Sebagai motivator muda ternama, sudah terbiasa Bryan mengunjungi satu kota ke kota lain. Bila biasanya dia sendiri, kali ini Bryan ingin memboyong seluruh keluarga sekalian liburan.
"Nanti kalian jalan-jalan aja. Banyak tempat menarik di sana," ujar Bryan, dia ingin menebus masa-masa yang terlewati selama ini. Di depan Kayla, ia menutupi perasaan bersalah telah memperlakukan sang istri dengan tidak patut. Sebagai gantinya, ia akan memanjakan Kayla dan anak-anak, mulai hari ini.
"Ohya?" cetus Kayla seraya tersenyum. Ia terharu, perlahan Bryan kembali menjadi sosok yang dikenalnya dulu.
"Bersenang-senanglah. Udah lama kita gak jalan sekeluarga." Bryan tersenyum seraya tangannya mengelus kepala Kayla. Tak henti ia bersyukur atas keadaan ini
Pernah Kayla mengadu, tapi Bryan tak percaya dan bahkan menenangkan Kayla dengan dalih bahwa mamanya makin hari makin tua. Jadi harap maklum kalau tingkahnya macam-macam. Enggak usah diambil hati. Kayla pun tak bisa berbuat banyak, sulit meyakinkan Bryan yang jarang di rumah.Di masa tua Leny, Bryan memang berharap bisa berdamai dengan masa lalu dan merawat sang mama. Ia tak pernah berkesempatan merawat papa yang berpulang lebih dulu. Bryan ingin menebusnya dengan merawat Leny. Haruskah Kayla menghalangi niat mulia seorang anak terhadap orangtuanya? Kayla tak pernah sanggup."Kau yakin, Mas? Terakhir mama baik-baik saja." Kayla ingat sebelum berangkat, ia datang ke rumah Leny, memastikan kondisi mama dalam keadaan sehat. Begitupun obat tersedia lengkap.
Rumor tentang keretakan rumah tangga Bryan beberapa waktu lalu, sesungguhnya telah beredar di kalangan staff, namun melihat hubungan Kayla dan Bryan terlihat membaik, tak ada yang ingin membahasnya lagi.Semua rumah tangga punya masalah, siapapun orangnya.*"Bagaimana acara di sana, Dhika. Lancar?" Kayla mengirimkan pesan pada Andhika, setelah sehari tak ada kabar dari Bryan. Lagi-lagi sesuatu yang sulit dijelaskan mengusik hati Kayla.Tak biasanya Bryan seperti itu. Ia tipe lelaki yang mengabarkan semua detail kegiatan ke istrinya. Bahkan Bryan bisa menelepon Kayla sepuluh kali sehari, bila sedang tak bersama seperti saat ini.
"Ah, mungkin hanya kebetulan. Aku aja yang baperan," ujarnya menenangkan diri.Rasa cinta dan kepercayaan terhadap Bryan, menutup mata hati Kayla untuk melihat tanda-tanda. Melihat video itu, Kayla masih berpikir postif, Bryan tak akan bermain hati.Tidak mungkin! Terlalu banyak yang dipertaruhkan. Nama besar, nama baik, popularitas dan anak istri.Tapi, benarkah demikian? Sebenarnya Kayla sedikit ragu. Banyak pria tak tahan godaan, sialnya, banyak wanita yang sengaja menggoda pria menikah untuk mengeruk kesenangan darinya.Lagi-lagi pikiran Kayla mengarah pada wanita itu? Siapa dia?Aku akan menghubungi Andhika dan m
Hari ke dua terlewati, tak juga ada kabar dari Bryan. Satu-satunya harapan hanya Andhika, tapi anehnya, ponsel lelaki itu tak juga aktif. Bryan pun tak kunjung menghubungi Kayla. Wanita itu semakin geram dengan kelakuan suaminya.Akhirnya, Kayla menoba mengirim pesan dan panggilan telepon namun keduanya tak tersambung. Hatinya semakin panas. Bila tak ada tanda-tanda Bryan mendua, mungkin ia akan khawatir dan menyusul ke Malang, mungkin sesuatu yang buruk terjadi di sana.Tapi firasatnya mengatakan agar dirinya bertahan.Ia mencoba mengingat betapa banyak waktu dilalui, dengan mengalah dan mengalah. Termasuk memusnahkan impiannya menjadi wanita ka
