bentakan Keen pun langsung menyahut. "Itu waktu di Bali, aku kan jadi model," ujar Shassy dengan santai.Keen mengerutkan dahinya. "Model apa?" tanyanya."Ya model biasalah … majalah atau sejenisnya, aku juga gak begitu tahu," sahut Shassy dengan santai.Keen lalu melepaskan cengkeramannya, ia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Kamu difoto tapi tidak tahu akan di bawa ke mana foto itu.""Ya, tapi aku yakin dia tidak akan sembarangan karena dia itu teman sekolahku dulu," tukas Shassy dengan santai."Teman sekolah?" ucap Keen yang berubah menjadi penasaran."Iya. Dia itu sahabat aku saat sekolah, seperti tidak terpisahkan waktu itu," ujar Shassy sambil te
Malam harinya … Seperti yang sudah di jadwalkan, Keen pun pergi ke sebuah gedung tempat pameran dan pertunjukan perhiasan diadakan. Ia pun masuk ke dalam gedung bersama dengan Manila, wanita yang ditemuinya di restoran pagi tadi.Semua berjalan lancar, pertunjukan yang memamerkan rancangannya pun berjalan dengan mulus tanpa ada masalah sedikit pun.Tapi saat acara masih berlangsung Keen terlihat tak berkonsentrasi pada pertunjukkan dan berkali-kali mengecek ponselnya."Ada apa Keen?" tanya Manila yang penasaran dengan tingkah Keen, karena baru kali ini ia melihat Keen gelisah seperti itu."Tak apa," sahut Keen yang terdengar kesal."Tap
"Ah, ada apa ini," ujar Keen yang baru sadar."Mas ad—""Nyonya cepat keluar setelah saya," ujar sopir yang juga baru sadar setelah mengalami kecelakaan itu."Tapi—""Cepat, saya sudah memanggil polisi," ujar sopir itu lagi.Tanpa bicara lagi Shassy menggandeng tangan Keen merangkak ke semak-semak yang ada di samping mobil itu, bersamaan dengan sopir yang keluar dari mobilnya dengan tubuh yang terhuyung-huyung."Help me!" teriak sopir tadi meminta tolong pada orang-orang itu seolah tidak tahu kalau mereka adalah komplotan dari mobil yang baru saja menabrak mobilnya.Orang-orang itu pun berpura-pura menolong sopir itu, dan menanyainya tentang Keen dan Shassy.
"Aku …" Ardi tak melanjutkan kalimatnya.Keen pun tersenyum sinis. "Shassy itu istriku, tidak ada yang berhak mengatakan hal seperti itu, apa lagi kamu," tegas Keen.Ardi dengan cepat melepaskan tangannya dari kerah pakaian Keen dan mundur selangkah. "Baik, aku memang tidak berhak mengatakan apapun tentang hubungan kalian.""Bagus kalau kamu menyadarinya," tandas Keen."Tapi bukan berarti dia tidak bisa pergi dari kamu," sahut Ardi dengan santai. "Aku bisa saja mengatakan semuanya pada Shassy tapi aku berharap kamu bisa mengatakan semuanya sendiri. Terlebih lagi dia terlihat tulus pada kamu, aku harap kamu tidak bodoh seperti aku yang pernah mengecewakan dia."Keen terdiam sejenak. 'Berapa banyak laki-laki yang pernah masuk di hatinya,' batin Keen lalu m