Suasana pun menjadi hening sesaat, orang yang ada di dalam video panggilan tersebut mengernyitkan keningnya mendengar ucapan dan ekspresi Cakra kecil yang terlihat sungguh-sungguh.
"Sayang, tante ini bukan orang jahat. Hanya saja …" Orang di dalam panggilan itu lalu berteriak, "Kakak!"
Keen pun langsung menyahut, "Jangan berteriak, kamu membuat telinga Cakra sakit mendengar suaramu."
"Kakak, siapa sebenarnya dia?" tanya orang yang ada video tersebut.
"Dia anak kakak kesayanganmu itu," sahut Keen dengan santai.
"Kak Shassy?"
"Iya, siapa lagi," sahut Keen dengan ringan.
Suasana pun hening seketika setelah Keen mengatakan hal i
Setelah bicara beberapa hal pada Cakra dan Mbok Mirah, kemudian Keen pun meninggalkan ruang makan tersebut bersama anak buahnya."Apa yang terjadi?" tanya Keen pada anak buahnya tersebut sambil terus berjalan dengan cepat menuju ruang pengawasan."Kami tidak tahu Tuan, tiba-tiba saja nyonya berteriak-teriak dan menggeram tidak jelas. Mungkin …" Anak buah Keen tersebut ragu untuk melanjutkan kalimatnya."Mungkin apa?" tanya Keen dengan cepat.Anak buah Keen itu pun langsung menjawab, "Saya pikir nyonya kerasukan."Keen langsung menghentikan langkah kakinya dan menatap anak buahnya itu. "Kerasukan?" tanyanya sambil mengernyitkan keningnya."I-iya saya pikir begitu jika melihat dar
Di tengah kebimbangan dan semua gambar-gambar adegan film horor yang ada di otaknya, tiba-tiba …"Aummmmm!" terdengar auman serigala yang begitu keras terdengar, hingga membuat Shassy berjingkat.'Apa itu,' batin Shassy dengan bulu kuduknya yang berdiri merasakan hawa seram di sekitarnya."Mas!" teriaknya memanggil Keen sambil berlari ke arah Keen yang sedang berjalan pelan.Lalu, BRUGHH! Shassy memeluk Keen dari belakang."Apa yang kamu lakukan?" tanya Keen dengan nada dingin tanpa berbalik menatap Shassy.'Dasar wanita konyol, tapi bagus juga kerja mereka,' batin Keen sambil tersenyum tipis memuji anak buahnya yang membuat suara serigala tepat waktu."Mas, jangan pergi," ucap Shassy sambil terus memeluk
'Sepertinya itu se—' pikiran Shassy langsung terhenti saat sesuatu muncul dari semak-semak itu."Astaga ternyata ayam," ucap Shassy sambil mengusap dadanya. Tak lama kemudian ekspresi Shassy pun berubah aneh, ia pun bertanya pada Keen. "Eh, kamu melihara ay—"Belum selesai Shassy mengatakan kalimatnya, tiba-tiba ayam itu sudah berubah keadaan.'Kekkk-kek-kek!' Suara ayam itu seolah berteriak."Mas, mati Mas," ucap Shassy sambil menunjuk ke arah ayam tersebut."Memangnya kenapa kalau mati," sahut Keen dengan santai menatap ke arah ayam dan ular yang sedang melilit ayam tersebut."Itu ayam kamu mati," imbuh Shassy sambil menekan-nekan bahu Keen karena gemas melihat ayam yang sudah hampir tak bersuara.
Setelah Keen mendengar kabar tersebut, ia pun dengan santai menunggu Shassy yang masih mandi. Semua berjalan seperti seharusnya, setelah Shassy keluar dari dalam kamar mandi Keen pun segera mandi dan kemudian mereka sarapan bersama."Slurrrppp," Suara Shassy ketika menyeruput mie instannya."Kamu sangat suka mie?" tanya Keen sambil menatap Shassy yang terlihat begitu menikmati makanannya.Shassy pun menjawab dengan santai, "Apa pun itu harus dinikmati sepenuh hati karena belum tentu besok kita bisa makan seperti ini lagi.""Sangat positif," sahut Keen lalu menyeruput mie-nya."Hemmm," gumam Shassy menanggapi ucapan Keen karena mulutnya penuh dengan makanan saat itu."Setelah in
Mata pelayan kecil tersebut langsung terbelalak ketika gorden yang menutupinya terbuka."Kamu sedang apa di sini? Nyonya sedang mencari kamu," ujar seseorang yang juga menggunakan pakaian pelayan."Husst …" Pelayan tersebut langsung memberi tanda pada temannya agar berhenti bicara.Pelayan itu pun terlihat bingung ketika melihat pelayan kecil itu memberinya tanda. Tapi tiba-tiba …"Siapa itu?" tanya Shassy yang berada tidak jauh dari mereka.Pelayan yang tadinya membuka gorden langsung menoleh dan terkejut melihat Shassy. "Ma-maaf Nyonya saya tidak tahu kalau Anda ada di sini," ujar pelayan tersebut dengan cepat sambil menundukkan kepalanya."Tak apa, aku memang ada di sudut," sahut Sh
"A-aku … mana mungkin aku mencari tahu hal itu dari Raka. Setelah tiga tahun, orang yang pertama kali menemuiku adalah Tristan," ucap Shassy lalu mengaduk makanannya. Beberapa saat kemudian Keen pun menghela napasnya. "Iya, istri pamanku itu meninggal karena bunuh diri," ucapnya. "Tapi kenapa, bukankah kehidupannya sangat baik? Dan tante Melati itu seorang wanita yang kuat, dia itu seperti mama hanya saja lebih kaku," gumam Shassy memikirkan hal tersebut. "Apa yang kamu lihat belum tentu nyata, apa kamu tidak belajar hal ini," sahut Keen dengan ringan. Shassy pun manggut-manggut. "Benar juga apa yang kamu katakan Mas, apa yang dilihat memang belum tentu kenyataan." "Lalu?" tanya Keen. Shassy pun mengerutkan
Setelah keluar dari restoran mewah tersebut, Keen dan Tristan segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu dengan cepat.Di dalam mobil."Kenapa?" tanya Keen yang sadar kalau Tristan berkali-kali melihat ke arahnya dari kaca di atasnya."Itu Tuan—""Ehem," deheman Keen memotong kalimat Tristan."Maksud saya Kak," ujarnya merubah panggilannya pada Keen. "Itu tadi, apa Anda benar-benar mengenal orang bertopeng itu?" tanyanya penasaran."Apa kamu meragukanku?""Bukan begitu Kak, tapi orang itu …" Tristan menggantung kalimatnya."Kamu juga mengenalnya," sahut Ke
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.