Karina bangkit dengan tangan mengepal. Bibirnya bergetar menahan tangis. Seumur-umur, ini adalah pertama kalinya ia mendapat perlakuan seperti sampah. Ia mencengkram kerah baju langit dan berucap, "Lo mau hancurin hidup gue kayak apa lagi, hah? Lo mau gue sehancur apa? Mau bunuh gue? Ayo bunuh! Lo adalah laki-laki terbangs*t yang pernah gue temui. Lo hancurin segalanya di hidup gue. Lo fitnah gue, lo berkali-kali melecehkan dan hampir memperkosa gue, lo selingkuhin gue berkali-kali, lo melakukan kekerasan ke gue. Gue udah punya banyak bukti. Gue pernah visum dan beberapa perbuatanmu yang busuk itu sudah aku rekam. Gue bakal masukin lo ke penjara!"Langit melotot, begitu pula dengan yang lainnya. "Heh, jangan memutar balikan fakta. Langit bilang kamu yang menyelingkuhi dia," ketus Vaya.PlakKarina menampar Langit sampai menimbulkan bekas merah. "Berapa banyak kalimat busuk yang lo bilang ke orang-orang termasuk ibumu? Gue gak bakal tinggal diam."Karina lalu mengalihkan pandangannya ke
Setelah berganti pakaian, Elard pun menyelam ke dalam laut untuk mencari Karina dan Zaiz, atau lebih tepatnya hanya Karina seorang. Setelah beberapa menit berenang namun Elard tidak kunjung menemukan Karina dan Zaiz. Ia pun berusaha menyelam lebih jauh lagi.Hingga akhirnya ia melihat siluet dua manusia yang sedang berenang dengan posisi di bawah dan di atas. Elard mengira bahwa itu mungkin saja Karina dan Zaiz. Elard pun mendekati mereka.Setelah berada di samping mereka, Elard pun memperhatikan mereka lebih dekat. Dan seketika matanya membelalak ketika menyadari bahwa itu adalah Karina dan Zaiz. Posisinya Karina berada di bawah sedangkan Zaiz di atas.Zaiz terlihat seperti memeluk Karina. Padahal aslinya Zaiz sedang membantu Karina berenang. Elard pun semakin mendekati mereka dan menggerakkan tangannya secara bebas yang membuat tautan tangan Karina dan Zaiz terlepas.Elard pun memegangi tangan Karina lalu ia berenang menuju permukaan. Karina sempat memberontak. Namun setelah ia meny
Setelah dari pantai, Karina dan Elard mampir ke rumah Elard sesuai janji. Di teras terdapat Aland yang langsung menyambut mereka. Karina mencium tangan Aland dan memeluknya singkat.Bagi Karina, Aland adalah sosok ayah yang sangat baik. Karina sudah menganggapnya sebagai ayah dan begitupun sebaliknya. "Ayo masuk! Ayah sudah buatkan sop ikan untuk kalian."Elard terlihat kaget. "Ayah sendiri yang masak? Bi Riri kemana?"Riri adalah pembantu di rumah Elard."Bi Riri pulang kampung, anaknya sakit.""Oh, kasihan Bi Riri harus mengurus anaknya seorang diri.""Maka dari itu Ayah mengijinkan dia pulang kampung. Ayah juga sudah memberikan gaji dan Ayah lebihkan untuk biaya berobat anaknya."Karina terharu mendengar penuturan Aland. Menurutnya, Aland cocok dijadikan sebagai panutan. Ia adalah sosok Ayah yang baik dan mencerminkan laki-laki yang bertanggung jawab.Entah kenapa pikiran Karina malah tertuju kepada Elard. Ia berpikir bahwa pasti Elard akan meniru sifat baik ayahnya. Apalagi dengan
Sesampainya di mall, Davin melangkah cepat untuk mencari keberadaan Felliska. Ia memakai masker dan topi agar rencananya berjalan lancar. Ia lalu menghampiri teman Rahar yang bernama Yuda.Davin menepuk pelan pundak Yuda sampai pria itu kaget. "Siapa lo?" tanya Yuda.Davin pun membuka maskernya. Barulah Yuda menyengir dan balas menepuk bahu Davin. "Apa kabar bro?""Kayak yang lo lihat," jawab Davin singkat. "Felliska dimana?""Ikut gue!"Davin mengangguk lalu melangkah berdampingan dengan Yuda. Mereka terus melangkah hingga sampai di restoran dalam mall. Yuda lalu menunjuk salah satu meja yang terdapat Felliska dan seorang pria.Davin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Nafasnya memburu dan matanya berkilat marah. Tanpa babibu, ia langsung menghampiri Felliska dan menggebrak meja.Felliska dan selingkuhannya terlonjak kaget. Selingkuhannya yang bernama Farul itu berdiri dan balas menggebrak meja. "Siapa lo datang-datang cari ribut?!"Felliska ikut berdiri dan mengusap bahu Farul untuk me
