"Harusnya aku yang melihat wajah cantik dan senyummu setiap hari, Na." Rex mengelus wajah Xeena sesaat.
Suatu pergerakan kecil karena elusan tangannya membuat Rex menahan napas meski hanya sesaat. Namun saat mata Xeena tetap terpejam, Rex bernapas lega.
"Na, kita sudah sampai. Hei, kau bisa mendengarku?"
Hening, Xeena tetap terlelap dengan pulasnya. Rex tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Keluar dari mobil dan berputar meng
"Benar, aku hanya perlu mengunjungi paman Alex untuk mengunjungimu, Xeena. Mungkin aku akan kembali ke Itali untuk beberapa saat, tapi aku akan tetap menemuimu di Paris, Xeena. Jadi bisakah kau menungguku?"Rex tersenyum penuh arti lalu mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya. Sebuah kalung yang bertuliskan nama Xeena dengan taburan batu manik yang indah. Rex tersenyum saat mengingat pertama kali ia bertemu dengan Xeena. Lalu pada kalung Xeena yang jatuh dan ia simpan hingga kini."Aku sangat bersyukur saat aku bertemu denganmu saat itu. Kau gadis yang tak peduli pada siapapun meski baru kutahu bahwa kau adalah calon istriku dulu." Rex tersenyum manis laku memegang dadanya."Aozora Xeena Gilhive adalah calon istri dari Rex Benedict Acacio. Tapi kenapa sekarang namamu berganti menjadi N
Raiden turun dari kamar Xeena dan melangkahkan kaki menuju meja makan. Michael Gilhive dan Fiona Eilie sudah menunggunya dengan tersenyum. Raiden menundukkan badannya sedikit dan ikut duduk bersama mereka. Karena tak terbiasa dengan semuanya, Raiden terlihat kaku karena tak mengenal keluarga Xeena dengan baik.Tak lama Xeena ikut turun dari kamarnya. Lalu duduk di samping Raiden. Tatapan lembut dari Fiona membuat Xeena diam membeku. Bagaimana tidak? Xeena tahu pernikahan Ayahnya sudah lumayan lama. Tapi nyatanya, foto pernikahan Ayahnya dan istri barunya sama sekali tak terpampang di ruang utama atau pun keluarga. Ya, hanya foto pernihakan Ayah dan ibunya lah yang tetap terpasang rapi."Kami tak akan merubah hal-hal yang kau sukai dengan yang kau be
Alysia tertawa dengan jawaban Raiden yang ambigu. "Raiden, tak ada persahabatan yang tulus tanpa cinta antara pria dan wanita. Lebih baik kau cepat menyadarinya sebelum semua terlambat, Mr. Calisto!"Raiden menatap tak suka dengan perkataan Alysia. "Tidak. Aku tak mencintainya, Alysia! Aku-"Alysia tertawa. "Aku tak mengatakan kau mencintai Xeena, Raiden. Lagi pula, dia adalah istrimu. Bukankah sudah seharusnya kau mencintainya?"Raiden tetap bersikukuh pada pendapatnya. "Tidak Alysia. Tak ada cinta lagi dalam hidupku. Aku tak mungkin mencintai gadis seperti dia. Gadis lurus tanpa body dan keras kepala bagai batu!" lanjut Raiden dalam hati."Benarkah? Benarkah, kau tak mencintainya?" tanya Alysia menggoda.
Xeena terdiam mendengar semua penjelasan Ayahnya. Pria di sampingnya, Raiden. Tiba-tiba Mengengam erat tangannya. Menyelipkan jari-jarinya pada ruang kosong tangannya. Xeena menoleh sesaat untuk memastikan bahwa Raiden juga tengah menatapnya. Namun ternyata Raiden memandang jauh keluar meski tangannya menggengam erat tangan Xeena.Lain lagi dengan Rex, pria ini tersenyum manis dan menatap teduh Xeena. Senyum yang terukir dari sebuah penyesalan atas pilihannya melanjutkan study saat itu. Siapa yang akan menyangka, kedatangannya ke London dan pertemuannya dengan Xeena pertama kali sudah membuat hatinya tertarik. Pertemuannya di dalam lift hotel mewah membawa Rex pada sebuah kenyataan yang tak pernah ia bayangkan. Seorang wanita yang begitu menarik di matanya ternyata adalah wanita yang akan menjadi calon istrinya dalam perjodohan berapa tahun yang lalu.
Benarkah rasa itu ada?Aku merasa kau terlalu jauhUntuk kusentuh. Save Me Mr. Cool=Aozora Xeena Gilhive ================================="Selamat malam, Daddy." jawab Xeena dan Raiden bersamaan. Mereka kembali bernapas lega saat Michael sudah menghilang di balik pintu. Mereka berdua saling bertatapan tajam. Sepertinya mereka harus tidur satu kamar malam ini.***
Raiden menatap tubuh Xeena yang tengah tertidur pulas. Senyum lembut tersungging di bibir Raiden. Namun perlahan senyum itu berubah datar dengan tatapan dingin."Bukankah hidupmu sudah cukup sulit? Kau melaluinya dengan baik hingga aku tak ingin menghancurkannya. Namun jika kau sulit untuk kukendalikan, maka aku harus menghancurkan jalanmu yang lain agar kau tahu jalanmu hanya diriku. Hanya aku!"Raiden merebahkan tubuhnya di samping tubuh Xeena. Memejamkan matanya perlahan hingga pagi menjemput dengan pelukan Xeena yang erat di tubuhnya. Tidak, Raiden bahkan membuka matanya lebih cepat dari waktu bangunnya karena napasnya yang terasa sesak. Raiden membuka mata dengan melihat kaki Xeena yang telah melingkar di kakinya. Tangan Xeena memeluk tubuhnya erat dengan gumaman pelan dan air liur yang terasa lengket.
Raiden melangkah dengan tatapan tajam pada sekitarnya. Tangannya mulai menghidupkan gps handphone secara cepat. Raiden kian terlihat dingin diantara langkah lebarnya untuk menemukan Xeena. Menatap posisi layar handphone sesaat untuk memastikan keberadaan Xeena."Sial, kenapa mereka secepat itu!" gumam Raiden dengan tekanan penuh emosi.Raiden menghubungi salah satu anak buahnya dan membalikkan badannya sesaat. Menatap lebarnya bandara Paris lalu tersenyum tipis."Dengar, tutup semua penerbangan dari Paris ke London hari ini. Aku tak peduli dengan semua kesulitan karena aku harus menemukan istriku!" perintah Raiden langsung saat teleponnya terhubung.Raiden menutup teleponnya dan kembali melangkah. "Kita lihat, sejauh apa kau mampu mem
L.A at 19 : 05 pm."Agera, lepas!"Xeena berusaha menarik tangannya sebelum akhirnya diam saat melihat beberapa wartawan mulai menghampirinya. Raiden mengenggam erat tangan Xeena untuk selalu berada di sampingnya."Kau ingat perjanjian kita? Kita hanya perlu membuat rumah tangga bahagia yang penuh cinta di depan media."Xeena menatap Raiden jengah. "Kau menyebalkan!""Kau pikir kenapa mereka datang pada kita?"Xeena menoleh, menatap Raiden lama."Itu karena ulahmu! Yang dengan mudahnya bermesraan dengan pria lain di depan umum!"