“Pagi,” sapa Regan.
Selly terkejut dengan sapaan Regan yang begitu hangat di pagi hari. Namun, lebih membuatnya kaget adalah tampilan Regan yang memakai apron. Aroma masakan menjelaskan jika suaminya itu sedang memasak.“Pagi.” Selly menarik kursi dan mendaratkan tubuhnya.Regan menghampiri Selly dengan dua piring makanan di tangannya. Meletakkan tepat di depan Selly.Roti, telur, daging dan tomat panggang begitu menggiurkan. Tambahan kacang dengan saus yang dipanggang pun menjadi sumber serat di antara makanan berlemak itu.“Kamu yang memasak?” tanya Selly yang sedikit tidak percaya.“Memang siapa lagi kamu pikir?”Selly tersenyum, tidak menyangka daftar yang diberikannya bisa mengubah Regan.Aroma daging panggang yang begitu menggelitik indra penciumannya, membuat Selly tak melewatkan makanan yang tersaji di depannya. Tangannya pun langsung bergerak memotong daging dan memasukkannya ke dalam mulut.Musim panas belum berakhir hingga membuat langit kota London begitu cerah. Biasanya orang-orang memanfaatkan musim panas untuk berjalan-jalan. Selain waktu yang terasa lama. Perjalanan tidak akan terganggu dengan turunnya salju atau hujan. Secerah cuaca kota London, pagi ini wajah Regan juga begitu cerah. Dia begitu bersemangat untuk mengajak Selly pergi. Regan akan mengajak Selly untuk pergi ke satu tempat. Menggunakan bus, mereka sampai di tempat tujuan. ZSL London Zoo-kebun binatang yang menjadi tempat yang mereka kunjungi.Perjalanan dari rumah Selly di Princess Street, memakan waktu tiga puluh menit dengan menggunakan bus. Namun, terbayar saat sampai di sana. Karena wajah Selly begitu bahagia. Saat baru saja tiba di kebun binatang, ponsel Regan berbunyi. Merogoh kantung celananya, dia melihat siapa yang mengirimnya pesan. [Pergi jalan-jalan ke mana?] Pesan dari Bryan yang masuk ke ponsel Regan. [ZSL London Zoo]
Waktu istirahat karyawan tiba. Selly ikut teman-temannya dan atasannya untuk makan bersama. Sebenarnya hatinya cemas memikirkan Regan yang entah sudah makan atau belum. Namun, dia tak punya pilihan, karena ini pertama kalinya dia diajak makan siang bersama. Sebagai karyawan lepas yang memang hanya datang saat dibutuhkan, membuatnya merasa tidak enak menolak. “Sepertinya kamu sedang cemas,” ucap Ryan ketika melihat Selly.“Em ... tidak,” jawab Selly seraya menggeleng kepalanya. “Dia sudah tua, pasti dia akan baik-baik saja.” Ryan tersenyum meledek Selly. Selly tahu siapa yang dimaksud oleh Ryan. Sudah pasti Ryan tahu jika Selly memikirkan Regan. Ikut larut dalam makan siang bersama, membuat Selly melupakan sejenak Regan yang mungkin sedang panik dan kelaparan di rumah. Tak mau merusak suasana makan siang, dengan tiba-tiba pergi demi Regan. Membenarkan ucapan Ryan, jika suaminya sudah pasti bisa mengurus dirinya sendiri. Sebel
Selly membuka pintu. Matanya yang sipit karena sehabis menangis, langsung membulat sempurna ketika melihat siapa yang ada di depan pintu. “Hai,” sapa Regan dengan polos. Selly melihat Regan dari atas sampai bawah. Koper besar milik pria itu diletakkan tepat di sampingnya. Seolah dia datang kembali. Tepat saat melihat wajah Regan, pria itu tersenyum polos. Membuat Selly melipat tangan di dada. Gemas sekali melihat wajah polos yang sudah membuatnya menangis. Regan menelan salivanya. Takut sekali dengan tatapan Selly. “Apa aku boleh masuk?” tanyanya dengan bodoh. Tanpa menjawab ucapan Regan, Selly melebarkan pintu. Mempersilakan Regan untuk masuk ke dalam. Manik birunya masih terus menatap Regan dengan tajam. Pertanyaan di otaknya mulai banyak dan itu hanya bisa dijawab oleh Regan sendiri. Regan menarik kopernya, masuk ke rumah. Melewati Selly yang masih berdiri di depan pintu. Dia bingung sekali harus menjelaskan apa ked
