BAU PARFUM DIOR DI KOKO SUAMIKU!
-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-"Aku hanya meratapi kebodohanku sendiri Mas, mengapa bisa aku melakukan hal konyol ini," ujarku sambil tersenyum kecut.“Mas tadi kaget Dek, kenapa penampilanmu seperti itu? Hampir lima tahun kita menikah kau baru kali ini memakai pakaian seperti itu, sungguh di luar dugaan Mas! Bukan maksud hati mengejekmu,” ucapnya Mas Rio."Mas menertawakanmu karena reflek saja, Dek! Maafkan Mas," sambung Mas Rio lagi.Mas Rio mencium tanganku. Dia mengajakku duduk di ranjang. Kami berjalan beriringan.“Aku hanya kepengen berubah menjadi istri lebih baik, Mas! Aku ingin terlihat cantik di depan suamiku sendiri, seperti kata Maya menyenangkan suami. Toh memakai baju seksi seperti itu di depan orang yang halal bagiku, yaitu suamiku sendiri! Aku mengira, Mas senang dengan perubahanku,” kataku lirih.Mas Rio tertawa mendengar penjelasanku. Dia mengusap rambutku perlahan.“Masyaallah Sifa, hahahaha! KenPAMIT MENGINAP DI RUMAH IBU.-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-"Oh itu anu parfum tester kalik Dek, waktu di Jogja kemaren kan Mas masuk ke salah satu Mall dan melewati galeri parfum yang sedang mengadakan promo, mungkin tersemprot di sana, bukankah katamu itu parfum mahal? jadi awet wanginya," kata Rio."Oh ya sudah Bi, pantaslah! Mendadak Umi kangen Zahira kalau pakek parfum ini, sebab ini bukanlah parfum yang pasaran," ujarku.Aku sedikit lega mendengar pernyataan suamiku itu. Hampir saja aku su'udzon dengan suami sendiri. Untung memang alasan Mas Rio jelas dan logis, kalau tidak mungkin aku akan berburuk sangka terus."Kenapa pulang Mas?" tanyaku heran."Oh mau nngambil berkas di ruang kerja Mi, abis ini aku mau keluar bentar ya dengan Dimas," pamit Rio."Kemana Bi," tanyaku."Ngurus beberapa berkas Mi di kantor KPP Pratama," sahutnya sambil masuk ke dalam rumah.Aku segera membawa baju kotor ke dalam rumah dan menggilingnya di mesin cuci. Ma
TANGISAN FARHAT SEMALAM!-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-"Begini Mi, kan besok itu Farhat ada jadwal imunisasi pagi," kata Mas Rio."Astagfirulloh, iya Umi lupa! Untunglah Abi mengingatkan," kataku.Hampir saja aku melupakan Posyandu tambahan karena imunisasi dan pengecekan anti stunting.“Nah, makanya itu Abi pengen Umi di rumah aja, jangan sampai melewatkan Posyandu Farhat. Dia lebih penting, Mi!" jelas Mas Rio.Aku mengangguk setuju. Bagaimanapun kepentingan Farhat memang nomer satu."Bukannya Abi melarang lo Umi ikut menginap, tapi tahu sendiri kalau tak Posyandu nanti gimana! Akan ketinggalan berita dan info penting seputar anak. Apalagi Maya belum tentu bisa datang kalau bekerja, mending Umi datang kalau Maya tak datang bisa berbagi info yang bermanfaat dengannya. Toh pagi banget, Abi juga pulang habis subuh!" terang Mas Rio."Kalau memang Umi ingin menginap di rumah Ibu, bagaimana kalau malam minggu saja kita menginap di sana,” ajak Mas Rio.
BOX TUPPERWARE!-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-"Bu, sebenarnya Mas Rio semalam kemana ya?" tanyaku pada mertua."Semalam memang ke sini, tapi kesusu pergi setelah melihat Hp, memang ada apa to Nduk?" tanya ibu mertuaku."Kau yakin tak apa- apa?" sambungnya lagi.“Mboten Bu, alhamdulillah rumah tangga kami baik-baik saja. Doakan ya Bu,” pintaku.Ingin rasanya sekarang aku menghamburkan diri dalam dekapan Ibu mertua, namun tak sanggup melakukannya karena takut membuat beliau sedih dan sakit. Ibu berdiri menghampiriku kemudian mengelus jilbab di kepala perlahan.“Rumah tangga itu tak selalu mulus Nduk, ada godaannya. Baik rejeki, anak, atau suami! Lelaki tergoda akan dua hal yaitu harta, tahta dan wanita. Doakan suamimu tak tergoda ketiganya, bilang Ibu jika Rio menyakitimu Nduk, sungguh dunia akhirat Ibu tak akan Rido” ucap Ibu mertuaku itu. Tangis tak dapat ku cegah lagi, aku memeluk ibu mertua erat. Sungguh aku beruntung memiliki mertua yang menyayang
