Sesuatu yang ditampilkan Alice tentang tugas anak buahnya pada Aslan berupa hal yang tidak enak dijalankan. Rasanya Aslan terjebak di antara dua pilihan tidak bagus untuk dipilih."Jangan diam saja? Kau ingin tugas apa?""Kenapa tidak anak buahmu saja? Dia kan pelanggan VIP dalam hal narkoba.""Tidak bisa dijadikan pilihan utama. Karena takut ternyata nanti tertangkap.""Aku apa bedanya? Aku kan juga dikejar-kejar bersamamu?""Berbeda. Aku yakin kalau Charles bukan mengejarmu, melainkan aku. Jadi, wajahmu mungkin tidak dihafal oleh Charles si mafia kejam itu.""Mustahil sekali sepertinya. Pasti dia mengerahkan segala hal untuk mencari semua anggota keluarga dari ayahku.""Charles tidak seperti itu. Pasti akan menghabisi orang yang tidak memuaskan kerjanya menurut Charles. Apalagi orang yang berkhianat.""Ternyata begitu. Baiklah, aku pilih tugasku sendiri. Biar anak buahmu saja menjalankan tugasnya."Alice hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Aslan. Sudah diduga oleh Alice kalau Asl
Bella tampak beranjak dari kursi. Ia membiarkan pria yang baru saja datang menduduki kursinya. Aslan masih diam mengamati keadaan. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Bella keluar dari ruangan ukurannya seperti kamar. Hanya ada Aslan dan pria di depannya."Jadi, kau pelanggan baru?""Iya. Maaf aku kurang nyaman diperlakukan seperti akan diinterogasi seperti ini." Aslan mengutarakan apa yang dipikirkan sejak tadi."Seperti inilah cara kami. Jika kau tidak sanggup melanjutkan ... maka bisa pergi dari sekarang.""Tidak mungkin aku meninggalkan begitu saja setelah mencobanya tadi.""Bayar!" Pria di hadapan Aslan memberikan nota pembayaran pada Aslan.Aslan tak mengerti cara kerja transaksi mereka. Tidak biasa bagi Aslan ditekan tanpa ada kejelasan prosedur.Tidak ada jeda untuk menunggu pembayaran. Aslan harus segera menyelesaikan saat ini juga. Dalam beberapa menit, transaksi berhasil. Aslan mengira setelah transaksi akan berakhir. Ternyata dugaan Aslan salah. Bella masuk kembali menem
Kotak yang dibawa Aslan tidak bisa dipahami isinya. Karena berisi tentang teka-teki yang harus dipecahkan. Alice menerjemahkan teka-teki tersebut sebagai bentuk opsi terakhir jika saja Aslan tidak bisa bertemu dengan Bella lagi. Maka Aslan dan Alice yang akan memecahkan teka-tekinya. "Cukup rapi juga Bella dalam memperhitungkan sesuatu." "Iya. Tapi, susahnya ... dia terlalu rapi hingga terkadang hanya dia sendiri yang tahu. Orang lain tidak mampu memecahkan." Alice mengakui kemampuan saudarinya itu. Namun pada sisi lain juga menyusahkan."Optimis saja dia datang. Kurang setengah jam lagi." Aslan masih sabar menunggu kedatangan Bella di tempat pertemuannya. Walaupun tubuh Aslan tak sepenuhnya pulih dari terakhir kali setelah mengonsumsi entah obat apa."Aku penasaran dengan apa yang akan dilakukan Bella.""Kenapa begitu? Apa ini bukan rangkaian pembelian narkoba seperti biasanya?""Bukan. Biasanya hanya sekali itu saja. Kalau yang dua kali biasanya VIP. Tidak mungkin sekali bertemu d
Tombol yang ditekan Aslan tak segera berfungsi. Namun tak sampai lima menit, ada beberapa gelembung mirip karet mengembang dari bagian dalam.Alice yang mengemudi tak mampu mengendalikan lagi mobil yang dikemudikan. Aslan dan Bella pun tak bisa bergerak akibat terhimpit karet yang membesar bagaikan balon yang ditiup. Duar! Mobil mengeluarkan suara leadakan keras saat berada di dasar jurang. Aslan dan yang lainnya berada di dalam mobil hanya diam mengikuti alur. Karet mirip balon yang ada di dalam mobil menyusut setelah lima belas menit. Aslan bisa bernapas lega ketika merasakan ada ruang. Namun rasanya tubuh Aslan sakit semua saat digerakkan. Aslan bersusah payah menoleh pada Bella. Rupanya Bella masih sadar seperti Aslan. Hanya saja, Bella tidak mengembuskan napas dengan keras. Ketika mata Aslan tertuju pada Alice, tubuh yang terasa sakit langsung berubah dikesampingkan oleh Aslan. Alice tidak sadarkan diri yang membuat Aslan khawatir. "Alice!" Aslan mengguncang pelan bahu Alic
"Kita pakai ini saja!" Bella mengeluarkan tiga botol kecil dari dalam tas.Aslan tidak memberi jawaban atas saran Bella. Ia memilih menarik Bella dan Alice untuk pergi dari sana. Langkah kaki yang terdengar dari atas semakin mendekat. "Kita tidak bisa lari! Yang ada terbunuh!" Bella melepaskan tangan Aslan."Kau bisa diam tidak? Kita harus berusaha." Aslan kesal. Namun nada bicaranya masih lirih. Alice menatap Bella. Ia memberi kode pada Bella untul menurut saja. Sepertinya Alice sejalan dengan Aslan. "Kita pakai caraku saja!" Bella masih saja bersikeras memperlihatkan botol kecil tadi. Aslan akhirnya berusaha mendengarkan Bella sembari tetap berjalan. Ia malas berdebat dengan Bella. "Apa itu?" Alice bertanya dengan nada lirih pada Bella. Ia juga tetap berjalan seperti yang dilakukan Aslan."Racun yang bisa membuat kita berhenti bernapas sementara selama dua jam. Jadi, kita bisa disangka mati oleh musuh.""Tidak hanya disangka. Tapi, pasti mati." Aslan menyangkal perkataan Bella.
