Setelah pulang dari rumah mas Arga, aku dan mas Abdullah memutuskan untuk sekalian menginap di rumah abah dan umi. Begitu juga dengan mas Sholeh dan mbak Lita, mereka ikut membersamai kami.
"Huuek, huek, huek." Lagi dan lagi, sama halnya dengan beberapa hari sebelumnya, hampir setiap pagi aku merasa mual, terkadang pusing ringan pun ikut ku rasakan."Duduk dulu Fir. " Mbak Lita menuntunku duduk di kursi meja makan. Terpaksa ku letakkan pisau yang tadinya akan ku buat untuk memotong sayuran."Kamu hamil ya?" tanya mbak Lita yang duduk di sebelahku.Ku kerutkan dahiku padanya. Tak menyangka pertanyaan seperti itu ia lontarkan padaku, mengingat usiaku yang sudah berkepala tiga."Umi?" mbak Lita memanggil umi yang baru saja muncul dari teras belakang."Mi, lihat deh, Fira kayaknga hamil, " kata mbak Lita saat umi berjalan mendekati kami. Ah, ada apa dengan kakak iparku ini, mendengar jawabanku saja belum, kenapa ia sudah heboh b#MPS #GNPart 45 Kejadian saat aqiqoh"Terima kasih sayang melalu kamu Allah melengkapi kebahagiaanku," kata mas Abdullah di suatu malam. Lalu memelukku kembali. Dalam dekapan suamiku, aku tersenyum manis untuknya. Aku semakin bersyukur memiliki suami seperti mas Abdullah yang memperlakukanku bagaikan ratu yang sesungguhnya. Kehamilan ini pula lah yang juga menyadarkanku bahwa ternyata kebahagiaan setiap pasangan salah satunya berasal dari adanya sebuah keturunan. Apalagi diusiaku yang tak lagi muda, ini semua adalah karunia juga berkah dari sang pemilik hidup. Ah, beruntungnya diriku. ***Tujuh hari setelah melahirkan hari ini akan diadakannya acara aqiqah untuk anak pertama yang ku lahirkan. Ya, di dampingi mas Abdullah sepekan yang lalu aku memasuki ruang bersalin disaat hampir semua orang terlelap dalam tidurnya. Beruntungnya selama masa kehamilan aku dan kandunganku baik-baik saja karena itulah aku tak perlu jauh-jauh ke rumah sakit dan cukup melahirkan di bidan yang tak jauh
#MPS #GNPart 46 Petunjuk Dengan bantuan mas Abdullah aku pun ia bawa kembali ke dalam kamar. Ia juga meminta mbak Lita menemaniku meski masih mengendong anak keduanya, Fatia yang lahir tiga bulan lebih dulu dari Alsa. Dengan terpaksa pun abah menunda acara aqiqah hari ini. Ia dibantu dengan pakde Rudi akan mencoba mencari hilangnya Alsa yang menurut perkiraan belum lama karena sebelumnya abah sempat melihat Alsa masih di tempatnya. Meski acara ditunda namun umi memutuskan untuk membagikan semua makanan yang bakal jadi hidangan kepada para tetangga yang sudah terlanjur datang. Agar tak mubazir katanya. Setelah para tetangga sudah pulang, umi lantas menemaniku yang masih terbaring lemas di atas kasur. Meski tak lagi terisak, namun sesekali mata ini masih saja meneteskan air mata kala teringat bayangan wajah bayiku yang mungil yang masih terbalut kain bedong. Hari sudah hampir menjelang siang. Dan pencarian pun masih terus dilakukan tetapi belum juga ada kabar dari mas Abdullah mau
#MPS #GNPart 47 Kedatangan Tama dan Rumi"Ini dastermu 'kan?" bu Joko memperlihatkan isi bungkusan plastik yang ia bawa. Lantas aku pun mengambilnya dan mengeceknya. Dan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa barang yang dibawa bu Joko adalah benar milikku. Aku pun merasa sedikit lega karena ini artinya Allah memberikanku petunjuk untuk menemukan Alsa. "Bu Joko dapat darimana?" tanyaku cepat. "Eee, itu anu." Bu Joko menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. Seperti tak enak hati ingin berkata. "Dimana Bu?" umi pun ikut bersuara karena melihat sikap bu Joko yang tak kunjung menjawab pertanyaanku. Sementara bu Joko masih saja bertele-tele. "Buruan bilang dong, Bu! Gak paham apa kami lagi khawatir gini!" bentak mbak Lita sampai membuatku sedikit terkejut. Baru kali ini melihat mbak Sinta benar-benar tampak merah madam menahan amarah. "Iya iya!" ucap bu Joko sambil memperlihatkan wajah kesalnya kearah mbak Lita. Mungkin ia tak terima dibentak oleh wanita yang lebih mudah d
#MPS #GNPart 48 Pernyataan Tama dan RumiTama pun melirik istrinya yang berada di sebelahnya. Mereka berdua terlihat tegang dan juga gugup dalam menjawab pertanyaan mas Abdullah yang terdengar sederhana. "Mbak Fira kami cuma mau ngasih tau kalau sebenarnya .... " Rumi menahan bicaranya sampai membuatku menatap serius kearahnya."Gak usah bertele-tele. Ngomong yang jelas! Kalian 'kan paham kami sedang memperjuangkan nyawa seseorang," tandas mas Sholeh yang mulai menunjukkan ketidaksabarannya. Kakakku ini memang selalu menjadi garda terdepan ketika diriku sedang bermasalah. Dengan raut wajah yang terlihat ragu Rumi berusaha untuk membuka suara. "Sebenarnya .... " "Sebenarnya semua yang dikatakan bulik Joko pada kalian itu bohong," ujar Tama memotong ucapan Rumi yang seketika membuat kami terkejut mendengarnya. "Bohong gimana maksudnya?" tanya mas Abdullah seraya lebih mendekat pada Tama. "Kami tau, kalau sekarang kalian sedang mencari ibu saya karena tuduhan yang dilontarkan bulik