HARUSKAH AKU YANG MENGALAH LAGI, MAS?-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-"Aku hanya tak suka saja Suamiku membawa barang baru dari luar!” jawabku. Terlihat ekspresi Mas Rio terkejud namun kembali diam melanjutkan mengendari mobil dan bernyanyi bersama Farhat. Aku tak ingin Farhat melihat orang tuanya bertengkar. Kami menuju Mall untuk memenuhi janji pada Farhat bermain di Timezone. Selama di Mall aku hanya diam, mengikuti langkah Farhat dan Mas Rio tanpa mengeluh. Beberapa kali Mas Rio mencoba mengajak berbicara namun aku memilih diam. Hanya sesekali menanggapi ucapan Farhat. Sampai di rumah Fatih tertidur, Mas Rio menggendongnya ke kamar. Aku menurunkan belanjaan dari mobil dan masuk ke dalam rumah.“Kita harus bicara Dek!” perintah Mas Rio. Aku hanya mengangguk sambil membereskan barang belanjaan. Mas Rio menghampiriku.“Buatkan Mas teh hangat campur antangin Dek, sepertinya Mas masuk angin,” pinta Mas Rio.Aku tak menjawab namun melakukan perint
TANDA MERAH BEKAS SIAPA DI LEHERMU, MAS?-MASIH POV SIFA LAGI ❤️-Pagi hari setelah membuat nasi goreng dan telur mata sapi, aku melihat Mas Rio keluar.“Masak apa Dek?” tanyanya.“Nasi goreng dan telur mata sapi! Makanlah Mas mumpung masih hangat,” perintahku.Walaupun sakit hati ini, sebisa mungkin tetap melayani suami. Mas Rio memakan nasi goreng, terdengar Farhat menangis. Aku bergegas ke kamar untuk menggendongnya.“Assalamualaikum anak sholeh sudah bangun?” tanyaku pada Farhat terlihat mengucek matanya. Aku menggendongnya keluar kamar untuk memandikan dan menyuapinya sarapan.“Anak Abi sudah bangun?” tanya Mas Rio. Farhat hanya diam tak membalas sapaan Abi-nya, kami berjalan berlalu begitu saja meninggalkan Mas Rio yang masih duduk di meja makan. Setelah memandikan Farhat, aku menyuapinya sarapan. Terlihat Mas Rio masih asik dengan laptop di ruang tamu.“Antarkan aku ke rumah Abah ya Mas! Aku rindu beliau sudah seminggu tak b
NYARIS SAJA!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-Menghabiskan waktu semalam bersama Gendhis membuat Rio merasa muda kembali. Rasanya seperti terlahir kembali dengan jiwa yang lebih segar. Rio mulai mendengarkan musik band lama yang perlahan di tinggalkan saat hijrah. Sesekali tak apalah mendengarkan music cinta.Selain cantik Gendhis sangat pandai memuaskan. Dia terkesan liar namun lembut, sungguh tak bisa dijelaskan. "Ah sungguh dia binal sekali! Tak salah aku menjulukinya Baby binalku!" gumam Rio sendiri.Masih jelas di ingatannya bagaimana Gendhis dan dia bisa bersenggama di ruang terbuka. Hal itu pengalaman pertama bagi Rio yang memberikan sensasi berbeda. Selain itu Gendhis sangat pandai memasak berbeda dengan Sifa, entah bumbu apa yang Gendhis pakai dalam masakan yang membuat selalu sedap di lidah seperti masakan Ibu. "Ah memikikannya saja bisa membuatku setengah gila!" kata Rio dalam mobil perjalanan pulang.Sebenarnya kejadian semalam itu di lu
SIFA SI ISTRI CENGENGKU!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-Rio mengendarai emosi dengan amarahnya yang terpendam. Dia marah karena masakan itu pemberian Gendhis. Rio juga tak suka Sifa menjadi istri pembangkang. "Awas kau Sifa," batin Rio berteriak berkali- kali.Rio mencoba menahan amarah agar tak terlihat di depan Farhat. Sampai selesai belanja ternyata Sifa masih marah dan mendiamkannya."Ini tak bisa di biarkan! Aku akan membuat Sifa merasah bersalah dengan semua ini," pikir Rio.Sesampainya mereka di Rumah Sifa lekas menidurkan Farhat yang kelelahan setelah puas bermain di timezone. Rio menyuruh Sifa membuatkan teh hangat campur antangin, badannya sedikit tak enak. Mungkin tenaga yang terlalu di forsir bersama Gendhis dan Farhat menyebabkan masuk angin.Sifa tetap melayani Rio dalam diam. Rio masih mencoba untuk terus bersabar.“Kamu kenapa? Bicaralah atau kamu ingin waktu sendiri dalam diammu?” tanya Rio sekali lagi pada Sifa, namun dia terl
PERTENGKARAN DENGAN DIMAS!-BALIK KE POV AUTHOR YA❤️-“Kenapa mendadak kamu jadi gagap, Mas? Kamu ke rumah wanita itu kan, Mas?” tanya Dimas lagi.Rio terdiam tak bisa mengelak, entahlah jika dengan Dimas dia tak pernah bisa berbohong.“Sejauh apa Mas hubungan kalian? Apakah lebih jauh dari dugaanku?” tanya Dimas lagi.Dia sekarang duduk di depan Rio dengan menatap tajam. Mulut Rio masih terdiam. Melihat Rio yang tak mengatakan apapun Dimas pergi. Dimas turun ke lantai satu, kemudian naik lagi membawakan dua gelas kopi panas yang baru di seduhnya. Dia memberikan segelas untuk Rio. Dia sangat tahu Rio hanya bisa di wawancara sambil meminum kopi panas saat suasana santai.“Wanita seperti apa yang bisa membuatmu sampai lupa anak dan istrimu, Mas?” tanya Dimas lagi.“Aku tak pernah melupakan anak Dim, aku hanya sekali tak pulang. Itupun tak sengaja karena tertidur di rumahnya. Sungguh aku tak berniat menginap malam itu! Hanya keadaan dan situasinya