Selamat membaca. Maaf ya jika alurnya kalian merasa lambat. Sebenarnya alurnya bukan lambat tapi memang harus seperti ini agar para pembaca bisa lebih mendalam lagi dengan cerita ini dan lebih memahami karakter dari tiap tokoh. Di setiap bab ada maksudnya dan rahasia tersendiri, jadi nikmatilah.... Kalau memang benar merasa bosan dengan alur lambatnya, akan saya percepat lagi. 1 bab ini untuk membuka awal hari baru--hari Rabu. Semoga para pembaca dilimpahi rejeki dan dilancarkan semua usaha, pekerjaan, serta dikirimkan orang-orang baik setiap hari, amiiiiiin....
Xue Yan menghela napas panjang sebelum melanjutkan penjelasan. Sepuluh tahun lalu saat dia diculik, seseorang memintanya secara paksa untuk membuatkan jenis racun yang tidak ada penawar. Meski masih terbilang muda dan sudah lama terjadi, tapi satu hal tak pernah dilupakan adalah orang yang mengambil ramuan racun adalah seseorang berpengaruh di dalam istana. Seseorang yang terkena racun dingin tidak akan disadari karena efeknya hanya seperti penyakit ringan biasa, tapi lama kelamaan akan melemahkan semua organ tubuhnya sehingga tak akan berfungsi dengan baik. Bahkan tabib kerajaan pun hanya akan mengira kalau itu penyakit biasa. Mengonsumsi obat biasa tidak akan membantu melainkan hanya akan semakin memperparah kesehatan dan mempercepat penyebaran racun. “Jika memang benar seperti yang Nona Xue Yan katakan, itu berarti dugaanku benar,” sambung tabib Yao merenungkan sejenak. Dia melanjutkan alasan diajukan pertanyaan awalnya karena telah menemukan ada yang aneh
Di dalam bangunan rumah bunga, tempat semua tawa sandiwara dan campuran hasrat pria wanita berada. Seorang berparas cantik dalam balutan pakaian pria berjalan menaiki tangga sembari memperhatikan sekelilingnya dengan waspada dan misterius. Dia menghentikan langkah kakinya setelah berada di lantai dua tepat di depan ruang kamar di ujung koridor. Begitu masuk ke dalam ruangan, sorot mata penuh kewaspadaan memperhatikan di setiap sudut kamar saat tak ada seseorang pun di dalam sana. “Keluarlah! Menggunakan cara seperti ini untuk mengundangku datang tentu tidak akan dilakukan oleh pelayan pribadiku yang telah meninggal!” Mendengar perkataan itu, Zhang Yuan yang berada di balik sekat ruangan tersenyum kecil. Rasanya seperti waktu terulang kembali saat melihat Yinping dalam balutan pakaian pria. “Keluarlah! Kau tidak tahu bagaimana kesulitanku untuk keluar dari istana!” “Bagaimana kau bisa mengambil risiko sebesar ini untuk ber
“Yuwan berpesan agar tuan puterinya harus hidup dengan baik, jangan menjerumuskan diri sendiri dalam bahaya, terlebih harus memikirkan kebahagiaan sendiri.” Pesan ini jelas bukan apa yang diucapkan Yuwan melainkan ungkapan hati Zhang Yuan agar Yinping tak lagi membahayakan diri. Namun perkataan yang baru terucap mendapat respon lain. Yinping terdiam menatapnya, mata indah itu mulai berkaca-kaca. “Katakan pada Yuwan agar tidak mengkhawatirkanku. Aku sangat bahagia karena melakukan apa yang aku inginkan. Dan tentu saja aku tidak akan melakukan hal yang berbahaya.” “Oh, baiklah. Pesanmu akan aku sampaikan kembali.” Merasa telah lama terjerat dalam tatapan mata yang membuatnya semakin tenggelam dalam suasana hati, Zhang Yuan mengalihkan pandangan ke arah lain, “mengenai ramuan yang kau minta diselidiki, menurut tabib Yao itu hanya ramuan obat biasa.” Yinping tertawa kecil. Entah apakah jawaban itu meyakinkan atau justru membuatnya semakin pe
Hari ini kaisar Qin Huang tidak mengadakan pertemuan rapat dengan para menteri karena kondisi kesehatannya yang belum juga pulih. Sementara itu, mereka yang tak setuju kekuasaan sementara diambil alih oleh permaisuri mengajukan permohonan diri agar bisa bertemu dan melihat Qin Huang secara langsung. Namun para pengawal istana dikerahkan permaisuri dan mengusir semua menteri karena dianggap telah mengganggu waktu istirahat kaisar dan menghambat proses pemulihannya. Dua hari berlalu, para menteri tak menyerah melakukan hal yang sama, berlutut di depan istana Qin Huang, bahkan serentak mengancam akan melepaskan jabatan masing-masing jika Qin Huang masih tak mau bertemu dengan mereka. Sementara itu di dalam istana, Qin Huang yang sudah semakin lemah, menahan semua perkataan dari para menteri. Desakkan dari mereka di saat ketidakberdayaannya mendorong Qin Huang untuk menunjukkan diri pada mereka. Meski beberapa ini menghindari pertemuan rapat agar para m