"Hey!"Mayleen duduk di kursi restoran paling pojok. Dia berteriak ketika melihat Kayla datang dan menghambur memeluknya."Lucu kamu, May. Seperti udah berapa lama nggak ketemu.""Aku tu selalu suka kalau ketemu kamu. Gimana, sih. Eh, jadi belum ada telepon juga dari Bryan? Ya Allah, gila tu laki. Istri semlohay seperti ini disia-siain. Gimana aku, bulukan gini. Satu persen aja nggak ada se-Kayla yang cetar membahana. Aku ....""Udah! Udah! Nyerocos aja, lu. Aku nggak duduk nih?" Mayleen menyeret Kayla duduk di kursi kosong di depannya."Oke, trus apa yang akan kau lakukan?" tanya Mayleen setelah Kayla bicara panjang lebar soal B
Apakah ia berdosa menyimpan rasa itu? Kayla tak ingin memikirkannya. Bukankah semua orang berhak dicintai dan mencintai walau tak bisa saling memiliki.Dipandanginya wajah Bryan yang tertidur damai. Samar cahaya lampu tidur memantul mengenai pipinya. Kayla menahan diri untuk tak mengelusnya. Bukan hanya karena firasat sang suami bermain hati namun Kayla tak ingin Bryan terbangun dan menyadari sang istri belum tidur selarut ini.Teringat jerit bahagia anak-anak ketika bertemu papanya, membuat dada Kayla kembali hangat. Kebahagiaan anak-anak suatu hari akan mengubur semua rasa cinta akan Kenan. Pun rasa cemburu pada Bryan.Namun dibalik semua itu terselip pemikiran yang berbeda. Seandainya usahanya memperbaiki rumah tangga tak berhasil? Seandainya ternyata anak yang dikandung Lorina bukan darah daging Kenan dan mereka terpisah? Seandainya benar Bryan memiliki wani
Setelah memastikan Bryan cukup jauh, Kayla segera memacu mobil dengan cepat menuju apartemen Kenan, lelaki itu ada di sana. Entah apa yang terjadi, pesan yang dikirimkannya seperti diketik sembarangan.Kayla tak akan memaafkan diri sendiri apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Kenan.Penjaga gedung telah mengenal Kayla sebelumnya, ia mempersilakan Kayla naik melalui lift dengan kartu akses miliknya setelah Kenan tak juga mengangkat panggilan telepon Kayla.Aroma tidak sedap menerpa hidung Kayla ketika pintu apartemen dibuka. Pintu itu tidak tertutup rapat ketika Kayla datang, mungkin Kenan lupa atau memang sengaja. Setelah berapa kali ketukan tak terjawab, Kayla memutuskan masuk tanpa menunggu tuan rumah menyapa. Apa yang dilihat Ka
Gerakan ringan Kenan menyadarkan Kayla dari lamunan. Ia yang sedari tadi duduk di tepi ranjang, menatap lelaki itu. Betapa damai wajahnya. Tubuhnya tertutup selimut hingga dada. Kayla tak memakaikan baju karena takut membangunkan Kenan hingga memutuskan untuk menutupi dengan selimut tebal.Sesekali mata Kayla menatap layar ponsel di tangannya namun belum terlihat pesan baru dari Mayleen. Semoga memang tidak ada apa-apa, batin Kayla.Tiba-tiba tangan Kenan terangkat, menangkap tangan Kayla dan menariknya. Kayla yang tak menduga hal tersebut menjadi hilang keseimbangan hingga tubuhnya tertelungkup di atas dada Kenan.Wajah keduanya berhadapan sangat dekat. Kayla menahan napas yang tiba-tiba sesak. Selimut telah tersingkap