Seorang pria mengayunkan langkah terburu-buru penuh kemarahan. Dengan kasar, dia menghempaskan tubuh seorang gadis ke dipan kayu yang ada di sudut ruangan. Suara dengusan kasar merontokkan nyali. Yan Huaxin yang masih kesakitan tak kuasa menolak perlakuan kasar tersebut.Yan Huaxin mencoba duduk dengan stabil di atas dipan. Di depannya, Zhou Yuwen menatapnya dengan pandangan jijik."Kupikir ayahmu sudah memberitahu dengan jelas, kenapa aku memanggilmu kemari!?" raung Zhou Yuwen.Kobaran amarah yang tidak akan bisa padam begitu saja. Rencana yang telah disusun dengan sangat detail dan teliti sedemikian rupa bisa hancur sekejab. Zhou Yuwen merasa kesal setengah mati dengan kehadiran Yan Huaxin. "Tuan Pemimpin, Ayah meminta saya untuk melindungi Anda." Yan Huaxin bertemu satu kali dengan Tuan Pemimpin ini sebelumnya. Ayahnya dan Tuan Pemimpin sudah membuat sebuah aliansi untuk menyingkirkan Pangeran Ketiga, supaya memuluskan jalannya untuk menduduki tahta Da Liang."Sekarang, siapa me
Berita tentang kepulangan Xin Qian sudah terdengar di seantero Kota Tangluo. Kabar itu menyebar dengan begitu cepat bagaikan jamur di musim hujan. Bagi penduduk Tangluo, Xin Qian sudah dianggap seperti Dewi. Seorang Dewi hidup yang menyelamatkan nyawa ribuan orang dari kematian.Jasa besar inilah yang membuat penduduk Kota Tangluo ikut bersedih saat Xin Qian diculik. Saat ini, mereka berdesak-desakan di gerbang kota untuk ikut menyambut kedatangan Xin Qian dan Pangeran Ketiga. Hanya orang sakit yang masih dalam perawatan saja yang tidak ikut menyambut. Bisa dibayangkan seramai apa gerbang Kota Tangluo hari ini.Satu setengah bulan yang lalu, kota ini nyaris seperti kota mati. Hari ini, dengan wabah yang berangsur menghilang, situasi sudah hampir kembali pada situasi sebelumnya.Huantian juga begitu antusias ingin menyambut kedatangan Xin Qian. Selama beberapa hari ini dia tidak enak makan dan tidak enak tidur, karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk ikut mencari Xin Qian.Putra Mahko
Xuan Yuan sudah kembali dengan kesibukan semula bersama penduduk pria dalam menata Kota Tangluo. Masalah utama kota ini adalah tata kota dan sanitasi yang buruk. Sebelum mereka kembali ke Hangzhou untuk membuat laporan pada Kaisar, Xuan Yuan ingin memperbaiki semua terlebih dahulu, meskipun dengan segala keterbatasan yang ada. Sisanya akan dipikirkan nanti saat mereka kembali.Di kediaman Penguasa Kota Liu Xingsheng, Xin Qian dan Huantian berada di aula. Tak ada orang lain, Huantian merasa begitu bahagia mendapatkan momen berdua dengan Xin Qian."Qian'er."Xin Qian yang baru saja meletakkan kota obat, seketika tertegun. Dia yang sedang memunggungi Huantian, tak merubah posisi berdiri selama beberapa saat.Panggilan yang terasa begitu intim. Hanya Ye Tian yang memanggilnya dengan nama itu. Sekarang, Huantian memanggilnya Qian'er, sepertinya sengaja memberitahu Xin Qian bahwa Ye Tian adalah dirinya.Bukankah Huantian biasanya memanggil Adik Ipar Ketiga?"Qian'er, kamu dengar tidak? Aku s
Istana Zhou Feng Di Aula utama Istana Zhou Feng, wajah Selir Zhou tampak murka. Mendengarkan laporan dari Ying Lan tentang gagalnya rencana yang telah dibuat dengan begitu rapi dan detail, Selir Zhou mengurut dada dengan sangat nelangsa.Pengorbanan dan kesabaran yang sudah dilakukan puluhan tahun ini, seakan hancur lebur begitu saja."Lan'er, kenapa kamu bisa berubah menjadi begitu bodoh?" dengus Selir Zhou kesal setengah mati."Ibunda, kita bisa menyusun rencana baru. Masih ada banyak waktu!" sahut Ying Lan."Masih banyak waktu? Apakah kamu ingin ibumu ini harus menambahkan lagi waktu untuk bersabar?" Selir Zhou menjawab penuh emosional.Tatapan Selir Zhou sangat rumit. Sepasang ibu dan anak itu saling bertukar pandang dalam kebisuan selama beberapa saat.Menjadi selir Kaisar Murong Tian Yi bukanlah keinginannya. Pernikahan politik antara dua negara telah menghancurkan cinta sejati dan harapan yang pernah tumbuh di dalam hati Selir Zhou pada kekasih hatinya."Ibunda sudah berkorban