Di sisi lain, seorang pelayan perempuan terbaru-buru menemui permaisuri dan menyampaikan sesuatu yang membuat wajah permaisuri terkejut. Rasa cemas berlebihan ditunjukan juga lewat gerak jari tangan yang saling mencengkeram. Dia memerintahkan seorang pelayan menyediakan sesuatu untuk dibawa ke penjara istana. Saat itu Xu Xiao yang telah berada di istana setelah mengetahui tabib Yao ditangkap. Seperti biasa dia menginterogasi sendiri tabib Yao, menjalankan rencana Zhang Yuan. Namun baru beberapa menit menginterogasi, seorang penjaga menjeda dan menginformasikan bahwa permaisuri datang langsung ke penjara dan ingin menemui tabib Yao. “Katakan pada permaisuri, tempat ini tidak cocok dengan permaisuri. Terlebih, masalah tahanan ada aku yang menanganinya, jadi yang mulia permaisuri tidak perlu khawatir!” Meski telah menyampaikan pesan penolakan kepada penjaga tahanan untuk diteruskan pada permaisuri, tapi di beberapa menit kemudian, permaisur
Di depan pintu yang tertutup, Zhang Yuan dan permaisuri saling memandang dalam diam. Tatapan keduanya mengisyaratkan rasa tak senang akan kehadiran masing-masing. “Tuan Zhang, aku tahu kau tak senang dengan keputusan Yang Mulia. Jika kau mau aku bisa membantumu memohon agar Yang Mulia mengijinkan kau memimpin pasukan bantuan ke perbatasan.” “Tidak perlu merepotkanmu, Yang Mulia. Jika aku memang mau, aku bisa mendapatkannya dari yang mulia kaisar dengan cara apa pun,” balas Zhang Yuan datar. Dia menjura singkat lalu berjalan menjauhi permaisuri. Namun baru beberapa langkah permaisuri memerintahkannya untuk berhenti. Permaisuri berjalan mendekati, menghentikan langkahnya ketika mereka berdekatan dan saling berhadapan, “sekarang aku yang menentukan semua keputusan di dalam kerajaan. Meski pun kau mau, kau tak bisa mendapatkannya tanpa persetujuan dariku!” Zhang Yuan tersenyum kecil, mendengus remeh, “sebentar lagi, saat Yang Mul
Xue Yan melotot, “panglima Zhang memang seperti yang dikatakan orang-orang. Pintar dan cerdik! Tak ada sesuatu yang tersembunyi tak bisa kau ketahui. Kalau begitu ijinkan aku memperkenalkan diri.” Xue Yan memulai pembicaraan dengan menyebut nama jenderal terdahulu—teman seperjuangan ayah Zhang Yuan. Xue Yan adalah cucu kesayangan dari seorang jenderal yang memiliki kontrak pernikahan dengan Qin Huang yang pada saat itu masih sebagai pangeran biasa, namun di saat sang kakek meninggal dia diculik oleh sekelompok prajurit, dipenjarakan sampai dewasa. “Karena kau sudah tahu seseorang menggantikanmu, apa kau tak berpikir untuk mengambil kembali identitas aslimu?” “Dan menggantikan posisi permaisuri dari permaisuri palsu di dalam istana?” tambah Xue Yan menggeleng miris, “hidupku sudah jauh lebih bahagia dengan identitasku yang sekarang. Daripada harus hidup terkurung dalam istana, lebih baik menjadi wanita biasa yang bebas melakukan apa saja
“Yang Mulia!” Zhang Yuan muncul dengan cepat, menghentikan tindakan permaisuri. “Maaf karena datang terburu-buru. Ada seseorang yang ingin menemuimu.” Zhang Yuan melirik sekilas ke arah permaisuri yang menatapnya dengan tajam. Namun hal itu justru semakin menyenangkan karena sebentar lagi rahasia besar permaisuri akan terbongkar. “Tabib Yao!?” Qin Huang sontak berdiri dari kursi, sendok yang berada di dekat mulutnya ditepis. Bahkan permaisuri pun tak kalah terkejutnya dengan kehadiran tabib Yao, bisa terlihat betapa geramnya dia saat itu melalui jemari tangan yang mencengkeram kuat sendok di tangannya. Tabib Yao dengan berani melangkahkan kaki mendekati Qin Huang. Dia segera berlutut dan menyuarakan permintaan keadilan untuk dirinya. Jika bukan karena pertolongan seseorang dia benar-benar telah meninggal. “Jangan bertele-tele, tabib Yao. Ceritakan yang sebenarnya!” Tabib Yao melirik permaisuri dengan wajah ragu h