#MPS #GNPart 49 Menghadap bu JokoNamun karena belum mempunyai bukti yang cukup kuat, maka kami memutuskan untuk mencari tahu dengan menemui bu Joko secara langsung. Tentunya bukan secara blak-blakan melainkan dengan sedikit permainan yang ku pastikan jika bu Joko benar pelakunya, ia takkan bisa berkutik.***Sesampainya di rumah bu Joko, ia sudah bersiap dengan stelan rapinya menunggu kedatangan kami di depan rumah. Namun sayangnya aku dan mas Abdullah memutuskan untuk membatalkan kepergian kami ke Jogja. Kata Tama bu Darmi dan lainnya termasuk Rosi memang pergi namun tidak ke Jogja melainkan ke tempat lain. Dan mobil yang dimaksud bu Joko hanyalah karangan belaka. Sebab bu Darmi sekeluarga pergi menggunakan sepeda motor masing-masing. Ini semua sudah ku tanyakan kepastiannya pada pakde Rudi yang mana ia telah meminta anak buahnya menjaga jalan keluar dari perkampungan ini. "Kok turun?" tanya bu Joko ketika melihatku turun dari mobil dan bukan memintanya untuk masuk. Namun bukann
#SKDY Part 50 Tuduhan yang membuahkan hasilNamun jika terbukti benar bu Joko adalah pelakunya aku tak akan memberinya ampun, namun jika tuduhan ini salah, mungkin seumur hidup aku tak berani kembali muncul di hadapannya. "Pelakunya adalah ... Orang yang terbilang cukup dekat denganku," kataku sembari tersenyum tipis pada bu Joko. Menurut mas Abdullah aku memang harus berlagak menekan disetiap perkataan yang ditujukan pada bu Joko agar kami tahu apakah bu Joko menyembunyikan sesuatu dari kami. Dan saran suamiku itu sepertinya membuahkan hasil yang bagus, sebab setiap kalimat yang ku ucapkan pada bu Joko menunjukkan perubahan ekspresi pada wajahnya.Mungkinkah benar bu Joko dalang dibalik penculikan bayiku? "Sayangnya pelakunya belum kami temukan karena dia berhasil kabur. Tapi alhamdulillahnya Alsa sudah ditangan kami sekarang," ujar mas Abdullah yang sejak tadi terdiam. "Oh, syukurlah kalau begitu ... " ujar bu Joko lega. "Apa?" sahutku pura-pura tak mendengar ucapan bu Joko ba
Aku pun lantas menelepon mas Sholeh guna memintanya untuk sesegera mungkin menyusul kami. Juga berpesan untuk mengajak Arif untuk melanjutkan rencana berikutnya. Sebab, sebelumnya mas Sholeh sudah mengabarkan kalau Arif mau membantu kami bahkan tanpa ancaman sedikit pun. Katanya ia juga ingin membuktikan apakah ibunya itu sampai hati bertindak sejauh ini. Apalagi belakang ini bu Joko sering bepergian sendiri tanpa mau diantar seperti biasanya. Sekarang tinggal aku, mas Abdullah dan Tama kembali beraksi mengejar mobil yang membawa bayi yang ku yakini adalah Alsa. Sementara urusan bu Joko kami menyerahkannya pada mas Sholeh dan lainnya. Semoga saja bu Joko belum pergi sebelum kedatangan mas Sholeh dan Arif ke warung makan tersebut. Mobil berwana hitam tersebut terus melaju menyusuri jalanan menuju kota. Mas Abdullah yang memegang kemudi pun berinisiatif untuk mempercepat lajunya hingga bisa menyalip mobil tersebut. Dan itu adalah hal yang mudah bagi suamiku, sebab aku tahu kemampuann
Sandi pun menjelaskan secara detail rencananya pada kami yang membuatku tercengang. Bagaimana tidak rupanya ia begitu peduli pada kami dengan memastikan Alsa adalah bayi kami yang hilang sekaligus ingin menjebak bu Joko agar mengakui kejahatannya. "Terima kasih." Mas Abdullah mengulurkan tangan kanannya pada Sandi yang kemudian ia sambut uluran tangan tersebut lalu mereka berpelukan. Aku dan Putri pun melakukan hal yang demikian sembari saling melempar senyum. Sebelum memulai rencana Sandi menelepon bu Joko terlebih dahulu guna memastikan keberadaannya masih di warung makan tempat mereka bertemu tadi. Dengan dalih karena ada suatu hal yang akan dibicarakan maka Sandi meminta bu Joko untuk menunggu kedatangannya yang akan kembali lagi. "Dia masih disana," kata Sandi setelah menutup teleponnya. Aku pun menghela napas lega karena akan ada peluang untuk menguak kejahatan yang dilakukan bu Joko padaku. Meski rasanya masih tak percaya mengingat sejak dulu bu Joko sering membantuku.Kami