"Yang mulia, gaun mana yang ingin anda pakai?" tanya Marrie.
Isandra baru selesai mandi pagi, dan hari ini ia memiliki jadwal belajar dansa dan etiket bersama Marchioness Crinossio. Karena pesta debutante pangeran Percy akan diadakan dalam waktu dua bulan, ia harus bisa menguasai semua hal mengenai bangsawan.Sepertinya Isandra harus belajar sampai mampus."Yang itu saja Marrie" ucap Isandra menunjuk gaun cantik berwarna babypink yang terkesan santai namun tetap sopan."Baiklah, waktunya berdandan" ucap Marrie antusias.Isandra hanya bisa menggeleng sembari tersenyum geli melihat tingkah Marrie. Jujur, Isandra tidak pernah berdandan ataupun didandani di kehidupan sebelumnya. Ia juga tidak terlalu memikirkan penampilan.Tapi siapa sangka ia malah terlahir kembali sebagai seorang putri? Dan ia diharuskan untuk selalu tampil cantik demi pandangan orang lain. Bukankah kekaisaran akan malu jika puteri mereka tampil biasa saja?Malam yang cerah, sinar rembulan menyinari dengan indahnya. Di sebuah kamar di dalam istana megah, nampak seorang gadis berambut coklat tengah menyisir surai keemasan milik tuannya."Marrie" panggil Isandra pada Marrie yang tengah menyisir rambutnya. Ia baru selesai mandi setelah semua aktifitas melelahkan hari ini."Ya Yang Mulia?" sahut Marrie."Apa yang kau tau tentang Marchioness Crinossio?" tanya Isandra.Marrie nampak antusias menjawabnya, "Beliau adalah Lady paling terpandang di kekaisaran ini Yang Mulia. Semua etiket dan perbuatannya terbilang sempurna, beliau juga pribadi yang baik dan dermawan""Sangat banyak kegiatan amal yang sering beliau lakukan bersama countess Rosea, kakak iparnya. Kalau dulu mereka sering melakukan itu bertiga dengan Permaisu-ah maaf yang mulia, saya tidak bermaksud untuk menyinggung anda!" seru Marrie meminta maaf seolah telah salah bicara."Tidak apa-apa Marrie, lanjutkan" ucap Isandra lembut.
"Hm menarik, dapat kurasakan mana sucimu kuat juga" ucap dewa matahari itu menyeringai licik."Baiklah, kalau begitu aku memiliki sebuah tugas untukmu" ucapnya."Tu-tugas? Hamba akan lakukan semua yang hamba bisa!" ucap Saintess yakin."Kau harus melahirkan anakku"Saintess membelalak, yang ia maksud 'mengorbankan diri' adalah menjadi tumbal atau semacamnya, bukan mengorbankan tubuhnya. "Bagaimana?" tanya sang dewa karena Saintess hanya diam saja.Wajah Saintess nampak ragu untuk menjawab, namun ia meyakinkan hatinya. Ini demi para penduduk, "Hamba bersedia!" ucapnya tegas.Begitulah, sang Saintess pun mengandung anak dari sang dewa. Mereka tidak melakukan hubungan intim, melainkan dengan cara menanam mana dewa matahari di dalam rahim Saintess. Dan selama sembilan bulan musibah kemarau masih berlangsung di benua itu. Seluruh penduduk menderita dalam kelaparan, banyak korban nyawa berjatuhan selama sembila
Suatu hari, sebuah wilayah di sana mengalami pertikaian kecil namun berujung pembunuhan. Karena orang-orang di wilayah itu berebut pembagian hak untuk satu-satunya sumur yang ada disana.Ini adalah kasus pembunuhan pertama yang pernah terjadi. Karena tidak bisa dianggap remeh, takut jika nanti ada korban lagi. Eleino dan Aquillio pun mendatangi tempat itu.Aquillio memberi saran untuk kakaknya membuatkan sumur lain dengan kekuatannya. Agar mereka tidak perlu berebut lagi untuk menggunakannya. Namun Eleino menolak, menurutnya masyarakat di sana harus bisa menggunakan sumur itu bersama. Jika dibuatkan sumur lagi, pastinya hal rebutan itu akan terjadi lagi. Dan akan ada sumur kedua ketiga dan seterusnya. Eleino juga mengingatkan adiknya bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekuatan, mereka juga harus memikirkan cara lain agar masalah dapat diselesaikan.Aquillio tidak setuju dan mengatakan, "Aku heran kenapa dewa menjadikanm
Isandra terdiam setelah membaca buku itu."Kehancuran, atau puncak kejayaan" gumamnya.Sudah terjadi, kekaisaran ini sudah hancur di tangan Flammedra sebelum Isandra bereinkarnasi ke dunia ini. Tapi waktu malah berputar kembali, apa itu artinya ramalan itu belum benar-benar terjadi?Tunggu, kalau memang begitu kenapa pernikahan orang tuanya diizinkan?"Marchioness, saya memiliki pertanyaan" ucap Isandra."Ya, silahkan""Saya yakin kaisar terdahulu mengetahui tentang ramalan itu, lantas kenapa pernikahan antara Yang Mulia kaisar dan mendiang Permaisuri diizinkan?" tanyanya."Bisa dibilang, kaisar terdahulu itu terlalu optimis. Ia percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan beliau malah wafat saat kejadian itu" ucap dengan ekspresi rumit. Isandra kembali terdiam, ia harus apa? Apa kehancuran dan puncak kejayaan yang dimaksud itu adalah dirinya? Apa Isandra bisa mengubah masa depan? Tidak, ia sudah s
