Bab 36: Perkumpulan Yang MeresahkanKang Arya mulai sering menemui Tondo, sekedar ingin tahu lebuh jelas tentang segala rencana yang Rendy sembunyikan darinya dan yang lainnya.Saat ini, Kang Arya sedang berada di teras rumah Tondo. Padanya, Tondo menceritakan saat itu ada satu kelompok yang menamakan dirinya Gank Klenger."Jadi dia itu sedang ingin memata-matai ketua Gank Klenger." Begitu ia menuturkan pada Kang Arya.Tampak di wajah Tondo, ada satu ketakutan yang tak bisa ia jelaskan. Melihat situasi yang tak berjalan seperti seharusnya, hanya karena kecerobohannya sendiri.Udara malam mulai dingin, tapi tak sekalipun menyurutkan upaya Kang Arya untuk segera menuntaskan segala unek-unek akan rasa keingin tahuannya itu.Kembali ia menuturkan detail yang menceritakan tentang kelompok yang masih terhitung baru ada itu. Berawal saat penjabaran tentang profil mereka. Dimana istilah 'klenger' sendiri jika diartikan adalah suatu keadaan saat orang sedang mabuk. Dalam konteksnya mereka selal
Bab 37: Perseteruan Rendy dan TondoEsoknya, Kang Arya mulai mendatangi rumah Ryan kembali. Mereka masih membahas seputar acara pengajian yang sudah harus mereka sebarkan undangannya.Beberapa jam mereka habiskan untuk menyelesaikan tugas itu, dan saatnya mereka kembali ke rumah Ryan."Alhamdulillah, semuanya sudah beres." Kang Arya dan Ryan menghela nafas setelah seharian membagikan undangan pada ketua RT setempat."Laporan gih sama Pak Ndan!" celetuk Ryan.Siang itu Kang Arya tidak bekerja, dan akan merapelnya sepulangnya dari rumah Ryan."Nanti aku ke Masjid, sekalian tanya apa ada yang bisa aku beli." Kang Arya menyesap suguhan teh hangat yang dibuat Ryan."Kita ini sangat beruntung, masih bisa menjalankan aktifitas kita selaras dengan urusan akhirat, meskipun kerja itu juga termasuk ibadah.""Iya, kita beruntung tidak terlalu mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin tidak jelas mengarah kemana."Percakapan mereka mendadak harus terhenti karena ada nomor tak dikenal masuk ke
Bab 38: Mencoba Mengulang KembaliDisaat Kang Arya mulai jengah dengan segala kelakuan sahabatnya itu, ada satu kabar yang membuatnya urung niat untuk pergi."Ada telepon dari Rinda!" ujarnya tak dirahasiakan agar Rendy mau sedikit melihat padanya.Rendy tak ayal seperti musang yang terkena jebakan pemburu, dia tampak salah tingkah."Wa'alaikumussalam, ada apa Rinda?" tanya Kang Arya lembut dan nampak memanas-manasi siapapun yang memiliki perasaan pada Rinda.Pasti emosi Rendy sedang mendidih dan risih mendengar intonasi Kang Arya yang seakan dibuat-buat itu.Tapi Rendy tentu saja memahami bahwa Kang Arya sengaja melakukan itu agar ia merasa cemburu. Rendypun mulai menenangkan emosinya yang meletup tadi Kang Arya kembali melanjutkan obrolannya, "Baiklah, aku dan Rendy segera ketempatmu." Begitu pembicaraan antara keduanya diakhiri.Suara Kang Arya yang tadinya naik beberapa oktaf, kini mulai normal."Rendy, kamu masih mau disini atau ikut aku?" tawaran untuk mengajak itu keluar dari
Bab 39: Rahasia Terdalam SerinaAda saatnya semua yang sangat mereka harapkan, mulai saat ini mengubah hari-hari mereka. Seperti tak akan dipenuhi oleh kegelisahan sekian lama menyelimuti pikiran mereka. Mereka pastikan akan berjalan lurus kedepan, melupakan masa lalu yang tak perlu untuk diingat kembali."Alhamdulillah, kita harusnya lebih banyak bersyukur karena Alloh memberikan kita kesempatan untuk bersahabat." Kang Arya berucap sembari menatap arah langit dari teras tempat mereka bercengkrama malam ini.Bulanpun tampak terlihat sangat padu dengan udara yang tak begitu dingin. Bintang dengan bermacam kerlipnya, turut menghias aksen warna biru gelap.Mendengar itu, Serina dan Rinda ikut mengucapkan bacaan yang sama dengannya."Lalu, kalau boleh tanya. Bagaimana kalau kalian mulai menjalin hubungan saja!" saran Serina selaras dengan isi pikiran keduanya yang menunggu untuk saling memulai.Wajah Rindapun sedikit memerah, dan tampak seperti sedang menyembunyikan perasaan yang sama deng
