"Karena aku tidak suka kesempurnaan."
Helio melongo mendengar ucapan Anastazja. Beberapa menit yang lalu, ia dan Anastazja sepakat untuk menceritakan mengenai diri mereka masing-masing. Sayangnya, mereka terlalu bingung dan tidak mengerti bagaimana memulai sebuah pengakuan itu sendiri. Hingga akhirnya tercetuslah dengan melalui media truth or dare. Giliran pertama adalah Helio yang memilih dare ketika pertanyaan yang diajukan lebih memilih memancing atau bersepeda. Helio tidak bisa memilih salah satu karena memang ia suka dengan kegiatan alam. Ia akhirnya memilih dare dan bercerita mengenai hal menyeramkan apa yang ia alami selama ia tinggal di pondok. Helio bercerita mengenai sebuah ruangan aneh yang berada di balik batu air terjun mini belakang pondok. Anastazja awalnya mengira Helio hanya menakut-naTerima kasih atas dukungannya 😊
Aldephie segera mendorong meja saji dorongnya memasuki kamar Cleon. Setelah memastikan pintu tertutup dengan rapat, ia membuka cadarnya, lalu mengambil sesuatu dari dalam kantong apronnya. Cleon menerima pemberian Aldephie. Sebuah barang kecil yang digunakan untuk merekam suara. Beberapa hari yang lalu, Cleon meminta Aldephie untuk menyelinap ke ruang kerja Cesar dan menempelkan alat berbentuk bulat menyerupai logam magnet itu di salah satu barang apa pun yang ada di sana. "Kau melakukan tugasmu dengan baik, Al," puji Cleon sambil mengacungkan jempolnya. Mendengar perkataan Cleon, Aldephie seolah terbang, membumbung menembus awan. Bagaimana tidak? Ini Cleon. Benar! Cleon yang memujinya! Pria paling sempurna dalam hidup Aldephie yang suram dan menyedihkan. Saat itu, baginya tidak masalah dia harus melaj
"Aku ingin jadi pelukis, tapi sepertinya mimpi itu hanya akan terendam menjadi binasa." Sebait ucapan Anastazja pada Cleon saat Cleon baru saja memasuki tahun pertama kuliah. Cleon sudah tahu bakatnya sejak lama, jadi tentu saja Anastazja tidak akan ragu menceritakannya pada Cleon. Ia tahu bahwa Cleon tidak akan menertawainya. Benar, Cleon tidak akan tertawa mendengar impiannya sekonyol apa pun kedengarannya. "Aku suka lukisanmu. Kupikir, itu memang kau. Maksudku hangat, menenangkan, indah, dan ramah." "Argh, kau harus tahu bagaimana teman-teman kelasku memanggilku. Black Boo. Tidak ada sesuatu yang terasa hangat, indah, dan apalah yang tadi kau bilang dengan dua kata itu," ungkap Anastazja merasa kesal, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun. "Lalu, apa
Wangi rempah-rempah yang memenuhi ruangan, juga ikut memenuhi tiap inci indera penciuman Helio. Bunyi makanan yang sedang digoreng seolah merapal kerinduan akan kampung halaman. Helio membuka matanya perlahan. Mendapati dirinya terbaring tak berdaya di sofa dengan selimut dan kompresan handuk masih bertengger cantik di keningnya. Tenggorokannya sakit. Ia mencoba berdeham untuk memperbaiki suaranya yang tidak keluar sebelumnya, tetapi tetap saja hanya suara serak seperti ada sesuatu yang menyumbat kerongkongannya. "Kau sudah bangun? Jangan memaksakan dirimu untuk bicara. Sepertinya kaumengalami radang tenggorokan," ucap Anastazja mematikan kompor, lalu menghampiri Helio. Setelahnya, ia menyodorkan sebuah minuman yang berwarna kuning cerah ke arah Helio. "Itu ekstrak jahe dan jeruk nipis. Saat aku flu da
Agenda pertemuan sudah selesai tepat sepuluh menit yang lalu, tetapi semua peserta sangat betah duduk di bangkunya masing-masing sembari sibuk dengan catatannya masing-masing. "Bagaimana kita sudahi saja?" ucap Cerberus yang mulai jenuh menunggu. Pasalnya, ia memang tidak mencatat apa pun. Dragon tidak memberinya tugas yang harus sampai ia catat karena tidak ada yang berbeda dari tugas-tugas dia sebelum ini. "Silakan kau duluan, Cerberus. Aku masih memiliki hal-hal yang harus kucatatkan dalam kertas-kertas ini," ucap Phoenix kembali tenggelam dalam tumpukan kertasnya. "Kita sudah tiga hari menggelar pertemuan ini. Apa kalian tidak bosan, huh?" "Bagaimana aku bisa bosan bila pekerjaan ini terlalu menyita waktuku?" Kali ini Kraken ikut menimpali.
