Malam itu kelompok Ruiness bersama-sama pergi ke guild hunter, untuk menyelesaikan formalitas dan menerima imbalan dari perkerjaan tersebut.
Guild Hunter memprosesnya dengan cepat, mereka menyerahkan imbalan tanpa waktu yang lama, dan hadiah itu sesuai dengan yang ditawarkan.
"Scar, ini dia... Sesuai dengan perjanjian kita, dengan begini semuanya sudah beres."
Elion menyerahkan seluruh imbalan itu kepada Scarra. Meski jumlahnya tidak seberapa, Scarra tetap menerimanya sebagaimana semua orang melakukannya.
"Itu sangat keren. Berkeja sama denganmu sangat menakjubkan. Seharusnya kamu memiliki kelompokmu sendiri, dengan kekuatanmu aku yakin, kamu akan mendapatkan orang-orang kuat di kelompokmu dan menjadi terkenal."
Menghadapi Saran dari Balbou, Scarra mengangguk tersenyum. Itu memang rencana yang sempat terlintas di benaknya. Mendengar sarannya membuat Scarra memunculkan kembali hasratnya.
"Kalau begitu, sampai jumpa lagi. Maaf sudah meny
I'm Back! Dukung terus author dengan like and votenya ya teman-teman. Jangan lupa juga untuk tinggalkan komentar agar author lebih semangat untuk up epsode slnjutnya. Thanks.
Scarra bangun lebih awal dari biasanya dan pergi menuju ke ruang kerja sendirian. Yuki dan Mumu masih di tempat tidur, tetapi mereka mungkin akan terbangun setengah jam lagi. Dengan asumsi mereka akan sarapan bersama. Duduk di tempat yang akan menjadi ruangan pribadinya, Scarra merenung. Perkataanya semalam membuatnya berfikir. Semua orang yang dia temui sejauh ini, apa mereka seorang NPC? Tapi jawaban yang paling meyakinkan sepertinya memang seorang NPC. Itu bisa dilihat dari cara mereka membawa barang-barang dan perlengkapan mereka. Saat di Desa Nara contohnya, mereka mengangkut semua Cray Stone yang mereka dapatkan dengan gerobak kuda yang mereka sewa. Mereka sama sekali tidak menyimpanya di dalam ruang inventori, fitur yang paling umum yang tidak mungkin tidak diketahui oleh setiap player. Dan apa yang terjadi dengan dunia ini, dia tidak tahu. Karena magic dan jenis skill dari Crown Island bisa digunakan disini, membuatnya bisa dia
[Storage Hall Service] Ruang penyimpanan nomor #100 milik Scarra telah dipenuhi dengan banyak item yang berbeda, hingga bahkan hampir kehabisan tempat. Selain terdapat meja dengan tujuh kursi yang melingkar, ada pula jubah, armor, senjata dari tongkat hingga pedang terlihat memenuhi ruangan itu. Mereka bisa menemukan berbagai equipment dan item di sini. Dengan membunuh monster-monster di Crown Island, kristal data akan dijatuhkan. Kristal-kristal ini bisa ditempelkan ke item setelah itu dan bermacam-macam item original bisa dibuat dengan cara ini. Jika ada item hebat dijual, banyak orang tidak bisa menahan diri untuk membelinya. Sebagai hasilnya, begitulah keadaan ruangan ini jadinya. Siapapun yang melihat ruangan ini pasti akan terkejut, begitu pula dengan Yuki dan Mumu yang seketika histeris saat memasuki ruangan ini. Mumu bahkan hampir pingsan dibuatnya. "Gila! Darimana kamu mendapatkan semua ini?!" Mumu tercengang. "Kenapa?
Salam para reader, ada 4 karakter yang belum author beri nama untuk di tampilkan di episode selanjutnya. Author ingin meminta saran dan idenya dari para reader sekalian, untuk dijadikan nama karaker di dalam cerita. Jika punya saran untuk nama yang bagus, bisa kalian cantumkan atau post di komen halaman depan novel yah~ Oh ya, maaf jika up episodenya selalu delay yah. Kebetulan ada kesibukan yang menghambat Author dalam penulisan, bisa disebut musibah sih, tapi do'a kan saja yah semoga semuanya dapat kembali baik-baik saja. Amiin. Jangan lupa tinggalkan komen dan rating yang positif yah, agar Author semakin dan terus bersemangat dalam menulis novel ini.
Dengan didampingin 4 Hunter di belakangnya, Scarra tiba di serikat Guild Hunter. Di sudut pandangannya, Scarra bisa melihat Rigen, Tsuhira dan Maggie berkumpul di salah satu sudut ruangan. Equipment yang mereka kenakan terlihat biasa saja, sama dengan yang mereka kenakan ketika di ujian hunter. Namun yang paling menarik perhatian adalah terlihatnya 4 hunter yang mendapingi mereka dari belakang. Mungkinkah mereka para utusan seperti Lee Sun dan mendapatkan pesan dari Kousei sama seperti dirinya? Itulah yang timbul di benak Scarra ketika dia melihatnya. Scarra mencoba sebaik mungkin untuk tidak berasumsi liar, jadi dia pelan-pelan mendekat dan mengarahkan tatapannya kepada mereka yang sedang berdiskusi. Sampai kemudian, Maggie mulai menyadari kehadirannya. "Scarr, apa yang kamu lakukan di sini? Apa jangan-jangan... Kamu mendapatkan pesannya juga?" Pertanyaannya mengacu kepada kehadirannya di sini. "Apa pesan maksudmu adalah untuk menemui Kousei?
