Beberapa jam sebelumnya,
"Marrie, kau cantik sekali" ucap Isandra memuji Marrie yang tampil cantik dengan gaun putihnya.Marrie seketika bersemu malu, "A-anda jauh lebih cantik Yang Mulia" ucap Marrie gugup.Isandra hanya tersenyum menanggapi ucapan Marrie, karena ia tidak sepenuhnya salah. Isandra memang sengaja berdandan untuk acara malam ini.Namun tidak berlebihan, Isandra sadar bahwa ia tidak boleh terlalu mencolok atau orang-orang akan mulai membuat gosip baru yang tidak berdasar."Apa semuanya sudah siap?"Mereka berdua menoleh saat suara baritone itu terdengar dari arah pintu, menampilkan Evan dengan setelan yang juga berwarna putih. Karena malam ini, ia akan menjadi pasangan Marrie."Waahh kakak tampan sekali, apa kakak sengaja berdandan untuk Marrie?" ucap Isandra menggoda Evan seraya menaik turunkan alisnya.Seketika Evan gugup dengan sedikit semburat merah di wajahnya, "T-tidak" cicitnya seraya melSetelah kereta itu berhenti, Isandra langsung turun dengan melompat dan berlari memasukki istana. "Mana ayahku?" tanya Isandra pada pengawal yang berpapasan dengannya."Beliau tengah berada di ruang kerjanya Yang Mulia" ucap salah satu penjaga itu.Dengan cepat Isandra berlari menuju ruang kerja Galen yang terletak di lantai tiga."Yang Mulia hati-hati" ucap Arsen yang berlari di belakang Isandra, ia setia mengikuti dengan tangannya menenteng sepatu Isandra yang tadi ia lepaskan di koridor istana.BrukIsandra mendongak menatap orang yang baru saja ia tabrak, orang itu menatap bingung wajah panik Isandra. "Isandra? Ada apa? Kenapa kau panik begini?" tanya Percy."Huff huff aku tidak punya waktu untuk menjelaskan kak, huff kita harus ke ruangan ayah sekarang" ucap Isandra kemudian melanjutkan larinya menuju ruangan Galen.Tatapan Percy beralih pada Arsen, "Apa yang terjadi?" tanyanya penuh selidik."Yan
Isandra melirik ke bawah dari balkonnya, nampak beberapa prajurit yang sedang berpatroli berjalan melewati balkon kamar Isandra. Saat sudah dirasa aman, ia menjatuhkan ikatan sprei dan selimut yang sudah ia siapkan dan melompat dari balkon lantai dua istana Lily.Syuuutttttt BrukPendaratan mulus oleh Isandra, ia kembali menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang. Ia menutup kepalanya dengan tudung jubah dan berjalan menuju kandang kuda. Tidak mungkin ia pergi dengan berlari.Setelah Isandra pergi, sepasang kaki dibalut sepatu boots turun menapak tanah drngan mulusnya karena menggunakan sihir. Pemilik kaki itu menatap kepergian Isandra dengan kening mengkerut."Dasar, merepotkan saja. Aku mengikutimu hanya karena khawatir pada mana naga itu, cih"ucapnya kesal kemudian berjalan santai menyusul Isandra dengan tangan yang dimasukkan ke kantung celananya.Nampak beberapa penjaga yang ia lewati tidak menyadari keb
Suara ghaib terdengar menggema di hutan, hingga akhirnya asap hitam itu menghilang beserta suaranya. Galen berjalan mendekati Evan yang terikat di pohon dalam keadaan tidak sadarkan diri kemudain melepas ikatan itu, "Estevan, kau bisa mendengarku? Hei! Sadarlah" ucap Galen sedikit menyerukan suaranya. "Ayah, ini-"Galen menoleh ke arah Percy menunjuk, pergelangan Evan yang memiliki tanda aneh berbentuk matahari yang tertutup, gerhana. "I-ini, kutukan"Sedang di sisi lain hutan itu,"Ini benar jalannya bukan ya?" Isandra menoleh ke kanan ke kiri seraya kudanya berjalan pelan, ia tidak tahu apakah ini adalah jalan yang benar. Ia hanya mengikuti instingnya yang kadang tidak bisa dipercaya, berharap semoga ia tidak tersesat."Hah dasar bodoh" ucap Azel yang masih mengawasi dari atas. "Hm kenapa aku merasakan dua mana yang besar?" ucap Azel mencoba menajamkan inderanya.BOOMMMSuara ledakan dari arah samp
Isandra pun sontak terperangah, "Aku? Sihir suci?" ucapnya seraya menunjuk diri sendiri dan hanya dibalas dengan anggukkan dari ayah dan kakaknya.GrepIsandra hampir terhuyung jatuh saat Evan tiba-tiba memeluknya, "Maafkan kakak yang sudah membuatmu berada dalam bahaya" ucap Evan dengan suara bergetar.Ekspresi Isandra melunak, tangannya terangkat mengelus punggung tegap Evan. "Yang penting kakak sekarang sudah baik-baik saja" ucapnya lembut."Tapi bukankah ada yang aneh?" Perhatian mereka kini terpusat pada Percy, "Maksudmu?" tanya Evan seraya perlahan melepas pelukannya."Ayah, bukankah butuh waktu lama untuk memulihkan sihir suci yang digunakan dalam jumlah besar?" tanya Percy pada Galen.Galen nampak berpikir, ucapan puteranya tidak salah. Bahkan isterinya dulu tidak sadarkan diri hingga satu minggu setelah tanpa sadar menggunakan sihir suci. Tapi Isandra sadar hanya dalam satu malam?"Percy benar, tapi ap