Anastazja terdiam menelan ludah. Mendengar cerita Helio barusan, rasanya seolah Anastazjalah yang berperan sebagai Cerberus di sana. Entah karena ia pernah menemuinya, atau karena ia adalah salah satu klan Alastor, klan asal Cerberus. Tubuhnya terus menegang tiap kali Helio menyebut nama Cerberus dari bibirnya. Entah apa alasannya, tetapi ia merasa ada sedikit rasa marah yang terpendam dari Helio. Setitik amarah yang tidak bisa Helio sembunyikan dari kedua mata Anastazja. Anastazja merasa penasaran. Apa yang membuat Helio si Manusia Santai begitu marah? Apa memang ini ada hubungannya dengan Cerberus? Kalau begitu, semua kekacauan yang terjadi, termasuk Black Blood adalah ulah Cerberus sendiri? "Kau ...," potong Anastazja ragu-ragu. Namun, Helio segera menghentikan bicaranya dan mendengarkan Anastazja.
Mengetahui Cesar memasuki kamarnya tiba-tiba, Cleon segera menutup buku bersampul hijau yang hampir selesai dibacanya selama sebulan ini. Wajah Cesar menyorotkan api kemarahan. Sama seperti kali terakhir mereka bertemu. Wajahnya menghitam seolah hangus oleh kobaran amarah. "Ada apa gerangan engkau kemari wahai Kakak?" ucap Cleon mendramatisir keadaan. Kedua mata Cesar melotot. Mengisyaratkan bahwa rencananya untuk memboikot penobatan Cleon gagal. Tentu saja! Karena Cleon telah mengirim Vahmir untuk menyelesaikan segalanya. Apa Cesar pikir Cleon hanya berpangku tangan? Ha! Jangan mimpi! Mulai sekarang dan selanjutnya, Cleon tidak akan lagi diam jika diinjak-injak olehnya. Dia telah memupuskan segala harap dan doa akan keakrabannya dengan sang kakak. Namun, sepertinya sang kakak tidak begitu senang memil
"IBUUU!!!" Cleon terbangun dengan sentakan kuat. Seolah ia bermimpi terjatuh dari tempat yang tinggi. Ia mendudukkan dirinya bersandar pada kepala tempat tidur. Napasnya terengah-engah. Bajunya basah dengan keringat. Namun, ia merasakan kehangatan sentuhan tangan seseorang pada telapak tangan kirinya. Ketika menoleh, ia dapati Aldephie tertidur di sana. Sesaat dia mencerna terlebih dahulu sebelum bertanya pada Aldephie. Atau lebih tepatnya, ia tidak tega membangunkan gadis itu. Namun, tak lama ia sadar sepenuhnya begitu rasa nyeri di pipinya seolah meningkat. Cleon refleks memegangi pipi kanan yang ternyata sudah diolesi obat oleh Aldephie. Gadis itu bahkan merawatnya dengan benar-benar baik hingga memarnya tidak terasa sakit seperti awal. Mungkin karena Cesar membahas Ibu, aku jadi bermimpi tentang Ibu, ungkap Cle
Pada akhirnya, pembicaraan antara Anastazja dan Helio saat makan malam terhenti. Anastazja yang kehilangan selera makan, memilih untuk tidak melanjutkan dan berlari ke kamarnya. Meninggalkan Helio yang mematung sendirian di sana. "DASAR HELIO JELEEK!! JELEEKK!!" jerit Anastazja dari balik bantalnya. Tangannya aktif memukul-mukul bantal. Membayangkan wajah bodoh Helio dengan apa yang dilakukannya barusan sungguhlah menyebalkan baginya. Anastazja membalik tubuh, lalu memeluk bantal yang sedari tadi menjadi korban dari ganasnya kemarahan Anastazja. Menatap langit-langit kamar yang putih bersih seolah laba-laba pun merasa malu untuk membangun sarangnya di sana. Sesaat, Anastazja mengagumi ruangan bersih yang tidak pernah benar-benar ia pehatikan sebelumnya. Apa mungkin Helio selalu membersihkan ruangan ini?