Perjalanan menuju ke selatan jika ditempuh dalam perjalanan naik kuda tanpa henti seperti yang dilakukan oleh orang yang melapor ke Istana, bisa ditempuh relatif lebih singkat. Prajurit itu bisa sampai ke Hangzhou dalam waktu tujuh hari. Namun, perjalanan kali ini berbeda. Ada begitu banyak rombongan kereta kuda yang memuat bahan pangan serta obat-obatan herbal. Rombongan yang panjangnya sampai dua kilo meter di kawal beberapa ribu prajurit itu akan menempuh perjalanan lebih lama. Saat ini mereka sudah lima hari di perjalanan, akan tetapi belum ada tanda-tanda telah dekat dengan kota Tangluo, tempat terjadinya wabah."A Yuan, perjalanan kita akan membutuhkan waktu berapa lama?" tanya Xin Qian sudah mulai tidak sabar."QianQian, apa kamu lelah?" Bukannya menjawab, Xuan Yuan malah meraih tangan Xin Qian lembut.Xin Qian menghela napas panjang. Perjalanan kali ini membawa sensasi yang luar biasa bagi gadis cantik pengembara waktu tersebut. Pertama kali di dalam hidupnya dia mengemban
Gerbang Kota Tangluo sudah tampak dari kejauhan. Ini adalah hari ke dua belas setelah mereka meninggalkan Istana. Lima ribu pasukan yang mengawal iring-iringan kereta kuda ini terlihat kelelahan.Xuan Yuan berniat untuk membuat tenda darurat di tempat ini. Pasukannya harus beristirahat dengan baik sebelum diterjunkan di daerah bencana. Mereka membantu untuk memindahkan bahan makanan dan obat-obatan herbal yang dibutuhkan."Xue, perintahkan pasukan untuk membuat tenda darurat di tempat ini!" titahnya."Baik, Panglima." "Ming Ye, kumpulkan para Tabib di sini, aku akan menyampaikan beberapa hal pada mereka semua." Ming Ye segera membungkuk dan bergegas menjalankan perintah.Semua orang sibuk bekerja, saling bahu membahu mengerjakan semua hal. Xin Qian juga sudah sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk membuat disinfektan dengan bahan seadanya. Semua itu demi memastikan tim medis yang akan bekerja untuk menyelamatkan pasien supaya selamat dari terinfeksi bakteri."QianQian, cairan apa ini?" t
Kota yang di permukaan terlihat seakan seperti kota mati, tidak benar-benar mati. Di sepanjang jalanan kota memang tidak ada manusia yang berkeliaran, mereka tinggal di rumah-rumah mereka dalam ketakutan. Ada begitu banyak orang mati yang belum diurus, sedangkan yang lain tidak kalah menyedihkan. Penguasa Kota Tangluo Liu Xingsheng bekerja sama dengan baik dengan Xuan Yuan. "Pangeran Ketiga, apa yang Anda butuhkan?" tanyanya ketika dia melihat Xuan Yuan menyapukan pandangan di sepanjang jalanan yang menyedihkan."Tuan Liu, mayat-mayat ini jika tidak segera dikuburkan, akan membusuk dan membuat kondisi kota semakin memburuk." Tim yang baru saja masuk kota sudah dilengkapi dengan baju perlindungan dan masker tebal yang telah diberi wewangian dari bunga lavender untuk mengusir udara yang dipenuhi dengan patogen. Menurut Xin Qian, semua hal yang berpotensi untuk menjadi sumber penularan harus dihilangkan. "Baik, kalau begitu kami akan membawa mereka ke kuburan masal." Penguasa kota
SPM - Part 47b. Kota TangluoBagi Xin Qian, hari-hari yang berlalu di Kota Tangluo hanya habis untuk bergelut dengan pasien, pasien dan pasien. Kesibukan yang semakin hari semakin bertambah. Jumlah orang sakit yang harus ditangani selalu bertambah. Meskipun, angka kematian sudah bisa diturunkan sejak kedatangannya, akan tetapi laju penularan masih tinggi.Orang yang sebelumnya masih baik-baik saja, di hari berikutnya sudah berubah status menjadi pasien. Hal itu cukup membuat putus asa. "Tabib Wei, orang yang sudah sembuh, di pekan berikutnya kenapa bisa terkena bakteri ini lagi?" keluh Xin Qian resah.Gadis ini mencoba menganalisa, sebenarnya apa yang terjadi? Rumah-rumah mereka sudah dibersihkan. Pembantaian tikus besar-besaran juga sudah dilakukan. Namun, belum bisa menekan jumlah penderita yang ada di kota ini. "Saya juga kurang tahu, Nona. Mungkin sumber penularan belum benar-benar hilang." Tabib Wei juga merasa sakit kepala.Mereka sudah mengajarkan hidup bersih pada semua orang