Jalan di depan perumahan ramai orang berkumpul. Terdapat asap yang lumayan tebal berasal dari sebuah mobil putih. Bagian depan mobil itu remuk menabrak pohon sampai pohonnya nyaris tumbang.Karina berjalan perlahan dengan tubuh bergetar ke arah mobil itu. Tidak salah lagi, itu adalah mobil Langit. Karina menerobos kerumunan dan berdiri di tengah orang-orang.Bertepatan dengan itu, mobil polisi datang diikuti mobil ambulans. Para polisi bergegas mengamankan TKP dengan memasang garis polisi. Tubuh Karina terasa sangat lemas, bahkan ia hampir terhuyung ke belakang ketika seorang polisi mendorong Karina dan yang lainnya untuk menjauh sedikit.Seorang polisi membuka pintu mobil dan petugas medis mengeluarkan tubuh Langit dari dalam mobil. Tubuh Langit terdapat banyak lebam dan darah yang terus mengucur. Tubuh Langit di tidurkan di atas brankar lalu dimasukkan ke dalam mobil ambulans lewat belakang.Mobil ambulans pun pergi untuk mengantarkan Langit ke rumah sakit agar segera mendapat perto
Karina merasa agak lega setelah berkonsultasi dan menjalani terapi dengan psikolog. Ia tak sendiri, melainkan ada Elard yang setia menemaninya. Setelah dari rumah sakit, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke kantor.Di tengah jalan, saat sedang seru-serunya Karina menatap pemandangan lewat kaca jendela mobil, tiba-tiba ia melihat dua orang yang sangat ia kenali. Karina pun menepuk-nepuk bahu Elard. "El, berhenti dulu. Itu kayak Vai sama Trisna."Elard pun menepikan mobilnya. Mereka melengok ke luar lewat kaca jendela mobil. Dan seketika mata mereka membulat melihat Vai dan Trisna sedang melangkah keluar dari pemakaman.Karina dan Elard pun segera menghampiri mereka. "Vai, Trisna, kenapa kalian disini?"Vai menoleh ke arah Karina dan seketika tangisnya pecah. Ia langsung memeluk Karina erat-erat. "Kak Karina! Ibu tadi dimasukkan ke lubang tanah," serunya.Karina mengernyit. Ia spontan menoleh ke dalam pemakaman dan melihat ada satu makam yang nampak baru karena masih basah dan pe
Setelah sensor di dinding samping pagar memindai mobi Elard, pintu gerbang pun otomatis terbuka. Mobil yang dikendarai Elard pun memasuki pekarangan rumahnya hingga masuk ke dalam garasi. Mereka semua pun keluar dari dalam mobil.Di gendongan Karina ada Vai yang sedang tertidur pulas. Meski badannya lumayan berat bagi Karina, Karina tetap bertahan karena tidak tega membangunkan gadis cilik itu. Elard nampaknya peka dengan Karina yang keberatan."Sini aku gendong aja," ucap Elard.Karina mengangguk dan menyerahkan Vai kepada Elard. Mereka pun berjalan memasuki rumah. "Aku pulang, Ayah," seru Elard sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.Tak lama kemudian, Aland menuruni tangga dari lantai dua. Aland membenarkan posisi kacamatanya, ia kaget dan penasaran melihat Alard pulang sambil menggendong anak kecil di tambah membawa Karina dan seorang gadis.Karina pun menyalami Aland disusul Trisna. "Wah, ada apa ini rame-rame? Silahkan duduk dulu," ujar Aland."Bi Riri, buatkan minuman
Setelah dari toko ponsel untuk membeli ponsel baru, Aurel pun melanjutkan perjalanannya menuju rumah kekasih gelapnya, Rey. Namun tiba-tiba hujan turun deras. Aurel pun sedikit mempercepat laju mobilnya.Sepuluh menit kemudian, ia sampai di parkiran gedung apartemen. Ia keluar mobil lalu cepat-cepat memasuki lantai satu. Karena tidak memakai pelindung selain kaos, kaosnya pun jadi basah kuyup.Ia kemudian memasuki lift menuju lantai tiga. Setelah sampai, ia mencari ruangan nomor lima puluh tiga dan langsung membuka pintunya dengan NFC. "I'm coming, sayang," seru Aurel sambil merentangkan tangannya.Rey langsung memeluk Aurel dan menggendongnya. Ia lalu duduk menyender di kasur dengan Aurel yang ada di pangkuannya. "Tebak aku bawa apa?" ucap Aurel."Hadiah?""Iya, aku ponsel baru sesuai permintaanmu.""Thank you so much, sayang. Aku makin sayang sama kamu."Aurel tersenyum bahagia, begitu pula dengan Rey. Rey menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Aurel."Sayang, baju kamu basah kena h