Elsie mendatangi kediaman Eizel yang masih sama dengan rumahnya dua tahun yang lalu, di saat hubungan mereka masih baik.
Dengan kemarahan ia menekan belnya, hingga akhirnya pintu rumah pria itu terbuka.
Dalam kekesalannya, Elsie langsung mencengkram kerah pakaian itu sesaat setelah melihatnya dan menyudutkannya ke tembok.
"Kau, pasti kau kan yang melakukannya? Bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak mengambil hartaku?"
Pria itu tersenyum dengan sangat misterius. "Aku tidak akan menargetkan hartamu, tapi aku menginginkanmu."
"Apa? Apa yang kaukatakan tadi?"
Eizel menghembuskan napasnya dan ia berbicara dengan nada yang sangat berbeda dengan yang sebelumnya. "Jika memang aku yang melakukannya, aku tidak akan menargetkan hartamu, tapi aku pasti melakukannya untuk mendapatkanmu."
Lalu dengan sangat santai pria itu membuka tangannya dan menjelaskan ketidakbersalahannya dengan sangat percaya diri. "Namun membocorkan hubun
Seperti rapat pada biasanya, Anna menyiapkan semua perlengkapan yang ada bersama beberapa pekerja magang yang ditunjuk untuk membantunya. Dari materi yang akan di sampaikan, hingga kopi yang disediakan di atas meja para direktur yang datang, ia yang bertanggung jawab.Lantaran ia sudah melakukan ini selama beberapa tahun, ia bisa mengerjakannya dengan sangat baik dan ia tidak lagi kewalahan seperti ketika pertama kali ia menjadi sekretaris direktur.Ia melihat jam tangannya, lalu mendapati bahwa sebentar lagi rapat akan dimulai. Namun di mana Direkturnya sekarang? Apakah ia sudah kembali dari rumah Eizel.Merasa perlu untuk mengingatkan Direktur Elsie, Anna pun mencoba menghubunginya.Baru nada dering pertama, Direkturnya sudah menjawab teleponnya sambil bertanya, ["Ada apa?"]"AKu hanya ingin mengingatkan kalau sebentar lagi rapatnya akan segera dimulai."["Ya, tenang saja. Aku sedang perjalanan menuju ke sana."] Tak hanya tugas
Dari televisi ruang kantornya, pemberitaan mengenai Elsie tidak juga berhenti. Mengapa mereka terus membicarakannya, ketika wanita itu bahkan bukan seorang artis? Apakah mereka tidak memiliki materi lain, sehingga mereka terus-menerus mengulang pembahasan yang sama bahkan tanpa sedikitpun perkembangan informasi.Benarkah mereka wartawan? Kenapa mereka lebih terlihat seperti beo yang terus mengulang-ulang pembicaraan."Wah, mereka merasa sudah menangkap ikan yang besar, sehingga mereka terus-menerus membanggakan hasil tangkapannya." komentar Nia sambil melihat televisi dengan perasaan sebal."Sudah, biarkan saja." jawab Alvan dari belakangnya yang membuatnya terkesiap lantaran terkejut dengan kehadirannya."Kenapa kau datang kemari?" tanyanya ketika melihat asistennya yang seharusnya bersembunyi dari publik yang terus menghakiminya, kini pria itu justru muncul di depan publik dengan sangat santai."Apa aku tidak boleh kemari?" Alva
Ini adalah kejadian yang sulit untuk Bella. Di satu sisi ia tahu kalau kakaknya sedang melewati masa sulit pasca pemberitaan itu, tapi di satu sisi ia juga merasa khawatir pada ibunya yang terlihat lebih menderita dibandik kakaknya.Bukan sebuah rahasia jika seorang ibu sangat mencintai anaknya. Begitu pula dengan kakaknya. Bukan hanya itu saja, kasih sayang ibunya pada kakak sulungnya itu tampak lebih berbeda dengan kasih sayang yang ia terima.Ia tahu kalau ibu menyayangi semua anaknya, tapi di hati seorang ibu ada anak yang seperti emasnya. Anak yang akan ia cintai dengan lebih, walaupun itu hanya bernilai satu persen lebih banyak. Begitu pula dengan Kak Alvan. Tanpa sedikitpun merasa iri pada cinta yang dia terima, Bella mengakui bahwa ibunya lebih menyayangi kakaknya.Bahkan jika semua kasih sayang itu dikalkulasi dan dihitung dengan angka, mungkin cinta ibunya pada Kak Alvan lebih banyak sepuluh hingga dua puluh persen. Itu semua karena kakaknya sang
Pagi itu, dengan sangat antusias, Eizel memilih pakaian khusus untuk acara hari ini. Hari ini sesuatu yang besar akan terjadi dan ia akan menjadi saksi mata peristiwa luar biasa tersebut. Sambil bersiul gembira ia mempersiapkan dirinya dan berangkat ke kantor perusahaan dengan mobil yang mencolok.Hingga sesampai di sana, dengan dituntun oleh Direktur Johan secara langsung, ia masuk ke sebuah ruang rapat yang besar. Di ruangan itu, ada sangat banyak orang dan sebagian besar orang tersebut ia sudah melihatnya di rumah makan terakhir kali."Semuanya sudah datang?" gumamnya bangga.Lalu dengan sangat hormat, ia dibawa ke kursi yang ada di ujung meja panjang itu dan duduk dengan santai sementara semua sudah diurus dan direncanakan dengan baik.Lalu lima menit kemudian, muncullah tulisan besar di layar yang ada di ruangan tersebut dan di sana dituliskan judul atau tema pembahasan rapat tersebut.Tertulis, 'Rapat penurunan jabatan Direktur Elsie'.
