Share

Bab 4 Terkuak

Seetidaknya dalam hidup ini harus ada sedikit hal kecil yang tak perlu orang banyak tau.

Rey R Lesmana

_________________

"ting-tong .... "

Suara bel rumah Rann berbunyi. Di sore itu, Rann tengah bersiap untuk menemani Rey pergi. Rann bergegas untuk membuka pintu dan terlihat seorang cowok yang tengah berdiri di depan pintu.

"Rey, Silahkan masuk." Rann mempersilahkan Rey memasuki rumahnya.

Rey hanya tersenyum dan melangkah memasuki rumah. Tiba-tiba dia mengulurkan sebuah paper bag pada Rann dan memberikan isyarat agar Rann memakainya.

Gadis itu menerima dan bersedia memakainya walaupun dia tidak mengerti apa maksud Rey karena Rey yang tanpa sepatah kata pun.

Tak lama setelah itu, Rann keluar dari kamar dengan jaket Hitam yang bermodel sama dengan yang Rey kenakan, dipadukan dengan jeans hitam panjang. Rey yang melihat tak bisa memalingkan pandangannya dari Rann.

"Rey, ada apa?" pertanyaan Rann sukses mengagetkan Rey dari lamunannya.

"Gak, gak pa pa kok, sudah siap kan, yuk pergi." Rey berusaha menutupi rasa malunya karena kepergok tengah memandang wajah cantik di depannya tanpa berkedip.

"Rey, kita naik motor?" tanya Rann saat melihat Rey menunggang motor sport hitamnya. Rey hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

"Sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya Rann penasaran.

"Sudah, ikut saja, nanti juga tau."

Rann terdiam mendengar jawaban Rey.

Disepanjang jalan keduanya asyik mengobrol berbagai masalah hingga tak sadar kalau keduanya telah sampai tujuan.

Rann terkejut melihat tempat yang dia datangi. Rey mengajak Rann ke sirkuit untuk mengikuti lomba.

"Rey, lo-lo anak racing?" Rann setengah tak percaya dibuatnya.

"Hmmm .... " Rey hanya membalasnya dengan senyuman kecil.

"Lo kok gak pernah cerita sihh kalau lo anak racing," dengus Rann kesal.

"Untuk apa diceritakan, ini hanya hal kecil, ini hanya sekedar hobi belaka," jawab Rey.

"Tapi ini-" protes Rann namun tak sampai karena Rey memotong ucapannya.

"Sudah gak usah dibahas lagi, lebih baikk duduk sana saya mau siap-siap," ujar Rey menyuruh Rann ke barisan para penonton sementara dirinya berlalu untuk bersiap-siap dan bergabung dengan yang lainnya.

Rey melaju dengan kencang. Rann tak menyangka kalau Rey yang dia kenal tidak seperti Rey yang pernah dia kenal. Ada sisi yang berbeda yang baru dia temui sore ini.

Pertandingan berakhir dengan hasil yang memuaskan. Walau bukan kemenangan yang didapatkan Rey tapi pengalaman dan terkuaknya satu sisi dari Rey.

Rann menghampiri Rey yang terlihat lelah, kecewa, tapi ada kepuasan yang tergambar diwajahnya.

"Amazing!!!"

 Terdengar suara gadis itu dari belakang Rey. Gadis itu berusaha menghibur Rey.

"Tidak juga, saya kalah jadi tidak ada yang waw," ujar Rey merendah.

"Tapi lo keren, gue gak nyangka loh," decak kagum Rann menilai penampilan Rey.

Tiba-tiba, ditengah obrolan mereka Seseorang datang menghampiri mereka. Dia salah satu peserta dilomba tersebut, bahkan dialah sang juara.

"Elang, ada apa?" tanya Rey dengan nada sinisnya.

"Rey, gue belum puas dengan-" ucap Elang namun tak sampai selesai.

"Maksud lo? Lo udah menang." Rey memotong ucapan elang.

"Ya, tapi gue belum puas." Elang mendengus.

"Terus mau lo apa?" tanya Rey dengan nada sedikit tinggi.

