“Apakah kau serius memecatku? Barusan aku hanya bercanda saja,” kata James terjingkat menghampiri Levon dengan memaksakan senyum meski raut wajahnya tetap terlihat cemas.
“Ya benar itu! Kami barusan hanya bercanda. Jangan pecat diriku. Jika kau memecatku, bagaimana nasib anak istriku dirumah?” sambung salah satu dari mereka. Karyawan yang lainnya pun begitu, mereka tiba-tiba ramah pada Levon. Jurus rayuan mengiba-mengiba dilancarkan agar hati Levon lunak.
Levon bergeming menampakkan wajah memerah oleh marah.
“Ambil pesangon kalian. Carilah pekerjaan di tempat lain!” Suara Levon bergetar, tidak ada sedikit pun nada kasihan di situ. Lalu, ia berjalan melewati mereka. “Dan karyawan yang tidak dipecat, silahkan bekerja!”
Karyawan yang dipecat Levon, memandang dirinya dengan penuh kebencian dan dendam, “Kau akan menyesal sudah berani memecat kami!” Levon hanya menyeringai mend
Hai Readers. Kira-kira apa ya alasan Levon tidak memberitahu Amelia tentang masalah Anton? Ikuti terus ceritanya ya. Dan jangan lupa berikan vote sebanyak-banyaknya, biar Author makin semangat.
“Suatu hari nanti kau akan tahu alasannya, Amel,” kata Levon menatap lembut pada Amelia. “Sekarang fokuslah kepada tugasmu.” “Kau selalu saja seperti itu.” Amelia cemberut sambil memalingkan wajah. Lalu, ia berdiri dan melangkah pergi. Levon tersenyum melihat Amelia ke luar dari ruangan CEO, ia gemas memperhatikan sepupunya yang melangkah dengan cepat. “Amelia, kau tenang saja. Aku bergerak di belakangmu, karena musuh yang kau hadapi sangat berbahaya. Aku butuh bantuanmu untuk mengungkap tikus-tikus perusahaan sampai ke akar-akarnya,” ucap Levon lirih dengan tatapan menerawang. Lalu, ia merebahkan tubuhnya kembali di permukaan sofa. Namun, baru sekejap memejamkan mata ponselnya berdering. Tampak nama Tuan Pulisic terpampang di layar. “Tuan? Karyawan cleaning service yang dipecat, mereka melakukan demo di depan perusahaan,” kata Pulisic panik. “Lalu? Apa masalahnya? Kau tinggal mengusirnya,” jawab santai Levon dalam keadaan mata terpejam.
“Lev? Ada apa?” tanya Rose pada Levon yang terlihat melamun. “siapa yang kau lihat?” tanya Rose lagi sambil menoleh ke arah yang dilihat Levon.Levon menatap Rose dengan wajah sedih “Aku tidak melihat apa-apa. Hanya memikirkan nasib mereka yang aku pecat.”“Sudahlah, Lev. Lupakan saja. Ini bukan salahmu,” ucap Rose lembut.“Ow ya mengapa Nona keluar. Yang boleh keluar melihat demo adalah karyawan yang berkaitan dengan demo. Cepat masuklah! Nanti Tuan Pulisic melihatmu,” kata Levon mengingatkan Rose.“Karena dirimu aku berani melanggar,” canda Rose tersenyum merekah pada Levon.“Cepat!” desak Levon.“Siap Raja.” Rose bersikap hormat pada Levon, dan detik berikutnya langsung bersikap biasa kembali dengan senyuman indah menatap Levon. “Kau juga harus masuk.”“Iya, menyusul,” tukas Levon melebarkan senyuman.
Amelia menyapu pandangan ke berbagai arah. Ia tersenyum melihat semua orang sangat penasaran ingin tahu jawaban darinya, “Apakah di mata kalian, Tuan Leo sangat mistrius? Kalian terlihat sangat berharap Tuan Leo datang ke pernikahan Levon dan Rose, sehingga kalian bisa melihat wajahnya yang selama ini tidak pernah ditampakkan pada dunia.” “Iya benar. Kami sangat penasaran dengan Tuan Leo,” kata Rose menerawang jauh memikirkan sosok Tuan Leo. Semua orang pun mengangguk dan mengiyakan perkataan Rose. Levon tersenyum miring, dan di detik berikutnya ia menutup mulut dengan tangan kirinya. “Sungguh aku ingin tertawa.” Levon membatin, lalu ia menggerakkan tangan kirinya dan mengambil tisue di depannya. Setelah sedikit menguyah makanan vegetarian, Amelia bersuara kembali, “Tidak ada salahnya mengundangnya ‘kan? Meski pada akhirnya dia tidak akan datang.” Amelia tersenyum melihat mereka kecewa mendengar jawaban darinya. “Lupakan soal Tuan Leo,” ka
