Ibu Suri terus memandang Ayu yang sangat membuatnya terkejut. Perkataan yang terlontar di mulut Ayu, membuat seisi ruangan melotot ke arahnya, termasuk semua pelayan. Bahkan Rose dan Siti bersamaan mengernyit dan saling menatap, tidak mengerti dengan maksud perkataan Ayu barusan.
“Jadi, kau mencintai Jenderal?” tanya ibu Suri sekali lagi memastikan apa yang dia dengar.
“Saya menyayanginya, bukan mencintainya. Bagaimana tidak, saya akan menganggapnya biasa. Jenderal yang selalu membawaku kepada orang yang sangat aku cintai. Anak anda sendiri ibu Suri, Adipati.”
Di balik kayu jati pembatas yang merupakan tempat persembunyian Adipati, terlihat senyuman yang terpancar dengan bangga di wajah tampan Adipati. Dia sempat kawatir dengan apa yang di katakan Ayu. Adipati menarik nafas lega.
“Aku mencintai dengan hati. Tubuhku sangat damai di dalam pelukannya. Getaran itu sangat membuatku bahagia. Aku seakan menjadi seperti kupu-kupu yan
Ayu berjalan meninggalkan Wati yang mengepalkan ke dua tangannya. Semakin berjalan, langkah kaki Ayu melambat. Siti segera menangkap tubuh lemas Ayu. “Ayu, kau masih saja tidak sehat,” ucapnya.Ayu memegang kepalanya yang terasa pening. “Pegangi aku saat akan sampai di pintu aula wanita. Aku tidak mau jika mereka melihat aku lemah. Setelah sampai, aku akan tetap berjalan dengan tegap.” Ayu masih saja berusaha menahan rasa sakit yang berada di dalam tubuhnya.“Baiklah,” jawab Siti.Sementara Rose masih menatap sekitar. Mereka berjalan sambil berpegangan. Wajah Ayu semakin pucat. Langkah kakinya sangat berat untuk melangkah. Namun, keinginannya terlihat kuat, semakin membuat Ayu memaksakan diri melangkah.“Ayu …,” suara serak keras memanggilnya tiba-tiba. Kedua matanya terbelalak lebar melihat Ayu yang sudah tidak bisa lagi menumpu tubuhnya. Jenderal dengan segera menangkap tubuh lemas Ayu. Nafas Ayu se
Pintu kamar Ayu terbuka sangat lebar. Ayu mengangkat kepalanya. Dia juga menegakkan tubuhnya yang semula agak membungkuk. Rose membuka kedua mata lebar-lebar tidak percaya dengan apa yang di lihat di hadapannya. Kini dia merasa tenang. Bibirnya mulai melebar memperlihatnya senyumannya.Rose, bersama Ayu dan Siti membungkuk seketika. “Selamat datang, Adipati,” ucap Rose dan Siti bersamaan. Sementara Ayu masih saja tersenyum belum mengucap kata apapun juga. Adipati melangkah masuk ke dalam. Pintu kamarnya masih saja terbuka lebar. Semua selir level atas melihat kedatangan Adipati dengan wajah kaku mereka.“Kenapa kau lama sekali tidak datang ke kamarku?” tanya Adipati menarik tubuh Ayu hingga berada dalam pelukannya.Ayu mengangkat tangannya hingga melingkar di leher Adipati. Dia mengeratkannya. Ayu menatap tajam semua selir dengan senyuman sinisnya. Kini dia kembali menatap wajah Adipati. Bibirnya mulai mendekat perlahan. Dia sengaja melak
Mahkota dengan gemerlap masih saja menghiasi meja kamar Ayu. Adipati segera memerintahkan beberapa pengawal untuk membawanya menuju aula wanita. Pengawal membawanya dengan sangat berhati-hati hingga meletakkan di kamar Ayu dengan selamat.“Rose sudah waktunya aku keluar dan menunjukkan diriku. Siapkan semua! Aku dengar ibu Suri bersama semua selir akan mengadakan perjamuan rutin. Aku mau ibu Suri melihatku jika semua selir sudah berada dalam kekuasaanku.”Ayu menatap Rose. Salah satu alisnya terangkat. “Poles aku agak tebal. Aku mau malam ini menjadi yang terbaik.”“Tapi kau tidak sehat, Ayu. Kau sudah melayani Adipati seperti itu. Apa kau akan kuat berjalan dan duduk selama itu?” Rose masih saja kawatir dengan kondisi kesehatan fisik Ayu yang masih saja lemah. Dia kembali memerintahkan Siti untuk membuatkan ramuan agar bisa menguatkan tubuh Ayu dalam waktu singkat. Siti masih saja menyiapkan semua ramuan yang sudah dia ambil
Kedua mata hitam bulat milik ibu Suri terbelalak lebar. Tangan kanan yang masih melayang di atas, seakan kaku untuk dia turunkan. Urat-urat dalam kulitnya sangat terlihat akibat dirinya yang tegang melihat kedatangan Adipati secara tiba-tiba. Nafasnya semakin tidak beraturan.Ayu masih saja menundukkan kepalanya. Dia memandang lantai dengan senyuman keberhasilan. Ayu mendapat kabar dari pengawal jika Adipati ingin bersamanya saat malam. Ayu mengatakan kepada pengawal itu untuk menyampaikan jika dia akan mendatangi acara ibu Suri yang tidak bisa dia tinggalkan. Ayu berharap sang bunga menghampiri kupu-kupu yang pastinya akan terjebak di sana untuk membebaskannya dari musuh yang tidak menyukainya.Pengawal segera melakukan perintah Ayu. Di dalam kamar, Adipati sangat paham jika Ayu pasti akan selalu di musuhi oleh siapapun juga. Adipati segera menjemputnya saat malam tiba. Dia akan masuk ke dalam acara ibunya yang berencana memberikan kejutan untuk ibu Suri dengan Ayu ma