Atmosfir ruangan berubah menjadi mencekam. Dengan raut wajah yang serius, para petinggi tidak melepaskan pandangannya di antara Scarra dan Kousei. Perlahan, tangan Kai menggapai senjatanya. Begitupun dengan yang lainnya. Mereka merasakan sebuah ancaman, dan pikirannya jatuh kepada dua pertanyaan, diserang atau menyerang. Akan tetapi, besarnya pengalaman telah membuat mereka lebih tenang. Dalam situasi ini mereka paham, kesalahan sekecil apapun akan dapat menimbulkan mala petaka. Mereka tidak boleh gegabah, segala kemungkinan harus mampu diperhitungkan dengan cukup cermat, jika tidak, serahkanlah kepada yang lebih mampu. Dalam kasus ini adalah Kousei, dan itulah yang sedang mereka lakukan. Dalam situasi yang begitu tegang, sebuah pertanyaan muncul. Dengan suara yang datar dan tak bernada, Scarra berbicara, "Apa kalian player?" Semuanya terdiam dan saling melirik, mereka tidak memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Melihat dari respon
"Jaga diri kalian, kabari aku jika sudah kembali!" "Baiklah," Rigen memindahkan pandangannya ke sisi yang lain. "Scarra, Maggie, Kita berpisah di sini." "Kembalilah dengan selamat", adalah kata yang tepat yang Maggie ucapkan untuk menggambarkan kengerian hutan terlarang, sekaligus kalimat yang tepat untuk menutup perpisahan singkat ini. "Kalau begitu, kami pergi!" Dua kereta kuda berpisah dan berkendara menjauhi dinding kota. Desa Sehan dan Desa Ashura memiliki rute yang berbeda dan itu membuat mereka harus berpisah lebih cepat. Dalam perjalanan ini, masing-masing kelompok telah difasilitasi dengan satu kereta militer. Dua kuda yang kuat sudah lebih dari cukup untuk menarik kereta besar berkapasitas empat penumpang ini. Dalam perjalanannya, area sekeliling cukup terang, disinari oleh matahari yang terang dan besar yang menggantung di langit... Meskipun begitu, ini tidak seperti biasanya. Dikatakan bahw
Melihat semak-semak yang bergoyang meski tanpa tiupan angin membuat Renka menyadari sesuatu. Dia yang berada di sisi kanan lantas berpindah tempat menghampiri Lee Sun, Renka mengutarakan firasat buruknya. "Ada yang tidak beres." "Aku sudah tahu." Lee Sun dan yang lainnya ternyata sudah menyadarinya lebih awal, kenyataan bahwa mereka tengah diikuti. Pergerakannya yang menjadi lebih aktif membuat mereka merasakan ancaman, dan memaksa mereka untuk mengambil tindakan. Lee Sun menghentikan laju keretanya, sambil kemudian melirik ke arah Gion. Lee Sun menunjuk dengan dagunya, memberi tanda kepada Gion untuk bersiap. Gion lantas melompat dari kereta dan berjalan perlahan ke arah depan. Dia adalah seorang Guardian, tentu dia harus menjadi garda terdepan dalam menghadapi sebuah ancaman. Tangan kirinya meraih perisai di punggungnya, dan tangan kanannya yang memegang tombak dia hentakan ke tanah, itu adalah postur yang menandakan siap untuk berte
Bandit-bandit yang panik cepat-cepat mengangkat senjata mereka untuk bertahan."Tinggalkan pria itu untukku!"Pria yang dimaksud Mumu adalah Horus."Baiklah, aku maju!"Melihat Yuki yang mulai bergerak, Horus langsung bertindak. "Bunuh dia!".Sebuah serangan magic dilesatkan. Thunderbolt dengan tegangan tinggi menyambar Yuki.Meski tanah di sekitarnya hangus, Yuki masih tegap berdiri. Serangan itu tidak cukup kuat dan mampu diserap dengan mudah oleh equipment anti magic miliknya."Diserap...?!""Anti magic! Itu pasti armor kelas tinggi!"Setengah dari para bandit berhenti bergerak, dengan ekspresi yang menyatakan bahwa mereka telah salah memilih mangsa."Jangan gentar! Serang dengan formasi seperti biasa!" Teriak Horus."Apa kau buta?! Serangan kuat tadi saja tidak mampu membuat matanya berkedip, bagaimana kita bisa menyerangnya?""Gunakan serangan fisik! Jumlah kita lebih banyak, harusnya kita