Bab 40: Penglihatan Kasyaf Kang AryaKang Arya mengehentikan motornya di dekat jembatan tempat yang biasa ia lewati. Sambil menghirup udara segar, ia melihat kondisi rumah kosong itu dengan kondisi yang sama. Ia jadi teringat saat bersama Rendy waktu itu, dan mencoba mengulang kembali saat lampu rumahnya menyala. Dan masih sama seperti saat inipun begitu.Terbersit dalam pikirannya, ia ingin melacaknya sendiri dengan masuk ke dalam rumah itu untuk membuktikan bahwa tidak ada makhluk apapun yang selama ini para penduduk itu takutkan.Dengan berbekal fitur rekaman dalam ponselnya, iapun mendekat sejauh beberapa meter dari tempat ia memarkir motornya itu.Perlahan, ia menapaki jalanan tak beraspal dan membuat suara retakan kerikil tanah tiap kali Kang Arya menginjakkan kakinya."Ada yang tidak beres, sepertinya itu memang orang asing yang masuk ke dalamnya. Bukan hantu atau makhluk halus seperti yang dibilang warga sekitar." Kang Arya mengomentari sendiri aktifitasnya itu sambil menyoro
Bab 41: Dibalik Pintu Rumah AngkerKang Arya terus melangkah meski debaran jantungnya tak normal. Kakinya semakin jauh memasuki ruang demi ruang dengan melafadzkan bacaan ayat kursi setiap saat.Tapi sampai nafasnya tersengalpun, ia tak melihat sosok atau makhluk yang ia yakini menjadi cerita menakutkan selama ini. Membuat resah para warga sekitar, dan memicu konflik lainnya. Suara jeritan itu hilang begitu saja, meskipun Kang Arya memanggil-manggil wujud eksistensinya dengan lantang."Tunjukkan wujud aslimu padaku!!" gertak Kang Arya tak ada rasa takut seperti sebelumnya.Tak ada yang menyahut, hanya terdengar suara angin dalam ruangan kosong. Jendelanya memang tidak terbuka, hingga bau pengapnya mulai dirasakan oleh penciuman Kang Arya."Baiklah, aku tidak akan segan-segan membuatmu seperti terpanggang di neraka!!" lanjutnya mengancam.Di awal memang memulainya untuk misi membuat konten, tapi sekarang ia sudah mulai memahami perubahan yang ia rasakan. Ini adalah anugerah yang bisa
Bab 42: Terhasut Karena Dendam"Semoga aku tidak terlambat, hanya do'a yang bisa mengalahkan takdir buruk!" ungkap Kang Arya selama di perjalanan.Ia memantau sekelilingnya, takut ada yang mencurigakan.Kali ini Kang Arya bukan hanya ingin membuktikan fakta lain akan kejadian yang akan mengarah pada penglihatan keduanya, tentang empat teman dan sahabatnya yang ada diatas bukit.Meski itu sebuah kilasan saja dan belum tentu terjadi. Tapi melihat kenyataan ini, sepertinya pasti akan datang.Namun ada satu lagi yang kini ia pikirkan, bahwa jika Serina adalah pelaku utama dari semua masalah itu maka dia harus mengakuinya.Tapi darimana ia bisa membuat Serina mengakuinya, dan bagaimana jika semua juga terlambat atau tidak mampu melawannya?Kalau saja semua ada di dekatnya, pasti akan sangat mudah memantau pergerakan Serina.Tapi Serina memang terbukti bisa sangat halus menyimpan kejahatan itu, sampai tak ada satupun rasa curiga yang terbaca dari semua tindak-tanduknya.Terbersit di benak Ka
Bab 43: Amarah Pembawa Petaka"Khi ... khi ... khiii!"Suara parau itu membuat netra Kang Arya, suster Intan dan Wildan dengan spontan membulat. Tak mampu berpikir dengan jernih.Melihat satu kejadian yang tak masuk akal, Wildan berinisiatif untuk mulai menyalakan camera recorder dalam fitur ponselnya.Berbeda dengan suster Intan, dia masih shock. Ia terus saja berdo'a sebisanya. Tapi tetap saja ia masih ketakutan.Jantungnya berdegup kencang, bahkan setelah lepas dari kecelakaan tadi. Kini ia dihadapkan dengan masalah Serina yang kerasukan seperti itu.Kemungkinan saat ini Wildan memang sudah memiliki perasaan yang sama dengan mereka, hanya saja ia tak mau menerima kalau ia yang kalah dalam persaingan. Jadi ia masih menjaga jarak dengan Kang Arya."Sejak kapan kau ada didalam raganya?" tanya Kang Arya yang memiliki kepekaan lebih dari yang lain."Aku tidak suka dengan kalian, jangan ganggu dia. Aku tidak ingin siapapun memilikinya!" balas Serina dengan wajah dipenuhi ekspresi jahatny