Jay kembali pada malam hari.Rose duduk di sofa dengan wajah bengkak dan hidung kehijauan sambil memegang buku puisi di tangannya. Tangan kanannya dilapisi kain kasa tebal. Ia menatap pahit pada Jay."Sepertinya kau telah memikirkannya dengan matang untuk memintaku membersihkan tembikar dari lemari paling bawah," kata Rose menuduh.Jay dengan santai berjalan ke arah Rose, melepas blazer buatan tangan yang bagus, melepas dasi hitamnya, dan menatap wanita mungil itu dari sofa."Kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah kau mencoba untuk memerasku?" Bibir seksi dan menawan itu baru saja memuntahkan kata-kata yang tidak menyenangkan lagi.Kulit Rose sangat pucat. Sepertinya sentuhan kecil akan dengan mudah melukainya.Dengan Jenson menarik diri darinya seperti itu dan melemparkan balok mainan ke wajahnya, orang hanya bisa membayangkan betapa malunya ia sekarang.Rose segera berdiri, mengangkat dagunya, dan menatap Jay. Ia mengacungkan jari tengahnya, dan menggeram, "Tuan Ares, jika k
Setelah ayah Rose menceraikan ibunya, ia menikahi wanita yang merupakan ibu Sydney.Meskipun tampak seperti pernikahan kembali pada umumnya, Sydney hanya dua tahun lebih muda dari Rose.Ketika ayah Rose menceraikan mantan istrinya, Rose berusia lima tahun. Dari perspektif itu, tampaknya ayah Rose selingkuh dari ibunya saat mereka menikah.Saat itu, ibu Rose tinggal di pedesaan terpencil dan tidak tahu bagaimana membela diri di pengadilan perceraian.Ketika Rose berusia lima belas tahun, ibunya bekerja sangat keras sampai ia jatuh sakit. Ketakutan terburuknya adalah bahwa tidak ada yang akan merawat putrinya kalau ia meninggal. Karena tidak punya pilihan, ia menyuruh putrinya melakukan perjalanan panjang ke kota untuk mencari kerabatnya.Namun, ayahnya memperkenalkan Rose, darah dan dagingnya sendiri, kepada semua orang sebagai anak perempuannya yang tidak sah.Sejak hari itu, meskipun Rose pindah dengan Keluarga Loyle, ia menjalani kehidupan yang menyedihkan dan rendahan.Baik S
Jenson menghentikan langkahnya dan memelototi anak yang menjelekkannya.Tatapan dewasa dan kuat di mata Jenson tampak seperti mata orang dewasa, matanya siap untuk membunuh.Anak pemalu itu ketakutan, langsung bersembunyi di pelukan ibunya.Ketika orang tuanya melihat sumber ketakutan anaknya, ia berteriak pada Jenson, "Apa yang kau lihat? Apakah Mommy-mu tidak pernah mengajarimu bahwa menatap orang itu tidak sopan?"Asisten merasa kasihan pada Jenson dan melangkah maju untuk menyelamatkannya.Nancy menariknya ke belakang dan berkata, "Ego anak itu terlalu besar. Akan sangat baik kalau membiarkannya belajar sesuatu. Kalau tidak, emosinya tidak akan berubah. Kalau dia tetap seperti itu, aku akan mengalami kesulitan saat aku menikah dengan Keluarga Ares."Jenson terutama membenci orang yang mengatakan hal-hal buruk tentang Mommy-nya; ibu anak itu telah menginjak ranjau darat."Jangan berani-berani bicara tentang Mommy-ku!" Jenson menggeram, bergegas seperti serigala kecil ke arah
Satu per satu, para penonton mulai mengutuk wanita itu. "Benar sekali. Kau sudah dewasa, bagaimana kau bisa menindas anak kecil?"Melihat situasinya memanas, wanita itu buru-buru berbisik kepada Jenson dengan wajah merah padam, "Maaf."Jenson berkata dengan dingin, "Jangan lagi memarahi Mommy-ku."Rose memandang Jenson dan matanya menjadi sembab.Di hati Jenson, Mommy adalah segalanya. Ia terlalu banyak berutang pada anak itu.Wanita itu dengan cepat mengangguk dan melarikan diri dari tempat kejadian.Masalahnya sudah diselesaikan. Rose memegang bahu Jenson dan bertanya dengan lembut, "Jens, bolehkah aku mengantarmu ke kelas?"Jenson melihat ke pintu masuk sekolah dan langkahnya melambat. Ada banyak keengganan di matanya.Rose memeluk Jenson.'Anak itu jelas takut pergi ke taman kanak-kanak, jadi kenapa ia harus dipaksa? Mungkin sesuatu yang buruk terjadi sebelumnya yang membuat Jenson tidak nyaman berada di sini."Rose dengan lembut bertanya, "Jenson, kau tidak ingin pergi k
