Formasi pertahanan dan penyerangan dari pasukan yang dilatih Zhang Yuan, ditambah dengan serangan anak panah dari atas benteng membuat pasukan Wei kalah telak hingga sisa dari mereka memilih untuk mundur kembali.
Rencana kedua berhasil, semua yang berada di depan pintu gerbang masuk kembali ke dalam ibukota. Sedangkan di sisi Wei Hongli yang melihat sisa pasukannya kembali, semakin geram karena taktik licik Zhang Yuan.
“Baik! Kau ingin bermain licik denganku, yah?!” Senyum samping bercampur kegeraman yang tertahan terlihat jelas di wajah Wei Hongli, “akan aku tunjukan seperti apa cara licik yang sempurna!”
Tak ingin membuang waktu lagi akan kemenangan yang menurutnya sudah pasti didapatkan, Wei Hongli memerintahkan seluruh pasukan untuk maju ke gerbang benteng ibukota. Ribuan prajurit kerajaan Wei bergerak mendekati bangunan kokoh yang berada semakin tak jauh dari
Suasana menjadi tegang. Semua mata tertuju pada Zhang Yuan, menunggu keputusan apa yang harus diambil. Begitu juga dengan Zhang Yuan, dia justru balik memperhatikan mereka yang memikirkan kesulitan jika berada di posisinya. “Tetap pertahankan gerbang ibukota!” ucap Zhang Yuan penuh keyakinan. Perintah itu menimbulkan banyak pendapat yang keluar dari mulut prajurit bahkan komandan yang ada. Sebagian dari mereka tidak mau jika semua rakyat malah harus meninggal karena keracunan. Apalagi meski harus mempertahankan ibukota peluang keberhasilannya sangat sedikit dan tentu akan merugikan banyak hal bukan hanya rakyat saja, tapi juga kerajaan. Sebagian lagi tak ingin membuka pintu gerbang sebab belum pasti juga kalau Wei Hongli akan memberikan penawarnya. Mendengarkan semua perkataan mereka yang saling menyambung, Zhang Yuan tetap mengambil keputusan pertama. Mempertahankan ibukota
Di dalam penjara istana, ribuan prajurit yang terlibat dalam pemberontakan Dong Shuo terlihat pasrah dengan kondisi mereka. Ada yang sudah tak bisa bergerak, ada pula yang masih bisa merangkak meski harus memaksa alat gerak mereka untuk berfungsi. Kedatangan beberapa orang mengalihkan perhatian semua prajurit yang dipenjarakan secara masal. Bahkan ada beberapa prajurit tersenyum ke bayangan seseorang yang mungkin saja dikira penyelamat mereka. Namun begitu melihat wajah Zhang Yuan, ada keinginan mengumpat terpancar dari sorot mata dan ekspresi semuanya. Saat ini yang bisa dilakukan Zhang Yuan adalah memberikan mereka kesempatan untuk menebus kesalahan. Untung saja setelah berdiskusi dan dipertimbangkan dengan kaisar Qin Huang baru disetujui, jika bukan karena dalam situasi ini maka semua prajurit pengkhianat tidak akan diampuni. Zhang Yuan menoleh ke pengawal penjara, meminta untuk membu
Senyum kemenangan terukir di sudut bibir Wei Hongli saat melihat musuh di depan matanya mundur ketakutan. Jalanan yang mereka lalui diselimuti asap pembakaran sisa-sisa penyerangan. Dia maju dengan kuda yang ditunggangi, seolah jalan dibukakan baginya. Di arah lain, Dong Shuo keluar melalui gang bangunan rumah dengan menunggangi kudanya. Sapaan senyum ditujukan pada Wei Hongli begitu mereka berdua bersampingan. “Pangeran Hongli, maaf aku datang terlambat. Si Berengsek itu membuatku terkurung di penjara, tapi jangan khawatir semuanya akan berjalan lancar sebab prajurit mereka sekarang telah sekarat karena racun yang diberikan oleh Zhang Yuan sendiri!” “Sangat kebetulan! Sepertinya ada kemiripan antara aku dan panglima Zhang.” Dong Shuo menatap bingung, “maksudmu?....” Perkataannya terhenti sejenak sebab baru mengerti saat menya
Melihat keadaan peperangan di depan mata mulai terbalik, Zhang Yuan terpaksa turun tangan sendiri untuk melawan prajurit Wei yang tersisa. Serangan pasukan pemanah dari atas sudah tak bisa lagi membantu menghabisi prajurit musuh sebab banyak di antara mereka juga sudah terluka karena balasan tembakan anak panah dari prajurit Wei. Hal ini tentu saja harus dilakukan demi menutupi keadaan prajurit yang sebenarnya dan hasil dari peperangan mereka. Para prajurit yang tersisa di dalam penjara masih belum pulih seutuhnya untuk melakukan penyerangan jarak dekat, oleh sebab itu menggunakan trik menutupi kelemahan dengan berlagak telah membuat musuh masuk dalam jebakan. Meski risiko trik ini cepat atau lambat pasti akan diketahui oleh Wei Hongli, tapi setidaknya bisa mengulur waktu agar memberikan kesempatan pemulihan bagi semua prajurit. Lorong jalan menuju istana kini telah teralasi sekian banyak maya
