Sementara di lain tempat,
“Pokoknya kamu harus ikut papa pindah ke Jakarta!” gertak Fatur kepada Nala yang masih keras kepala.“Enggak Pa, aku masih ingin bertahan di sini. Ini rumah peninggalan orang tua Nala,” sahut Nala bersikeras. Sama sekali tidak ingin patuh dengan papa tirinya yang suka seenaknya sendiri dan cabul.“Buat apa bertahan di sini. Mending kamu ikut dengan kita ke Jakarta. Kehidupanmu lebih terjamin. Daripada kamu sendirian di sini.” Jihan menimpali. Ibu tiri yang sama sekali dia tidak harapkan kehadirannya sudah mulai mencampuri kehidupannya.“Diam kamu! Kamu itu bukan siapa-siapa aku! jadi lebih baik kamu diam saja!” sengit Nala.“Nala! Jaga bicaramu! Dia itu ibu kamu, sudah sepantasnya kamu menjadikannya sebagai pengganti nenek lampir yang sudah meninggal itu!” hardik Fatur. Nala meradang. Bisa-bisanya Fatur menyebut mendiang ibunya sebagai nenek lampir. Padahal semasa hiduBeberapa hari kemudian, Seorang pria aneh berjalan menyusuri lorong sekolah. Semua pandangan tertuju ke arahnya. Menatapnya dengan pandangan yang tidak biasa. Cara berpakaian yang cupu sekali dengan rambut keriting dan juga kaca mata tebal yang dipakainya. Hal itu diperparah dengan gigi tonggos, juga tahi lalat yang begitu besar di pipinya. Pria itu berbaris di antara para guru yang sedang melakukan upacara senin itu. Selama upacara berlangsung, Pria itu menjadi pusat perhatian para guru, juga siswa yang nyengir melihat penampilannya. Tapi, pria itu justru terlihat santai Sampai akhirnya, Pembina upacara mempersilakannya untuk memperkenalkan diri. Pria itu berjalan menuju mimbar diiringi cemoohan para siswa. A gaknya keberadaannya kurang disukai oleh mayoritas siswa di sana. “Perkenalkan nama saya Gugun, saya guru baru bahasa inggis khusus kelas dua belas,” ucap pria itu memperkenalkan diri. Di hadapan para murid yang meneriakinya, Pria itu tersen
“Di mana kami bisa duduk, heh?” tanya Fatur dengan gaya angkuhnya yang khas. Rahang Morgan mengeras. Dia mendengus pelan mencoba mengontrol emosi. Meskipun hatinya panas membara saat melihat Fatur yang lengannya digelayuti manja oleh Jihan.“Untuk Bapak Fatur dan keluarga, silakan untuk duduk di kursi VIP yang ada di depan Pak,” ucap Nani yang begitu hormat. Morgan tercenung dibuatnya.*Setelah acara penerimaan murid baru selesai, masing-masing murid beserta walinya membubarkan diri dari aula mengingat jam pelajaran dimulai esok hari. Tidak terkecuali Fatur sekeluarga. Fatur terlihat harmonis bersama Jihan dan anak perempuannya berjalan di depan, sangat berbeda perlakuannya terhadap Nala dan Jordan yang mengikutinya di belakang, seakan tidak dianggap.Diam-diam, Morgan melipir mengikuti mereka sampai ke lobby sekolah. Dia penasaran bagaimana perlakukan Fatur terhadap Nala dan juga Jordan."Jordan suka dengan sekolah ini?" tan
Byur!Nani berhenti berenang saat sesuatu yang besar masuk ke kolam itu. Dia mengusap wajahnya yang dipenuhi air sambil memicingkan mata. Terlihat gerakan seseorang berenang di bawah sana mendekatinya. “Siapa itu!” pekik Nani yang jelas tidak akan didengar oleh Morgan di bawah sana. Dia menggerakan kakinya ke pinggir kolam sambil bertanya-tanya. Adakah pekerjanya yang lancang masuk ke kolam renang kesayangannya. Tiba-tiba Nani tersentak saat kedua kakinya dipegang kuat, serta celana renang yang ditarik paksa. Detik kemudian, Nani merasakan sesuatu yang lunak menjilat kewanitaannya di bawah sana. Nani mendelik keenakan. Dari caranya yang begitu lihai, Nani menebak siapa seseorang di bawah sana. Cukup lama pria itu melakukannya. Nafasnya begitu kuat. Dari dalam mansion, terlihat seorang pelayan yang berjalan ke arahnya sambil membawakan infus water lemon favoritnya. “Ini minumannya, Nyonya,” ujar pelayan itu sambil melempar pa