"Kenapa?" Rose langsung bertanya."Bertengkar dengan orang tua teman sekelas Jenson dan membuat anak itu bolos sekolah… Dan kau masih berani bertanya?”Jay mengertakkan giginya, amarah yang ia tahan sepanjang hari akhirnya ia luapkan.Rose juga balas marah pada Jay.Tampaknya Nancy yang licik pasti mengadu tentang tindakannya.Wajah Rose mencibir. "Tuan Ares, apa kau tahu kenapa aku menghadapi orang tua itu? Kenapa aku mengeluarkan Jenson dari sekolah? Itu karena—"Jay menyela dengan tenang, "Aku tidak perlu tahu kenapa. Apa yang telah kau lakukan sudah cukup untuk menunjukkan betapa tidak dewasa dan terbelakangnya dirimu!"Rose segera membalas, "Aku menghadapi orang tua busuk itu karena ia menyakiti Jenson dan mengkritik caramu membesarkannya. Apakah kau tahu betapa buruknya hal itu dapat mempengaruhi Jens?"Tuan Ares, kau tidak berhak mengkritikku sebelum menyelidiki apa yang terjadi lebih dulu."Jay memandang tatapan tegas Rose dan mengangkat alisnya. Setelah tidak melihatnya
Walaupun Rose langsung bergegas ke Kaki Langit Berwarna, tapi kondisi jalan yang macet dan waktu yang singkat membuatnya harus telat kembali.Jay berdiri di balkon taman di lantai dua vila dan menatap Rose yang bergegas masuk. Sebuah cibiran muncul di wajah dinginnya."Nona Rose, lagi-lagi kau telat."Rose mendengar suara dingin yang datang dari atas kepalanya dan jiwanya hampir meninggalkan tubuhnya karena ketakutan. Ketika ia melihat ke atas, ia disambut oleh senyum terkutuk Jay.Rose terengah-engah dan mencoba mengatur napas. Yang bisa ia kerahkan setelah lari cepat diiringi putus asa adalah serangkaian kata-kata yang putus. “Tuan— Ares— Jalan— Mengemudi…” Setelah beberapa kata, ia mulai bernapas dengan berat.'Tuan Ares mengemudi di jalan, ya? Kalimat yang sangat menarik. "Wajah Jay berubah gelap, segelap arang."Bisakah kau berbicara dengan benar?" Jay mendengus.Masih terengah-engah, Rose berkata, "Tuan Ares—— Jalanan pagi ini macet—— Itulah sebabnya —— Aku—— terlambat."
Kedua anak kecil itu diam-diam bersembunyi di balik tangga di lantai dua dan menyaksikan debat menarik antara Rose dan Jay.Rose, sang penentang, bersikap pasif."Tuan Ares, kau selalu meremehkan segala sesuatu tentangku dan kau tidak pernah puas akan apa pun yang aku lakukan. Bagaimana denganmu? Kau membiarkan wanita yang berbeda menjemput dan mengirim anak-anakmu ke dan dari sekolah, tetapi pernahkah kau memikirkan apakah hal itu akan mempengaruhi Jenson atau tidak?""Rose, metodeku cukup baik. Aku tidak memerlukanmu untuk mengingatkanku. Selain itu, wanita berbeda yang kau bicarakan semuanya adalah kerabat Jenson. Kaulah yang berpikiran kotor. Kenapa harus mempermasalahkan apa yang aku lakukan?” Kata Jay dengan marah."Bagaimana dengan Nancy? Bagaimana hubungannya dengan Jenson?”"Rose, kau tidak punya hak untuk ikut dalam kehidupan pribadiku.""Aku tidak peduli dengan kehidupan pribadimu, tapi tolong buka matamu saat mencari pacar. Jangan temukan ibu tiri yang jahat untuk Jen
"Okay." Jenson menangguk.Robbie menuruni tangga. Ketika Jay dan Rose mendengar langkah kaki anak itu, pertengkaran mereka berdua berhenti tiba-tiba.Robbie berjalan ke arah kedua orang itu. Ia menatap mata merah Mommy yang bengkak dan kemudian kembali menatap Jay; Ia merasakan gelombang kemarahan yang tak bisa dijelaskan pada Ayah.Ia tidak pernah menyangka bahwa atasan besar Mommy-nya itu ternyata adalah Ayahnya yang ia pikirkan siang dan malam.Meskipun Ayah terlihat keren, tampan dan kaya raya, tapi yang memperlakukannya paling baik di dunia adalah Mommy. Ia tidak akan pernah membiarkan siapa pun menindas Mommy. Bahkan Ayah sekalipun."Jenson. Apa yang kau lakukan di sini? Cepat naik, Nona Nancy harus mengantarmu ke taman kanak-kanak nanti." Jay menatap putranya, sedikit mengernyit. Ia sepertinya melihat sedikit kebencian terhadapnya di mata anak itu.Itu tidak pernah terjadi sebelumnya.Robbie berjalan kea rah Jay dan mengangkat kepalanya.Jay membeku.Jenson biasanya men