Suasana menjadi menegang. Semua ekspresi prajurit mulai gentar melihat pasukan Wei menerobos masuk ke dalam pintu gerbang yang baru saja roboh. Hal ini membuat Zhang Yuan segera memerintahkan pasukannya untuk membentuk formasi pertahanan, membentengi para prajurit yang tersisa. Wei Hongli berjalan di tengah-tengah barisan prajuritnya hingga ke garis depan. Senyuman kemenangan terukir di sudut bibir begitu melihat kepanikan yang sengaja disembunyikan para prajurit Song. “Sungguh prajurit setia yang malang.” Wei Hongli berdecak sembari menggelengkan kepalanya, bersandiwara memasang wajah haru melihat kesetiaan Zhang Yuan dan semua prajurit yang tersisa. “Panglima Zhang, apa kau masih punya trik yang lain lagi?” tambah Dong Shuo tersenyum remeh. Zhang Yuan hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Dong Shuo. Namun beberapa detik kemudian bunyi l
Peperangan di jalanan gerbang istana semakin membara. Sekian banyak tubuh prajurit yang sudah tak bernyawa menjadi pengalas bagi kaki semua orang untuk berpijak. Aroma darah menyebar hingga tak ada lagi udara segar untuk dihirup. Zhang Yuan masih memainkan ayunan pedang di tangannya, menyayat prajurit musuh yang ada di hadapan hingga akhirnya mempertemukan dia dengan lawan seimbang. Begitu pandangan mata menyatu dengan Wei Hongli, lingkungan di sekitar yang kacau seakan menghilang, menyisakan mereka berdua di arena peperangan. Aura membunuh dari kedua lelaki yang sejak tadi sudah membara akhirnya membawa mereka untuk saling menyerang satu sama lain. Benturan keras antara kedua bilah pedang di masing-masing tangan mendengung di telinga. Berkali-kali layangan pedang diayunkan ke depan untuk saling menyerang, tapi belum juga ada yang terluka. Kemampuan bertarung antara Zhang Yuan dan Wei Ho
Di sisi lain, Chao Yun masih bertarung melawan Wei Hongli, tapi luka di bagian perut menyebabkan setiap gerakannya tidak maksimal. Semakin bergerak maka darah yang mengalir begitu banyak dan memperbesar area luka, hingga akhirnya satu tebasan Wei Hongli mengena dan membuat dia menekukkan satu lutut ke tanah. Wei Hongli tersenyum melihat musuh di depan mata tidak berdaya. Dia mengangkat tangannya, mengudarakan sekali lagi pedang ke arah Chao Yun. Adegan itu dilihat oleh Zhang Yuan saat menoleh ke samping. Dia berlari cepat ke arah Chao Yun bersamaan dengan lemparan pedang yang kuat hingga menggagalkan tindakan Wei Hongli. Pedang terlempar, Zhang Yuan melayangkan pukulan ke bidang datar Wei Hongli tapi masih sempat dihadang. Namun di serangan kedua tidak dapat dihadang hingga membuat Wei Hongli sontak terpukul ke belakang. Zhang Yuan buru-buru berjongkok lalu membantu Chao Yun berdiri. Sor
SREET!.... Mata Zhang Yuan membulat besar. Layangan pedang yang seharusnya digunakan untuk menebas Wei Hongli justru digunakan untuk menjadi penangkis jarum. Untung saja dia telah menyadari gerak-gerik Wei Hongli dan mempersiapkan diri jika ada serangan tak terduga. Namun sebenarnya semua itu hanya pengecoh. Begitu melancarkan serangan jarum rahasia, Wei Hongli menggunakan kesempatan ini untuk melemparkan bubuk yang sejak tadi dipersiapkan ke depan wajah Zhang Yuan dengan tangan satunya. Serangan kedua meski sempat di hadang dengan lengannya tapi bubuk yang menyebar di udara sebagian telah memasuki mata hingga membuat Zhang Yuan sontak mundur, menghindari Wei Hongli menggunakan kesempatan itu untuk mencelakainya. Benar yang dipikirkan Zhang Yuan, Wei Hongli mengambil kesempatan ini dengan mengeluarkan belati lalu menyerang begitu cepat. Namun sayang seseorang mala