#MPSPart 56 Beberapa Bulan Kemudian Beberapa bulan kemudian ... Hiudpku kembali normal. Alsa juga terlihat tumbuh dengan baik. Badannya yang kebanyakan kata orang gendut disertai pipi yang menggemaskan membuat setiap orang yang melihatnya ingin mencubitnya. Hubungan antara keluargaku dan Sandi juga Putri malah semakin baik lantaran mereka sering mengunjungi Alsa. Katanya, itung-itung sebagai pancingan untuk Putri agar segera menular. Karena sering bertemunya aku dengan Putri pada akhirnya aku mengerti mengapa ia dan suaminya begitu menginginkan kehadiran bayi diantara mereka. Mereka merasa begitu kesepian karena Putri sendiri anak yatim piatu. Semua saudaranya sudah berkeluarga dan mempunyai hidup masing-masing. Sementara orang yang tinggal bersamanya adalah ibu tiri Sandi yang menikah dengan ayahnya Sandi saat Sandi masih berusia sepuluh tahun. Namun, setelah kepergian ayahnya ibu tiri Sandi secara terang-terangan memperlihatkan sikap tak menyukainya. Entah apa alasannya. Dan
#MPSPart 57 Pengaduan Bu DarmiMas Arga terdiam. Ia menatapku dengan wajah sedihnya yang kemudian ia malah meletakkan bungkusan makanan tersebut di atas meja lalu meninggalkannya begitu saja. Lagi lagi aku dibuatnya heran. Baru kali ini aku melihat mas Arga dengan raut wajah sesedih itu. Tapi biarlah ia pergi daripada berlama-lama di sini malah membuatku risih. Ingin sekali aku membuang makanan itu, hanya saja jika ketahuan mas Abdullah pasti aku kena tegurannya. "Ah, kasih tetangga aja lah," kataku seraya mengangkat makanan dari mas Arga tersebut. Aku pun bergegas ke rumah salah satu tetanggaku sebelum Yusuf dan Sofia melihat makanan tersebut. Sebab kalau kedua anakku itu melihatnya pasti mereka akan menahannya karena mereka tahu betul jika makanan yang ku bawa dari mas Arga yang mereka panggil dengan sebutan om Arga. Entah sejak kapan aku tak tahu persis kedua anakku itu memanggil mas Arga dengan sebutan demikian. Aku sendiri agak merasa risih namun tidak dengan mas Abdullah.
#MPSPart 58 Menghubungi RosiEntah mengapa aku benar-benar tak menyukai kehadiran bu Darmi sekeluarga. Sikap mereka beberapa hari yang lalu saja masih belum ku terima meski itu sebuah kebaikan. Apa mungkin benar apa yang dikatakan mas Abdullah jika hati kecilku masih menaruh rasa dengki pada mereka? Dengan langkah berat aku membawa makanan yang sudah di pesan ke dalam rumah. Sengaja aku langsung membawanya ke dapur tanpa sepatah kata pun menawari bu Darmi walau sekedar basa-basi. Aku pun kembali ke ruang tamu untuk bergabung bersama mereka. "Gimana, Mas?" tanyaku pada mas Abdullah yang lebih dulu menerima jawaban dari bu Darmi tadi. Meski sebenarnya saat menerima pesanan samar-samar aku mendengar apa tujuan bu Darmi datang. Namun, akan lebih baik jika aku menanyakannya kembali agar lebih jelas. Mas Abdullah pun menjelaskan ulang padaku. Yang pada akhirnya suamiku itu akan membantu Rosi untuk kembali ke rumah. Setelah dirasa semuanya sudah selesai bu Darmi beserta anak-anaknya be
#MPSPart 59 Penyelidikan DimulaiSepertinya keputusannya untuk membantu Rosi kembali pulang ke rumah akan ia urungkan terlebih dahulu. Mas Abdullah juga memintaku untuk tidak bersikukuh membela Rosi dan menyatakan kalau pengaduan bu Darmi ada sebuah kebohongan. Semua ini dilakukan agar aku terhindar dari sifat berburuk sangka pada seseorang. Tak baik katanya. Aku pun menurut dan menyerahkan semuanya pada mas Abdullah. Biar begitu dalam hati kecilku masih berharap bahwa bu Darmi lah yang berbohong dan menginginkan sebuah tujuan tertentu dibalik kebohongannya tersebut. ***Tak ingin membuang banyak waktu, siang ini aku dan mas Abdullah akan menyelidiki masalah terkait Rosi dengan ibunya. Sedangkan Alsa sementara ku titipkan pada umi yang kebetulan tak ada jadwal pergi. Tujuan pertama kami tentu saja sekolah Rosi. Aku dan mas Abdullah ingin mengetahui bagaimana perilaku Rosi semasa di sekolah. Kami pun bergegas karena saat akan berangkat waktu mendekati jam pulang sekolah. Aku dan ma