Sudah hampir setengah bulan Putra Mahkota tidak hadir dalam rapat pagi di Pengadilan Istana. Meski pada pejabat tidak berani secara terang-terangan mempertanyakan kealpaan Putra Mahkota, akan tetapi hal ini menjadi ganjalan bagi Penasihat Lao Haocun. Jika dihitung mundur, Huantian datang terakhir kali saat hari terakhir rapat yang membahas tentang surat dari Pangeran Ketiga terkait wabah di Kota Tangluo. Selepas itu, Pangeran Pertama Da Liang itu mulai tidak terlihat batang hidungnya dimanapun.Ketika pertemuan pagi usai, Permaisuri Lao mengunjungi Kaisar di Aula untuk mengeluhkan hal tersebut.Huantian tidak pernah datang memberi salam padanya. "Kaisar, apakah Anda mengetahui dimana Tian'er sekarang? Sudah setengah bulan ini dia tidak pernah mengunjungi saya," keluh Permaisuri Lao gusar. Murong Tian Yi hanya tersenyum tipis menatap Permaisuri Lao. Dia tidak memberitahu kepergian putranya karena permintaan dari Huantian sendiri."Bukankah biasanya kamu mengeluh sakit kepala saat dia
Di Kota Tangluo, kesibukan hari ini kembali terlihat di jalanan kota. Kondisi wabah sudah berangsur hilang. Hanya ada beberapa orang yang masih menjalani perawatan di rumah sakit, sisanya sudah menjalani kehidupan normal. Pengendalian wabah dengan isolasi dan aturan yang ketat terkait prokes yang didapatkan Xin Qian dari zaman modern, diberlakukan dengan disiplin di kota ini. Hasilnya memang sudah terlihat, bahkan dalam dua bulan penanganan."Tuan Liu, kondisi Kota Tangluo sudah kembali stabil. Aku akan kembali ke Istana untuk melaporkan hal ini pada Kaisar." Pangeran Ketiga dan rombongan akan meninggalkan Tangluo hari ini.Liu Xingsheng melepaskan kepergian rombongan Pangeran Ketiga dengan hati yang rumit. Di antara para rombongan ya g dibawa dari Hangzhou dua bulan lalu, Tabib Wei dan beberapa orang anak buahnya masih harus tinggal sampai kondisi benar-benar sudah bisa ditinggalnya."Pangeran Ketiga, hutang budi kami penduduk Kota Tangluo kepada Anda dan Nona Xin Qian, sudah sebesa
"QianQian, kamu pasti merindukan Sekte Emei. Setelah pernikahan kita, kita akan pulang meminta restu pada Guru." Xuan Yuan merengkuh tubuh Xin Qian erat. Terlalu banyak penderitaan harus dialami oleh keduanya sejak dua bulan terakhir. Xuan Yuan merasa bersalah pada calon permaisurinya tersebut. Saat ini, Xin Qian bicara ngelantur, mungkin karena tekanan besar atas penderitaan hidup selama ini. Xuan Yuan merasa bersedih untuk itu. Seharusnya, Xuan Yuan hadir memberi kebahagiaan untuk Xin Qian, tapi sekarang justru dia membawa gadis itu dalam masalah wabah. Rasa kecewa pada Kaisar kembali hadir menghentak di dalam dada Xuan Yuan."Aku lupa Sekte Emei ada dimana," gumam Xin Qian linglung. Bagaimana dia bisa membawa Xuan Yuan ke Sekte Emei, sedangkan dia tidak tahu dimana Sekte Emei berada. Saat itu, dia hanya asal bicara. Siapa sangka ternyata Sekte Emei benar-benar ada di zaman ini.Xin Qian benar-benar tidak berdaya. Dia tidak tahu harus berkata apa."QianQian, lain kali kamu tidak
Hatsii hatsii hatsiiHuantian yang ada di kereta bersin-bersin beberapa kali. Hidung Pangeran tampan itu sampai memerah. "Siapa yang berani membicarakanku di belakang?" dengusnya kesal setelah bersinnya reda. Hatinya sedang tidak baik-baik saja masih ditambah lagi harus bersin-bersin. Benar-benar sangat menyebalkan.Sepanjang hari, dia hanya bisa mengeluh. Sudah jauh-jauh menempuh perjalanan dari Hangzhou ke Tangluo. Ternyata Xin Qian menolaknya dengan kejam. Ada begitu banyak wanita di dunia ini, kenapa dia harus berebut dengan Xuan Yuan? Jika adiknya itu tahu, ini hanya akan menambah masalah di antara mereka berdua saja.Huantian sudah merasa sangat lelah harus selalu bersitegang dengan Xuan Yuan. Pada akhirnya, dia tidak pernah menang dari adiknya itu."Aku belum rela harus mengalah padamu kali ini, Yuan'er," keluhnya dengan hati dongkol.Pangeran tampan itu membuka tirai kereta. Ingin melupakan rasa kesalnya, dia mencoba mengajak bicara Changyi yang mengawalnya dengan naik kuda