Raleigh adalah tipe suami kurang sabaran ketika menginginkan sesuatu. Termasuk memenuhi keinginannya untuk segera memiliki momongan. Karena sikap bodohnya itu ia tidak peka dengan kondisi psikologis Celia akibat menopause dini. Celia kerap memiliki rasa cemas berlebih, paranoia, mudah marah, dan tersinggung oleh hal-hal sepele. Ia menganggap dirinya adalah beban bagi orang disekitar terutama Raleigh, suaminya. Ia tertekan karena tidak bisa memberi keturunan dan tidak bisa menimang anaknya sendiri sampai kapanpun. "Pernikahan ini hanya menguntungkan kamu dan menghancurkan aku Ral. Aku berusaha mencintaimu dan menerima ini semua. Tapi kamu mengkhianati janji suci pernikahan kita." Celia menangis haru sambil memegang gunting. Sampai kapanpun hatinya tidak akan rela jika Raleigh mencari wanita pendonor sel telur. Sekalipun wanita itu hanya akan dikontrak Raleigh demi memberi keturunan yang akan ia asuh bersama Celia. Rasa sedih yang berlebihan, tertekan, dan selalu berpikiran negati
Pepatah berkata : Tak ada yang lebih pantas dilakukan ketika menghadapi orang marah kecuali diam. Teriakan, hinaan, dan luapan emosi Celia karena perbuatan Raleigh yang menyebabkan Lily menangis, bayi mungil putri sepupunya, adalah kesalahan terbodoh yang pernah dilakukan. Ditambah dengan ucapan lantang Raleigh bila tidak sudi mengadopsi anak. Sejak awal, Raleigh tahu bahwa Celia lebih memilih untuk mengadopsi anak dari pada mencari wanita pendonor sel telur. Namun keteguhan Raleigh tetaplah sama meski berjanji akan memperbaiki hubungan rumah tangganya dengan menuruti apapun keinginan Celia. Khusus satu hal itu, Raleigh tidak akan mengabulkannya dengan mudah. Dia memiliki alasan yang kuat mengapa menolak mengadopsi anak. Tapi itu bukan berarti ia tidak menyayangi rumah tangganya dan Celia. "Go away! Aku tahu kamu hanya merayuku dengan janji-janji manismu itu!" Raleigh masih menatap Celia penuh permohonan agar tidak mengusirnya. Ini sudah malam dan Raleigh tidak tahu harus tidu
Valerie masih menatap ponsel Raleigh yang berdering dengan perasaan bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat Dad Mark, papanya Celia, menelfon Raleigh. Menurutnya Dad Mark sangat cepat bertindak untuk membuat anak dan menantunya kembali bersatu. Hingga dering itu mati, Valerie masih diam lalu menatap Raleigh. "Aku tidak tahu harus bagaimana jika Dad Mark sudah bertindak.""Bagaimana beliau tahu secepat ini Ral?""Mungkin sepupu Celia yang mengatakan segalanya. Padahal aku ingin menyembunyikan hal ini lebih dulu dari mereka sampai menemukan jalan terbaik. Aku hanya tidak mau Celia tertekan dan mendapat belas kasihan seperti wanita paling malang di dunia.""Mungkin kamu bisa mengangkatnya tapi jangan berkata kalau berada di rumahku."Raleigh menggeleng. "Biarkan saja dulu karena masalah ini sedang panas. Sekuat apapun aku membela dan mempertahankan diri, tetap saja akan berakhir kalah. Kamu tahu kan bagaimana sikap Mom Clarie padaku?"Valerie mengangguk paham karena Celia pernah
Seseorang tidak akan menjadi sangat cerdas jika belum pernah melakukan sesuatu yang sangat bodoh. Sama dengan apa yang dilakukan Raleigh ketika ia memiliki masalah dengan Celia. Pikirnya menuruti keinginan Celia agar pergi dari rumah adalah sebuah jawaban, tapi ternyata itu menambah deretan kebodohan Raleigh di mata mertuanya, terutama Dad Mark. Setelah mendapat telfon dari Gerard bahwa Dad Mark membuat keributan karena tidak menemukan Raleigh di Coolworths, swalayan tempatnya bekerja, Raleigh segera memacu mobilnya kesana dengan perasaan kacau balau. Ia malu jika Dad Mark benar-benar membuat keributan di hadapan para anak buah Raleigh. Jika memang benar demikian, ditaruh dimana mukanya setelah ini? Kewibawaan yang dijunjung setinggi langit bisa hancur dalam sekejap lalu Raleigh akan menjadi trending topic yang menarik di kalangan para anak buah. Oh, tidak, Raleigh tidak bisa membayangkannya. "Dad?" Raleigh menghampiri Dad Mark penuh kehati-hatian. Ia sedang ditemani Gerard ber