Daun-daun mulai menguning-memberi warna yang begitu indah. Warna orange dari daun-daun di pohon menghiasi sepanjang jalan. Membuat mata dimanjakan dengan pemandangan yang ada. “Sudah akan memasuki musim gugur,” ucap Selly ketika berjalan beriringan dengan Regan. Matanya menatap dedaunan yang sudah mulai menguning. Setelah drama tangisan, kekesalan dan kemarahan, akhirnya mereka memulai untuk memahami satu dengan yang lain dari awal. Menggunakan waktu untuk berdua. Satu hal yang mereka lakukan adalah pergi untuk jalan-jalan.“Iya, aku tidak sabar untuk menikmati musim gugur di sini,” ucap Regan seraya menarik tubuh Selly mendekat. Selly sedikit terkejut. “Apa kita akan menikmati musim gugur di sini?” tanya Selly menengadah menatap Regan. “Iya,” jawab Regan pasti. “Apa kamu tidak apa meninggalkan pekerjaanmu?” “Lebih baik aku meninggalkan pekerjaan dari pada meninggalkanmu.” Bagi Regan kini Selly lebih dari segalanya
Bryan dan Felix sampai di Bandara. Mereka menunggu Selly dan Regan yang sedang dalam perjalanan ke Indonesia. Mereka menunggu di tempat parkir. Tempat yang pas untuk mereka menikmati sebatang rokok.“Sepertinya Kak Selly sudah luluh,” ucap Felix seraya mengembuskan asap rokok ke udara. Tubuhnya bersandar di mobil. “Kalau dia belum luluh, mana mungkin dia pulang,” cibir Bryan. Tangannya mengarahkan rokok yang berada di sela-sela jarinya. Mengisapnya, kemudian mengembuskannya. “Benar juga,” jawab Felix tertawa. Baru saja Bryan dan Felix membicarakan Regan dan Selly, tiba-tiba suara ponsel Bryan berdering. Ternyata itu adalah Selly. Dia mencari adiknya yang tak terlihat saat dia keluar dari Bandara. Tak butuh waktu lama, Bryan dan Felix menjemput mereka. Turun dari mobil dua pria itu membantu memasukkan koper ke bagasi.“Kalian itu ke mana saja. Aku sudah menunggu sedari tadi.” Setelah sekian lama tidak mendengarkan suara c
Selly yang sedang tertidur merasakan perutnya sakit. Hingga membuatnya yang tertidur, meringis kesakitan. Karena terasa sakit, dia membuka matanya. “Sayang,” panggil Selly menggoyang-goyangkan tangan suaminya yang melingkar di tubuhnya. “Em ... kenapa?” Regan yang mendengar suara istrinya, terbangun.“Perutku sakit.” Mata Regan seketika membuka sempurna. Tangannya menyibak selimut dan langsung bangkit dari tempat tidur. “Kenapa?” tanyanya khawatir. “Aku ke kamar mandi dulu, aku mau mengecek dulu.” Selly bangun dan berlalu ke kamar mandi. “Mengecek?” gumam Regan bingung. Masih dengan kebingungannya dia mengekor di belakang Selly dan berhenti di depan kamar mandi. Di depan kamar mandi, Regan menunggu istrinya yang sedang di kamar mandi. Beberapa saat kemudian Selly keluar. Wajahnya terlihat muram ketika keluar. Regan yang melihat hal itu merasa panik. “Kenapa?” tanya Regan memegangi bahu Selly. “
Selly dan Clarisa menghampiri Regan yang sedang berbincang dengan rekan kerjanya. Ketika melihat istrinya dan Clarisa, dia beralih pada dua wanita itu. Selly langsung berdiri di samping Regan dan melingkarkan tangannya di lengan Regan. Mendapati tangan Selly di lengannya, Regan tersenyum menatap istrinya. Pemandangan itu tak luput dari penglihatan Clarisa. Ini untuk pertama kali dia melihat senyum Regan. Sejak berkenalan dengan Regan, tak pernah dia melihat senyuman Regan. Sebesar itu cintanya pada istrinya. “Hai, Re,” sapa Clarisa mengulurkan tangannya, mengalihkan pandangan Regan yang sedari tadi tertuju pada istrinya. “Hai, Cla,” sapa balik Regan seraya menerima uluran tangan Clarisa. “Apa kamu datang sendiri?” Regan mencari Papa Clarisa. “Papaku sedang mengobrol dengan papamu.” Regan mengangguk mengerti.Acara pesta dimulai. Semua tamu dipersilakan duduk di tempat yang sudah disediakan. Selly duduk bersama keluarga
“Sayang, pulanglah sekarang. Hari ini jadwal kita.” Regan membulatkan matanya sempurna ketika istrinya menghubunginya hanya untuk memintanya pulang. Padahal niatnya hari ini dia akan pulang terlambat untuk mengurus acara peresmian apartemen yang akan diadakan seminggu lagi.Jika hari-hari biasa dan tidak sibuk mungkin dia akan segera pulang. Namun, kini dia tidak bisa, mengingat kali ini sangat penting. “Sayang, aku akan pulang terlambat. Jadi kita tunda dulu besok.” “Tidak bisa, Sayang, seminggu ini kamu sibuk dan aku sudah mengerti, dan tinggal sehari ini saja.” Regan mengembuskan napasnya. Pasrah ketika harus menuruti keinginan istrinya. “Baiklah, aku akan pulang.” “Ada masalah dengan Selly?” tanya Clarisa.Hari ini mereka akan menghadiri pertemuan untuk persiapan peresmian apartemen. Clarisa sengaja datang ke kantor Regan untuk pergi bersama. Tidak terasa sudah dua tahun pembangunan apartemen dilaksanakan. Perj