#MPSPart 60 Tentang RosiBerjalan sebentar mas Abdullah pun menepikan mobilnya. Kami pun bergegas menuju segerombolan orang-orang tadi guna memastikan jika orang yang ku lihat adalah Rosi atau bukan. "Rosi!" teriakku yang kemudian menghentikan peleraian yang ada. Semua yang terlibat dalam perkelahian tersebut menoleh kearahku. Termasuk perempuan berseragam tersebut. Yang ternyata memang Rosi. Seketika aku tertegun melihat Rosi bersama para wanita yang jauh lebih tua dari dirinya. Penampilannya pun seperti bukan orang yang baik. Tampak dari pakaian yang mereka kenakan hampir semuanya terbuka. Makin ngeri saja aku takut jika nantinya Rosi akan ketularan cara berpakaian dan gayanya yang sangat urakan. "Mbak Fira." Rosi berjalan perlahan menghampiriku. Meninggalkan para gerombolan yang terlihat akrab pada Rosi. Mas Abdullah lantas mengajakku dan Rosi untuk masuk ke dalam mobilnya. Kami akan mencari tempat agar Rosi bisa diajak bicara dari hati ke hati. Sebelum pergi Rosi sempat ber
#MPSPart 61 Mengubah RencanaUntuk saat seperti ini aku benar-benar tak bisa memaksa Rosi untuk bercerita. Dengan segala upaya dan kesabaran aku kembali diuji melalui Rosi. Namun dibalik itu aku berharap jika bu Darmi dan anak-anaknya tidaklah terlibat di dalamnya. Ah, anggap saja mereka salah paham atas apa yang menjadi tindak tanduk Rosi di luar sekolah maupun lingkungan rumah. Tetapi jika bu Darmi dan anak-anaknya adalah dalang dalam permasalahan yang sedang dihadapi Rosi tentu saja aku tidak akan memaafkannya. Perkara ini akan ku bawa ke meja hijau agar membuat mereka jera. Apalagi pihak Rosi mempunyai surat perjanjian dimana bu Darmi dan anak-anaknya tak boleh berbuat kejahatan padanya seperti halnya dulu. Tak lama setelah itu Rosi tampak mulai tenang. Meski masih sesenggukan tetapi aku belum bisa menanyainya lebih lanjut. Aku mencoba membiarkan Rosi sendiri jika ingin menceritakan masalahnya. Namun, jika memang ia tak ingin bercerita aku juga tak akan memaksanya. Mas Abdulla
#MPSPart 62 Surat Perjanjian Dimasa LaluSebelum kedatangan bu Darmi dan anak-anaknya, mas Abdullah lebih dulu menerima tamu. Tamu ini yang nantinya akan membantu menyelesaikan masalah yang ada. Tetapi para tamu tersebut mas Abdullah meminta mereka untuk bersembunyi lebih dulu. Katanya untuk kejutan. Aku yang mengetahui rencana mas Abdullah sebagus ini merasa sangat senang. Dan aku yakin kalau rencana suamiku kali ini akan berhasil.***"Bu Darmi yakin gak berbuat apa-apa pada Rosi?" selidikku setelah mendapat keterangan dari bu Darmi sendiri yang menyatakan kalau dirinya tak pernah berbohong. "Yakin, Safira," balas bu Darmi yang terdengar amat lemut di telinga. Baru kali ini bu Darmi berkata demikian. Membuatku semakin yakin jika ada sesuatu yang sedang ia tutupi. "Lalu, kemana perginya Rosi kemarin?" tanya mas Abdullah yang membuat bu Darmi sekejap melirik pada mas Arga lalu dengan Preti. Tampak bu Darmi menelan kasar air liurnya. Seakan ia bingung dengan jawaban atas pertanyaa
"Bisa katakan yang sejujurnya kemana saja Rosi pergi kemarin?" selidik mas Abdullah dengan menatap bu Darmi penuh keseriusan. Dengan harapan jika bu Darmi tidak berbohong sudah pasti aku dan mas Abdullah akan menyimpulkan kalau memang Rosi lah yang bermasalah. Namun sebaliknya jika bu Darmi berbohong maka tamatlah riwayatnya. "Awalnya Rosi mau berangkat sekolah," kata Preti yang lagi lagi tanpa diminta.Baru satu kalimat yang keluar dari mulut Preti saja sudah membuatku semakin tak sabar ingin cepat mengetahui siapa yang bermasalah sebenarnya. Dengan harapan masalah ini akan segera terselesaikan. "Terus?" kataku yang kini menatap serius pada wanita yang dulu menjadi perusak rumah tanggaku itu. Dengan ekspresi wajah yang sangat percaya diri, Preti lantas melanjutkan perkataannya. Dimana ternyata apa yang diceritakan Preti hampir mirip dengan apa yang di nyatakan oleh Tama kemarin. Yakni saat waktu masih pagi, bu Darmi dan Rosi sempat terjadi perdebatan yang membuat bu Darmi tampak