"Gue mau tanding ulang besok sore di tempat biasa, itupun kalau lo berani!" Elang menantang Rey di arena lainnya.p

Emosi Rey mulai terpancing dengan ucapan elang. Namun dengan sigap Rann menenangkannya. Rann mengajak Rey pergi dari tempat itu. Dengan kecewa Rey menuruti Rann dan meninggalkan sirkuit.

*****

Disepanjang jalan hanya ada keheningan yang mencekam. Sejujurnya Rann benci dengan keadaan seperti ini baik dengan siapapun.

"Bell, kamu saya ajak makan dulu boleh?" pertanyaan Rey memecahkan keheningan.

"Boleh ...." Rann memperhatikan Rey dari kaca spion motor yang memantulkan wajah Rey.

Keduanya turun tepat diparkiran sebuah kafe di tepi jalan. Rann berjalan dibelakang Rey yang berjalan menuju satu meja yang kosong.

Keduanya duduk kemudian membuka buku menu di berikan. Rann tidak tau menu apa yang harus dipilihnya. Rann hanya berdoa semoga Rey yang bertanya bukan sang pelayan, maka Rann akan meminta untuk disamakan dengannya. Dan benar...

"Bell, mau makan apa?" pertanyaan yang sejak tadi diharapkan Bella oops Rann maksudnya, dan secepat kilat Rann menjawab

"Samain aja deh."

Setelah mengatakan menu yang dipesan suasana kembali hening. Keduanya sama-sama tidak tau apa yang harus diucapkan untuk memecahkan keheningan ini.

Walaupun keduanya sudah sama-sama merasa saling nyaman, namun masih saja ada kecanggungan.

"Rey, sejak kapan lo jadi anak racing?"

Rann memberanikan diri untuk membuka percakapan. Menanyakan pertanyaan yang sedari tadi bersarang di otak cerdasnya.

"Mmm, sudah lumayan lama, sejak kelas 9 SMP. Tapi keluarga saya tidak ada yang tau kalau saya anak racing," Rey menjawab dengan tenang seakan hanya hal kecil saja.

"Gak ada yang tau?" Rann terbelalak mendengarnya. 

Siapa yang tak terkejut mendengarnya. Sudah hampir 4 tahun jadi anak racing tapi keluarga gak ada yang tau. Kalo Rann sendiri sih pasti sudah kecium gelagatnya oleh sang papa.

Tapi wajar sih, mungkin Rey menutupinya dengan prestasi yang lainnya. ya, Rey anak yang tergolong cerdas. Karena setiap tahunnya Rey selalu masuk 5 besar dikelasnya. Dan Rey juga salah satu pengurus OSIS, bahkan sang wakil ketua OSIS.

Rann merasa senang karena bisa kenal dengan Rey walaupun banyak hal yang tidak Rann ketahui, tapi Rann percaya, lambat laun waktu akan menjawab pertanyaan Rann.

Tak perlu menunggu lama, pesanan keduanya pun datang. Keduanya menikmati makanan sambil berbincang-bincang banyak hal. 

Perlahan Rann mulai terbuka dengan kehidupannya. Begitu juga sebaliknya, Rey mulai terbuka dengan kehidupan jalannya. Mulai dari awal dia menginjakkan kakinya di dunia jalanan hingga dia bisa pada titik ini.

Bahkan perjalanan persembunyiannya pun di ceritakan pada Rann. Obrolan mereka di temani dengan detingan suara sendok yang beradu dengan piring.

Suasana senja pun sunnguh mendukung momen langka itu. Jiak boleh, bisakah semesta mengabadikannya dan mengulangnya di kala hati di Landa gundah gulana.

Keadaan kafe yang ramai pun tak membuat waktu keduanya berubah. Semua tetap sama seakan dunia hanya milik berdua. Tak seorangpun bisa mengusik keberadaan Keduanya. 

Waktu tak ada yang tau, bisa jadi hari ini seperti ini dan hari esok akan berubah lebih jauh lagi. Bagi mereka para muda mudi yang dilanda asmara, berteguh bahwa, ini waktu kita dan ini kesempatan kita. Lepas semua masalah dan nikmati momen ini.

Setelah selesai keduanya beranjak dari kursi dan kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status