Ruang besar dengan berbagai perabotan mewah di dalamnya, rak buku, bola dunia, lukisan, sofa bahkan armor dan perlengkapan senjata. Seorang pria bersurai putih nampak tengah fokusdengan sebuah buku tebal di atas mejanya. "Hah lama sekali mencari, tapi tidak ada yang cocok" ucapnya seraya melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya.Ia bersandar di meja kerja kaisar itu, pandangannya menatap ke arah langit-langit ruangan seraya menghela nafasnya panjang. "Kira-kira jika kau masih disini, yang mana yang akan kau pilih?" gumamnya.Pandangannya beralih ke sebuah pedang yang terletak dalam kotak kaca di samping lemari buku. Di antaranya semua barang disini, hanya pedang itu yang bukan miliknya. Ya, itu adalah milik mendiang istri Galen, Lucy.Tujuh belas tahun yang lalu,Dap dap dapSeorang pria dengan tubuh tegapnya berjalan menelurusi koridor istana di gelap malam, ia baru saja selesai menidurkan kedua putrany
Sang empunya nama menoleh dengan cepat saat mendengar suara lembut itu, nampak Lucy berjalan pelan mendekatinha dengan Fenine yang memegangi tangannya.Dengan cepat Galen menghampirinya, "Lucy kenapa kau kemari? seharusnya kau di kasur saja" ucapnya khawatir.Pletak"Aduh" Galen mengaduh saat tangan lentik Lucy melayangkan jitakan maut di kepala putihnya."Kau ini bukannya senang, aku hanya ingin mengantarmu pergi. Dan sebaiknya kau kembali dalam keadaan utuh" ucapnya terdengar seperti ancaman. Namun itu hanya bentuk kekhawatirannya pada Galen.Galen pun tersenyum hangat, "Pasti" ucapnya seraya mengecup pelan bibir Lucy. "Aku akan segera kembali, dan melihat putri kita" lanjutnya kemudian berlutut mencium perut istrinya.Dan mereka pun berangkat ke wilayah perbatasan, memulai peperangan dengan kerajaan tetangga. Hinga satu bulan lebih kami berperang. Di hari terakhir setelah kami memenangkan peperangan itu. Kami menyand
"Hm masih belum ada nama yang- eh? Kenapa ada coretan disini?" ucapnya bingung kala melihat coretan aneh di buku kumpulan nama itu.Coretan itu berbentuk matahari kecil, dan menggunakan tinta emas. Ia ingat bahwa dulu istrinya suka sekali mencoret isi buku jika mendapati sesuatu yang menarik. Tapi Galen tidak ingat kalau Lucy pernah membaca buku kumpulan nama.Galen tersenyum manis, "Baiklah, kalau begitu aku pilih yang ini saja" Tok tok tokGalen yang baru saja selesai memilih nam untuk Isandra dan mulai fokus pada dokumen negara pun mendongak saat pintu rung kerjanya diketuk, "Masuk" ucapnya.CeklekPintu itu terbuka, senyum indah di wajah Galen pun merekah seraya gadis pirang keemasan kesayangannya memasukki rangan, Isandra."Selamat pagi ayah" sapa Isandra seraya berjalan masuk dengan kereta dorong berisikan teh dan camilan untuk ayahnya."Selamat pagi putriku" sahut Galen.CupGalen hanya
Para pekerja Baron pun mulai menunjukkan model-model gaun yang mereka bawa dan beberapa katalog yang ditunjukkan untuk Isandra.Kemudian mereka mulai memilih warna, bahan, sepatu dan aksesoris lainnya yang akan dipakai oleh Isandra di hari H nanti.Isandra juga meminta Marrie dan Felice untuk memilih salah satu gaun. Bahkan Sir Raiya pun ia minta untuk memilih, dan Isandra sangat memaksa. Kalau sudah begini, siapa yang bisa menolak?Hingga tak terasa waktu berjalan, hari pun sudah menjrlang sore. "Semuanya akan segera diproses dan akan dikirim ke istana tiga hari lagi Yang Mulia" ucap Baron."Baiklah, saya sangat menantikannya" ucap Isandra."Hahaha tentu saja, saya akan membuat semua pandangan hanya tertuju pada anda. Kalau begitu kami pamit undur diri" ucap Baron seraya membungkuk bersama para pekerjanya yang sudah selesai membereskan barang-barang mereka.Isandra tersenyum manis, "Baiklah, terima kasih banyak dan hat