Raleigh mendorong troli belanjaan Celia yang sangat berat. Bagaimana tidak berat, keranjang troli besar itu berisi beberapa kardus besar hingga Raleigh tidak habis pikir dengan barang-barang apa yang dibeli istrinya. Apa Celia akan membuka mini mart di depan rumahnya? Mengabaikan pikirannya sendiri, Raleigh segera menata kardus-kardus itu ke dalam bagasi mobilnya serapi mungkin agar semua kardus bisa terangkut. "Aku pulang bersama Paula!" Ucapnya ketus tapi Raleigh segera menahannya. Paula, sepupu Celia. "Pulang denganku!" Putus Raleigh tapi Celia menepis tangannya kasar. "Jangan mengaturku! Aku membencimu!" Raleigh menutup pintu mobil Paula sebelum Celia meraihnya lebih dulu. "Jangan membantahku Celia. Aku sudah cukup bersabar dengan kelakuanmu."Paula yang menyadari keadaan sedang tidak baik pun akhirnya menyarankan Celia kembali pulang bersama Raleigh. Setelah ketegangan itu, mereka berdua berada dalam satu mobil Raleigh menuju kediaman. Celia melipat tangan dengan memalingka
Keesokan harinya, sepulang dari bekerja, Raleigh menjemput Valerie di kediamannya. Masih dengan memakai kemeja kerja, Raleigh mengetuk pintu rumah Valerie namun tidak ada yang menyahuti hingga lima menit lamanya. "Apa Vale belum pulang?"Tapi lampu teras dan penerangan taman sudah menyala. Itu artinya Valerie sudah pulang. "Then where is she?"Raleigh mencoba mengintip dari balik celah jendela kaca ruang tamu namun di dalam nampak kosong. Akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka pintu rumah tanpa permisi. "Tidak dikunci?"Raleigh masuk perlahan lalu menutup pintu. Suasana sangat sepi namun semua lampu telah menyala. Bahkan lampu kamar depan yang kemarin sempat dijadikan tempat penampungan sementara baginya masih menyala. Raleigh belum mengemasi pakaian dan kopernya dari rumah Valerie karena kemarin ia memutuskan tidur di rumah setelah Celia mengizinkannya pulang. Yeah, itu adalah rumah pemberian orang tua Celia. Walau Raleigh telah menjadi suaminya tapi tidak berhak atas proper
Raleigh termenung dengan ucapan William sepanjang perjalanan kembali ke rumah Valerie. Ia sadar jika belum bisa menjadi suami yang diinginkan Celia dan tidak bisa memenuhi apa yang Celia harapkan. Dia masih terlalu egois dengan menuruti kemauannya sendiri.Karena ia masih murung akibat sentilan ucapan William, maka Valerie yang menyetir mobilnya demi alasan keamanan. Ia tidak mau sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi sedang masalah yang lama belum selesai.Sesampainya di rumah Valerie, bukannya segera pulang, Raleigh malah duduk di ruang tamu dan ingin mengobrol lebih lama lagi. Saat ini, hanya Valerie tempatnya mencurahkan segala keluh kesah mengenai Celia. Bukan tanpa arti, itu semua karena Celia dan Valerie berteman lama dan saling mengenal.Kalaupun Raleigh tiba di rumah, ia tidak bisa menyelesaikan masalah ini alih-alih berkata jujur pada Celia tentang isi hatinya. Dia ingin Celia mengikuti keinginannya tanpa menyakiti hati Celia. Satu hal langka yang tidak bisa diterima banyak
Tidak dipungkiri ada rasa bahagia yang teramat membuncah di dalam hati Raleigh atas keputusan Celia untuk tidak mengadopsi anak. Namun, Raleigh berusaha menjaga ekspresi wajahnya nampak biasa saja. Bahkan seperti ikut bersedih dengan keputusan Celia. Hal ini semata-mata dilakukan untuk mengecoh perasaan Celia. Padahal, Raleigh diam-diam menyusun kembali rencana awal untuk merayu Celia agar bersedia menerima sarannya untuk mencari wanita pendonor sel telur. "Kenapa kamu tidak bersedia mengadopsi anak sayang? Bukankah itu yang kamu harapkan?"Celia menggeleng lalu mengajak Raleigh masuk ke rumah. Mereka duduk di sofa ruang tamu. "Aku telah menghubungi seorang teman lama Ral, namanya Dokter Wilmarie.""Lalu?""Aku menceritakan segalanya, bahkan mengirimkan hasil laboratorium kita kepadanya. Lalu dia menyarankan untuk menemui seorang dokter spesialis ginekolog terbaik di Sydney."Seakan mengerti jalan pemikiran Celia, niat Raleigh untuk mencari wanita pendonor sel telur perlahan meredu