Keesokkan harinya,Pagi menjelang siang, langit biru yang cerah berawan dengan matahari yang menyombongkan sinarnya. Burung-burung berkicauan seraya terbang bersama para temannya. Berbeda dengan para burung itu, gadis pirang ini nampak menyendiri di bawah pohon rindang sembari membaca novel tebal itu. Isandra tidak ada kelas hari ini karena Marcioness sedang ada urusan. Jadi ia menghabiskan waktu dengan membaca buku dalam tenang damai tanpa ganggu-Krasak krusukIsandra menoleh ke arah semak yang bergoyang itu, matanya memicing menatapnya curiga. Namun sekian detik kemudian ia membelalak saat seorang pria dengan surai keabuannya muncul dari balik semak itu seraya menjewer telinga seorang pemuda berambut merah.Isansra mengenal pria bersurai keabuan itu, ia adalah Raiya, pengawal pribadi Isandra yang baru saja ditugaskan hari ini. Sedangkan pemuda itu, Isandra belum pernah melihatnya. "Aw aw aw Sir Raiya, sakit tau! Ak
"Saya ada kelas bersama Marchioness Crinossio, jadi saya undur diri sekarang" ucap Isandra seraya beranjak pergi dari sana.Meninggalkan ketiga Lady itu sendirian, nampak Felice terkejut setengah mati saat mendengar penuturan Isandra. Apa yang akan ia katakan pada ayahnya jika beliau mendengar hal ini?Beberapa jam kemudian, Krasak krusuk"Selamat siang tuan puteri!" sapa pemuda bersurai merah terang itu pada Isandra. Sedang Isandra hanya menghela nafasnya panjang, ia pun menatap pemuda itu datar, tidak merasa terkejut sama sekali saat ia tiba-tiba muncul dari semak-semak."Apa anda tidak memiliki pekerjaan lain, tuan Jayden?" tanya Isandra masih fokus pada bukunha. Jayden beruntung hari ini sir Raiya tengah tidak enak badan jadi Isandra meliburkannya, tentu saja dengan paksaan.Hari ini juga kelasnga selesai lebih awal, jadi Isandra menghabiskan waktu dengan membaca novel seperti biasa di taman sembari menikmati teh.
Seminggu kemudian, Siang yang cerah seperti biasanya, para pekerja istana tengah sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Ada yang tengah membersihkan koridor, furniture dan semacamnya.Para pekerja itu membungkuk seraya menyapa seorang gadis pirang seraya ia berjalan melewati mereka."Selamat siang yang mulia" Begitulah bunyi para pekerja yang mendapati Isandra tengah berjalan melewati mereka. Isandra hanya tersenyum dan sesekali membalas sapaan mereka lembut, bahkan menyemangati mereka bekerja. Ia tidak tahu para pelayan ini tulus menyapanya atau tidak, tapi bagaimanapun ia harus tetap memberikan kesan baik.Isandra sedang berjalan menuju perpustakaan istana untuk mengembalikan buku-buku bacaannya. Dan mungkin ia akan meminjam lagi. Ia tidak sendirian, melainkan ditemani Raiya yang saat ini tengah membawakan setumpuk buku tebal yang Isandra pinjam. KrieettPenjaga pintu perpustakaan membukakan pintu besar beruk
Tok tok tok"Masuk" ucap pria bersurai putih yang tengah fokus dengan dokumen-dokumen menumpuk di kantornya, Galen.CeklekIa menoleh ke arah pintu yang tengah dibuka, senyum manis terbit di wajah tampannya saat melihat duplikat sang istri tengah berjalan masuk dengan nampan berisi teh di tangannya.Isandra tersenyum menatap ayahnya, "Selamat pagi ayah, Isandra bawakan teh untuk ayah" ucapnya sembari meletakkan nampan itu di atas meja kecil di samping meja kerja Galen kemudian menuangkan teh itu ke dalam cangkir.Ini memang sudah menjadi kebiasaan Isandra sejak minggu lalu. Ia merasa menjadi anak tidak berguna jika hanya diam saja di dalam istana saat ayah dan kakak-kakaknya sibuk mengurus kekaisaran.Galen tersenyum sembari menerima cangkir teh dari puterinya, "Terima kasih putriku" ucap Galen kemudian menyesap sedikit teh seduhan Isandra."Hmmm menenangkan sekali" ucap Galen seraya matanya terpejam menghayati kenikmatan teh herbal itu.Isandra tersenyum senang, "Syukurlah jika ayah