Di tengah malam buta, seorang pria berpakaian serba hitam berdiri di atap salah satu kediaman yang ada di Kota Tangluo. Wajahnya menghadap kediaman Penguasa Kota Tangluo. Rambut panjangnya berkibar ditiup angin malam. Sudah tiga puluh menit berlalu, pria berwajah dingin itu masih berdiri tegak di sana tak bergerak sedikit pun. Satu bayangan hitam melesat dan mendarat di sisinya. Pria yang baru saja datang itu adalah Chen Yihan. "Chen Yihan, apakah ramuan itu berguna?" Pria berwajah dingin itu bertanya tanpa ekspresi. Beberapa hari yang lalu, mereka menaburkan ramuan di sumur-sumur penduduk Kota Tangluo. Sebuah ramuan yang dibuat oleh pria berwajah dingin tersebut. Ramuan itu berisi Bakteri Yersinia Pestis untuk menaikkan angka penularan wabah di kota ini supaya semakin tidak terkendali."Tuan Pemimpin sangat hebat, Anda yang menyebarkan wabah di kota ini. Meskipun Murong Xuan Yuan mempunyai ramuan hebat untuk menyembuhkan, sumur-sumur penduduk sudah tercemar." Chen Yihan menyeringa
Di pengadilan Istana, para pejabat tengah membahas surat yang dikirim oleh Pangeran Ketiga. Kota Tangluo yang saat ini sedang mengalami wabah maut hitam kehabisan bahan pangan dan obat-obatan. Di dalam surat itu, Pangeran Ketiga menjelaskan situasi yang terjadi di sana dengan detail. Selama sebulan mereka bekerja di Kota Tangluo, sudah berhasil menekan angka kematian penduduk. Obat-obatan herbal yang telah disiapkan sebelumnya bisa dibilang efektif bekerja dengan baik dalam proses penyembuhan. Namun, angka penularan masih tinggi. Pangeran Ketiga juga sudah menyampaikan mereka membutuhkan uang untuk membangun saluran pembuangan supaya sanitasi lingkungan menjadi bersih dan bebas dari penularan penyakit.Semua menteri mendengarkan Kasim Bao yang membacakan surat dari Pangeran Ketiga. "Pangeran Ketiga sudah menjalankan tugas di Kota Tangluo dengan baik, angka kematian sudah bisa ditekan. Menurut kalian, jika aku mengirimkan bantuan lagi untuk menangani wabah maut hitam itu, bagaimana
Selir Hui bejalan hilir mudik di Aula Paviliun Lien Hua dengan resah. Begitu mendengarkan laporan dari sang Ayah tentang situasi yang terjadi di Kota Tangluo, hari wanita paruh baya itu tidak tenang. Selepas sidang di Pengadilan Istana usai, Hui Feng Qiu mengunjungi putrinya tersebut untuk membicarakannya.Situasi saat ini sedang tidak baik untuk Xuan Yuan. Mereka tidak akan bisa tenang jika tidak melakukan sesuatu."Ayah, apa yang akan kita lakukan?" tanya Selir Hui panik. Wajah cantiknya tak lagi bersinar. Hanya satu yang ada di dalam pikirannya, bagaimana cara membuat putranya bisa terlepas dari masalah ini.Menteri Pertahanan Hui Feng Qiu membuang napas kasar. Kericuhan yang terjadi di ruang sidang sudah diatur oleh Penasihat Lao. Para pejabat menolak melakukan donasi adalah salah satu cara untuk menekan Xuan Yuan supaya tidak berdaya dengan situasi di sana. "Para pejabat menolak donasi, jika kita ingin mengirimkan bahan pangan dan obat ke Tangluo, hanya bisa menggunakan uang pri
Yunxi berada di gudang harta pribadi milik Xuan Yuan. Apa yang disebut dengan gudang harta, adalah sebuah ruangan yang dipenuhi dengan benda berharga. Tidak semata-mata hanya berisi emas dan perak. Ruangan ini berisi semua penghargaan yang pernah didapatkan Xuan Yuan ketika memberi kontribusi untuk Da Liang. Berbagai hadiah dan penghargaan dari Kaisar dan Ibu Suri. Benda-benda berharga lainnya seperti kotak yang berisi baru giok berkualitas tinggi, kotak besar berisi perhiasan dan mutiara yang berkilauan, kain brukat dan sutera juga berbagai macam hadiah dari Para Pejabat Da Liang ketika dia diangkat menjadi Panglima Militer. Ada begitu banyak harta berharga di ruangan ini. Namun yang saat ini dibutuhkan oleh Yunxi untuk dibawa ke Tangluo adalah uang. "Tian Jie, bawa kotak-kotak ini keluar!" seru Yunxi. Ada beberapa pria berpakaian pengawal dengan sigap melaksanakan perintah Yunxi. Tael emas dan perak dibawa keluar dari sana. Di dalam lemari, ada setumpuk kertas tael juga ikut dib