Entah bagaimana kabar pengunduran dirinya bisa menyebar. Siang itu, setelah selasai bekerja sebagai asisten dosen, Alvan mendatanginya. Luar biasanya, dia tidak datang dengan tangan hampa, melainkan dengan banyak makanan ringan, minuman soda, hingga playstation guna untuk menghiburnya.Elsie yang sedari tadi marasa suntuk karena tidak melakukan apapun, kini dibuat semangat dengan kehadiran Alvan. Sambil meletakkan semua makanan ringan itu seadanya, ia langsung membaca panduan playstation yang saat ini sedang dipasang Alvan ke televisinya."Kau pasti memiliki banyak uang, hingga kau membawakan begitu banyak barang.""Tidak." Alvan mencoba setiap stiknya. "Aku membeli ini dengan kartu kredit yang kau berikan."Mendengar ternyata uangnya-lah yang digunakan pria itu, kini dengan menyipitkan mata, Elsie mengatai pria itu, "Dasar pelit. Kau tidak pernah membelikanku dengan uangmu tapi di setiap urusanku kau selalu membelinya dengan kartu kredi
Direktur Johan tidak bisa menutup mulutnya yang terbuka lebar-lebar lantaran perkembangan kasus dari seorang oknum terkenal di pemerintahan yang terjerat kasus korupsi.Awalnya itu hanya menjadi kasus biasa layaknya penangkapa seorang yang melakukan kejahatan korupsi. Namun setelah dikorek lebih dalam, ternyata semasa menjabat di pemerintahan daerah, dia menerima suap dari beberapa perusahaan besar, yang salah satunya adalah perusahaan yang dia pimpin. Lantaran perusahaannya itu sangat besar, sorot masyarakat terhadap grup perusahaan itu menjadi besar. Lalu dari berita mengenai seorang oknum, kini menjadi tentang sebuah perusahaan.Hingga perusahaannya menjadi goyah. Belum juga perusahaannya bangkit dari keterpurukan terakhir kali, kini nilai saham menurun lagi. Hingga mengalahkan rekor tempo lalu.Belum lagi mengenai sentimen publik yang menuntut diadakannya pemeriksaan dalam perusahaan dan juga menurunnya penjualan di setiap rumah makan karena masy
Selagi bersiul sepanjang pagi, Eizel merayakan kemenangannya yang terjadi dengan telak kemarin. Dalam rapat yang terjadi kemarin, semua tuntutannya di terima. Direktur Johan dengan sangat tidak terhormat, dia dicopot dari jabatan Direktur Utama yang baru saja berjalan selama sepekan. Lalu sebagai orang yang bertanggung jawab dalam kasus penyuapan, perusahaan akan membuatkan pers tersendiri untuk memberi ruang dan tempat bagi pria itu untuk meminta maaf.Kini jabatan direktur utama kembali kosong dan akan segera diisi lagi.Eizel bukan orang yang mudah memperlihatkan kebagiaannya.Namun jika saat ini ia melakukan hal yang tidak biasa, maka itu artinya suasana hatinya sedang sangat baik. Seperti hari ini.Lantaran merasa harus terlihat bagus untuk upacara pengangkatannya, ia memakai pakaian yang ia beli secara khusus untuk hari besar.Lalu dengan menikmati cahaya hangat yang menembus kaca mobilnya, Eizel membiarkan kulitnya sedikit
~Beberapa hari sebelumnya."Seperti yang kau tahu, kita bisa menyembunyikan api sebisa kita. Namun kita tidak bisa menutupi asapnya." ujar pria itu ketika Elsie datang untuk menyalahkannya perihal kabar hubungan palsunya yang tercium di publik."Jadi maksudmu ...?!""Ya." pria itu membenarkan ucapannya yang bahkan belum keluar dari mulutnya. "Bisa jadi pelakunya adalah seseorang yang benar-benar tidak mengetahui hal ini tapi dia melihat asapnya. Dia secara beruntung mendengarkan kelemahanmu dan menjadikannya senjata."Elsie terdiam dan mendadak ia sedikit mendapatkan jawabannya."Bagaimana, apakah kau sudah mencurigai seseorang?""Aku tidak memiliki buktinya, tapi firasatku berkata kalau dia-lah pelakunya.""Siapa?""Direktur Johan. Hanya dia satu-satunya yang mencurigakan di sini."Lalu dengan tertawa geli Eizel bergumam, "Pria tua itu lagi? Astaga, padahal waktunya sudah tak lama lagi tapi dia terus menerus serakah seo