Aslan menghentikan gerakannya. Sayangnya Aslan langsung dilumpuhkan oleh pria lain yang ada di belakang Aslan. Bella pun sama dibekukannya oleh pria lain. Pria yang datang menyandera Alice dengan mengalungkan Alice dengan sebuah clurit. Aslan sudah bisa menebak jika pria yang menyandera Alice akan mengancam, sehingga Aslan berusaha tidak melawan lagi."Rupanya cukup mengerti keadaan juga kau, ya." Pria yang menyandera Alice berbicara sembari mendekat pada Aslan. Aslan diam bukan tanpa rencana. Ia masih memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi di sekitar. Tidak hanya itu, Aslan juga memanfaatkan sekitar untuk menyerang. "Jalan! Cepat buka pintunya!" seru pria yang membawa Bella. Bella hanya berjalan menuruti permintaan pria yang mendorongnya sembari menodongkan senjata tajam di pinggang Bella. Percuma saja menekan Bella, karena pintu hanya bisa terbuka dengan sidik jari Aslan. Aslan sempat melirik ke arah Alice. Ia memberi kode pada Alice untuk melawan. Alice tampak mengert
Ketika remote telah ditemukan oleh Bella, seketika ruang bawah tanah terbuka. Aslan cukup takjub dengan desain yang digunakan dalam penyimpanan senjata api. "Ayo masuk!" Bella menarik Aslan untuk pergi ke ruang bawah tanah. Satu orang yang tidak bisa pergi sekarang hanya Alice. Wajahnya semakin pucat hingga terlihat tak bertenaga. "Kita akan bersembunyi di sana atau melewati ruang bawah tanah bisa menuju keluar?" tanya Aslan sebelum mengikuti Bella."Bisa keluar." Jawaban Bella membuat Aslan bertekad tidak meninggalkan Alice. Ia akan menggendong Alice sampai keluar dari penyimpanan senjata api itu. Bella pun setuju dengan Aslan. Walaupun sempat tersirat dari wajah Bella tentang penyesalan akan senjata yang ditinggal Aslan. Akhirnya Bella hanya membawa satu ransel besar yang berisi senjata, yang seharusnya membawa dua dengan milik Aslan.Aslan dan Bella memasuki ruang bawah tanah dengan posisi Bella memimpin. Rasa khawatir Aslan semakin parah saat melewati ruang bawah tanah yang t
Pria yang dicurigai oleh Aslan masih belum diketahui identitas dan kepentinganny. Obrolan yang cukup lama terjadi antara pria yang baru saja datang dengan pria paruh baya yang menolong Aslan. Bahkan saat Aslan diminta masuk ke dalam ruang tindakan, tidak terjadi perbincangan dengan pria yang tiba-tiba datang. Beberapa luka Aslan telah diobati. Namun energi yang tersisa di dalam tubuh Aslan menurun hingga membuat Aslan memejamkan mata. Rasa kantuk akibat lelah yang luar biasa membawa Aslan ke alam mimpi. Sementara pria yang berbicara dengan pria paruh baya tadi hanya memandangi Aslan dari luar ruangan. Ia hanya memastikan kalau Aslan masih hidup.Selama satu jam Aslan beristirahat. Aslan kemudian membuka mata. Energinya tak sepenuhnya kembali fresh. Ia masih merasakan lemas pada tubuhnya. Namun tidak seburuk tadi saat memejamkan mata. Aslan berusaha bangkit dari tempat tidur Puskesmas. Ia tidak bisa bergerak bebas akibat selang infus yang membatasi. Demi bisa pergi dari ruangan, Asl