Adipati tidak percaya dengan apa yang dia lihat di dalam kotak kayu tepat dihadapannya. Kedua matanya semakin melebar. Bola mata hitamnya terhenti ditengah ruangan matanya dengan kaku tanpa berkedip.Perlahan Adipati menunduk semakin melihat isi kotak yang berada di lantai. “Kenapa kau melakukan ini Jenderal?” tanyanya tegang.Kini Adipati menatap Jenderal yang hanya diam dengan tatapan dinginnya. “Hamba hanya melakukan apa yang Adipati perintahkan," jawabnya kaku.“Tapi, dia adalah satu-satunya saudaramu,” kata Adipati pelan. Dia mengkerutkan kedua alisnya. Namun, kepalanya masih menatap Jenderal yang sangat berkeringat. Ayu di dalam selimut menatap mereka juga dalam keadaan tegang. “Apa yang ada di dalam kotak itu?” batinnya sambil melotot, menunggu jawaban Jenderal yang sangat membuatnya penasaran.“Dia adalah pemanah yang melakukannya. Hamba menemukannya saat menyusuri hutan. Seorang perompak menghadang
Jenderal masih saja diam tidak berucap. Dia masih memikirkan bagaimana jika memberitahukan kalau ibu Suri yang melakukannya. Jika sampai dia membuka mulut, dia sangat kawatir Ayu semakin nyawanya berbahaya. Bagaimanapun juga, ibu Suri mempunyai kekuasaan yang sangat luar biasa. Jenderal akan menutp rapat mulutnya dari kejadian yang sebenarnya.“Adik hamba menghidupi semua perompak itu. Dia mengambil situasi ini dengan baik. Salah satu pejabat istana yang melakukannya. Dia hanya mengatakan itu kepada hamba,” kata Jenderal menutupi nama ibu Suri.Ayu hanya diam menatap Jenderal yang berbohong. “Aku akan membuat dia mengatakan siapa pelakunya. Dia menyembunyikan sesuatu. Raut wajah tidak bisa membohingi aku. Aku tidak akan memaafkannya, siapapun yang terlbat,” batin Ayu dengan tatapan dinginnya.“Cari pejabat istana itu!”Adipati berkata tegas. Dia menyerahkan pedang milik Jenderal kembali. Jenderal menganggukkan kepalanya
Rose bersama Siti semakin tidak percaya dengan apa yang mereka dengar dari mulut Ayu begitu pelan namun pasti. “Apa kau yakin?” tanya Rose mendekatinya. Dia semakin melebarkan kedua matanya.“Aku sangat yakin. Aku saat pertama kali menuju kesini menaiki kereta, para perompak itu menghadangku. Mereka merampas emas dan semua perhiasan. Namun, kehebatan Jenderal membuat mereka gagal. Mereka hanya akan merampas dan menerima bayaran dari para pejabat istana. Wati tidak akan mau memberikan uang emas miliknya. Untuk membunuhku, mereka membutuhkan sangat banyak uang. Hanya ibu Suri yang akan melakukannya. Aku sangat paham dengan kebenciannya kepadaku. Apa lagi Bunga, dia yang mengirimkannya ke sini. Siapa lagi jika bukan dia, ibu Suri?”Ayu memastikan keyakinannya sekali lagi. Rose bersama Siti masih saling melirik. “Lalu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Rose menatapnya serius.“Aku akan membiarkannya. Suatu saat, dia akan men
Adipati mengeluarkan satu kalimat yang sangat menggegerkan semua pejabat istana. Mereka saling menatap satu sama lainnya. Mereka tidak menyangka jika apa yang mereka dengar hari ini adalah sesuatu yang tidak biasanya. Bahkan, selir dengan mahkota yang menjulang tinggi seperti apa yang dikenakan Ayu tidak sama dengan mahkota milik ibu Suri. Mereka masih saja menarik nafas sambil menatap pejabat lainnya yang segera saling berbisik.Ayu sama sekali tidak menghiraukan pejabat yang sangat kebingungan dengannya. Dia terus berjalan hingga menerima uluran tangan Adipati di singasananya yang sangat indah sama seperti di dalam mimpinya. Dia sekarang berdiri berada di sebelah Adipati yang masih saja menggenggam tangannya. Jenderal sedikit meliriknya. Sementara, pejabat istana masih saja ribut dan saling bergumam.“Aku akan mengenalkan kepada rakyat siapa calon ratu mereka,” teriak Adipati membuat semua pejabat diam seketika kembali menundukkan kepalanya.&ldquo