“Huhhhhh ....” Levon menghembus napas kasar. “Mengapa banyak orang yang ingin menjadi musuhku? Aku ini hanya seorang supervisor cleaning service.” Levon tersenyum miring sambil melempar ponsel ke sofa kecil di sampingnya. “aku ingin pulang ke mansion, tetapi tidak mungkin. Perempuan licik itu akan menjemputku,” kata Levon sambil melangkah dan mendaratkan tubuh ke permukaan sofa jelek yang ada di rumah sewanya. “Aku sangat menikmati hidupku.” Levon memejamkan mata dan terlelap tidur. Ada suara langkah kaki mendekati Levon. Ia berat membuka mata, bayangan terlihat samar-samar semakin mendekat. Sebuah tangan bergerak menuju dirinya, Levon spontan membuka mata dan menangkap kasar tangan itu di udara. “Arrggggghhh.” Rose meringis kesakitan. Levon pun melepas tangannya. “Aduh maaf Rose, aku kira orang jahat yang mendekatiku.” Levon meraih tangan Rose kembali dan mengelus-ngelus pelan disertai tiupan lembut. “Makanya jika mau tidur, tutup pin
Ethan bodoh! Ia tak sengaja mengeluarkan suara. Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut, “Tuan Ethan?”Pulisic yang juga berada di ruangan , langsung menghampiri Ethan. Ia menarik kasar kumis dan jenggot palsu di wajah mantan .... “Beraninya dirimu menyamar dan datang kesini.”“A-ampun, Tuan.” Ethan gelagapan mendapatkan dampratan Pulisic.Pulisic menarik rambut gondrong Ethan, ia yakin rambut itu juga palsu. Dan ternyata benar.Semua orang bertanya-tanya, apa maksud dari penyamaran Ethan?“Cepat bawa dia keluar!” titah Amelia pada orang-orang suruhannnya untuk mengusir Ethan. Mereka pun menurut, dan menggiring paksa Ethan.Levon hanya diam di tempat dan memperhatikan Ethan dengan senyuman licik, “Mari kita lihat! Apakah kau juga akan memusuhi Rose yang membongkar identitasmu? Aku harap begitu.” Levon membatin. Lalu, ia segera memasang wajah konyol kembali.&
“Tanyakan sesuatu pada Amel.” “Apa yang harus aku tanyakan? Dan lagi pula Amel tidak akan menunjukku. Dia pasti menunjuk ke arah lain,” kata Levon sambil mengedarkan pandangan ke berbagai arah. “Ya apa salahnya mengacungkan tangan?” Rose mengerucutkan bibir sambil membenarkan poni rambutnya. “Aku ingin bertanya padamu saja. Kapan kita akan menikah?” goda Levon sambil menyenggol pelan lengan Rose. “Minggu depan! Besok pulang kerja langsung memesan baju pengantin,” jawab Rose menatap lembut pada Levon. Amelia menjawab pertanyaan dari tamu pesta dengan senang hingga tak terasa ia sudah menjawab sekitar 10 pertanyaan. “Oke sudah cukup ya. Kita lanjutkan dengan berdansa,” kata Amelia. Di titik ini juga beberapa pelayan menawarkan berbagai minuman non alkohol kepada tamu pesta. Pesta dilanjutkan dengan berdansa. Pasangan dansa mulai menunjukkan kebolehan. Levon dan Rose melakukan tarian mengikuti irama lagu yang terdengar. Pa
Rose berteriak, ia spontan menunduk dan melindungi kepala dengan kedua tangannya. Sementara itu, Levon bersikap tenang dan cepat menggerakkan tangan kanan ke depan wajahnya. Blukkkk ...... batu itu menghantam kaca mobil. Beruntung batu itu tidak bisa memecahkan kaca mobil yang sudah dilengkapi pelapis kaca anti pecah. Hantaman batu itu hanya meninggal bekas retak berbentuk lingkaran bergaris-garis saja. “Shit! Kini giliranku!” Rose mengumpat dengan tatapan penuh amarah pada laki-laki misterius itu. ia melajukan mobil dan hendak menabrak orang yang berniat melukainya. “Hentikan! Nanti kau bisa membunuhnya!” Levon berusaha mengingatkan Rose, tetapi dihiraukan. Laki-laki misterius itu berhasil menghindar dan melarikan diri. “Sialan ...” Rose semakin emosi karena tidak berhasil menabrak laki-laki misterius itu. “Tenangkan dirimu, Rose,” ucap Levon memasang wajah sedih. Rose menurut, ia menghela napas pelan dan menenangkan d
“Itu, emm ... orang misterius itu ditemukan mati terbunuh,” jawab asal Rose.“Apa?” Levon pura-pura kaget. “Bagaimana bisa?”“Mungkin orang misterius itu dibunuh oleh seseorang yang membayarnya untuk mencelakai kita. Dia dibunuh untuk menghilangkan jejak.” Rose menerka-nerka, tetapi Levon tahu maksudnya. Orang suruhan Rose berhasil membunuh orang misterius itu.Levon sangat yakin, Rose bukan kaget karena orang misterius itu mati terbunuh, tetapi karena orang suruhannya tidak berhasil membunuh Ethan yang dilindungi oleh beberapa orang bertopeng.“Ya, mungkin saja.” Respon Levon menunjukkan rasa takut.“Kau tenang saja. Polisi akan menanganinya dengan baik.” Rose tersenyum penuh arti menatap Levon.“Kau benar. Orang yang membunuh harus dimasukkan dalam penjara. Dia bukan manusia, tapi binatang,” kata Levon santai, tetapi sebenarnya ia menyinggung Rose.&