Share

30. Sadisnya Seorang Daffa

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Usaha Dea yang belajar masak sejak kemarin itu nampaknya sedikit membuahkan hasil. Daffa cowok super cuek yang kerjanya hanya mematahkan hati itu kini sudah berani melantangkan suara menyebut namanya.

Keajaiban macam apa ini?

"Ya, Mas?" Andai saja tak ada banyak pasang mata di sana, Dea pasti sudah kelonjotan dari tadi macam cacing tanah kepentok daratan dan panasnya matahari. Tapi untungnya kali ini urat malu masih utuh, jadi kegilaannya tidak kumat.

Dea hanya berjalan berlaga anggun sembari menyibak sebelah anak rambut yang meriak-riak dihempas angin lewat. Ah, Nana sebal melihatnya. Diam-diam mencibir di belakang Dea dengan nada suara membisik pelan. Namun meski begitu, tak terpungkiri rasa senang dan harunya karena usaha belajar masak kemarin bisa dikatakan tak sia-sia.

Bermodalkan kotak bekal makan saja sudah pasti membuat hati si manusia es itu sedikit cair.

"Saya nggak bisa makan ini sendirian. Kebanyakan," ujar Daffa.

Aduh, jantung Dea semakin jeda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status