“Di mana aku?” tanya Nala begitu siuman dari pingsannya. Di sampingnya, ada Morgan yang tampak bahagia melihat Nala sudah sadar. “Bu Nala sekarang di ruangan UKS. Tadi ibu pingsan ketika mau mengantar Jordan ke kelas,”“Terus Jordan di mana Pak,”“Bu Nala tidak perlu risau, saya sudah memintanya untuk ikut pelajaran saja, Biar saja yang menunggu Bu Nala di sini,” jelas Morgan. Nala hendak bangkit dari brangkar, tapi dia memegangi kepalanya sambil meringis, sehingga kembali terbaring kembali. “Lebih baik, Bu Nala istirahat saja, sepertinya kondisi ibu masih lemas,” kata Morgan dengan gesture menahan Nala untuk bangkit. “Maaf sekali ya Pak Gugun, saya banyak merepotkan Bapak,” ujar Nala dengan nada sungkan. ‘Sama sekali tidak merepotkan Sayang, justru aku lah yang meminta maaf karena telah menyusahkanmu dengan membesarkan Jordan sendirian,’ ucap Morgan yang terta
“Pembantu itu memang harus capek bekerja di rumah! Jangan berlebihan deh menjaga Nala. Kamu kan kepala sekolah. Harusnya bisa menyuruh orang lain untuk menjaga pembantu malas ini. Lagian, mau-maunya Nala disentuh sama kamu. Emang dasar wanita murahan!”“Murahan? Justru cara bicara Bu Jihan seperti kurang berpendidikan. Seharusnya Bu Jihan sebagai istri konglomerat bisa menjaga sikap Ibu!” geram Morgan. “Ngelunjak kamu ya, awas saja. Aku akan minta kepada suamiku untuk menjadi penanam modal di yayasan ini, supaya bisa pecat kamu, tapi sebelum itu akan melaporkannnya kepada Nani biar tahu rasa kamu!”“Silakan saja, saya tidak peduli.”Sebelum beranjak dari sana, Jihan sempat berperang mata dengan Morgan. Wanita itu tidak pernah tahu kepada siapa sedang berhadapan. Dan Morgan tidak akan peduli dengan reaksi Jihan kalau seandainya identitasnya terkuak nanti. “Pak Gugun tidak seharusnya bersikap seperti itu.
“Makasih ya Pak, sudah diantar sampai rumah,” ucap Nala begitu sampai depan rumah mewah milik Fatur. Setelah jam belajar selesai, Morgan langsung mengantarkan calon istri dan anaknya menuju rumah. “Sama-sama Bu, Bu Nala jaga kesehatan ya. Jangan terlalu diforsir tenaganya,” sahut Morgan. Nala terlihat mengulum bibir sambil tersenyum manis. “Jordan, salim dulu sama Pak Gugun,” perintah Nala. Anak yang superaktif itu langsung menyalami tangan kekar Morgan. Kecupan Jordan di punggung tangannya terasa sampai di jiwa Morgan. “Kalau begitu kami pulang dulu ya Pak.” Kemudian, Nala menggandeng tangan Jordan menuju rumah mewah itu, yang lebih tepatnya adalah Neraka. “Pak Gugun baik banget ya, Ma.” Celotehan anak itu masih terdengar di telinga Morgan. Wajahnya yang buruk rupa itu tampak tersenyum memperhatikan kedua belahan jiwanya itu. Entah kenapa dia seperti tidak rela berpisah dengan mereka. Bahkan s
Gita menunggu respons dari Morgan yang masih terdiam. Posisi wanita itu begitu dekat sekarang. Dia terlihat memejamkan mata sambil mengendus bau kelaki-lakian Morgan. Morgan tidak tahan melihatnya. Namun, beberapa kali dia terlihat mengatur nafasnya yang memburu karena nafsu. “Bu, Tolong jangan seperti ini. Jangan sampai nafsu menguasai Bu Gita,” kata Morgan dengan suara barinton yang ditekan rendah. Meski tubuhnya bergetar sekarang. Begitupun juga lututnya. Darahnya berdesir panas dingin saat melihat bibir wanita itu begitu dekat dengan sesuatu yang membentuk jamur. Bibir sensual itu begitu tebal dan lebar kelihatannya, sangat pas memainkan keperkasaannya sampai mengeluarkan laharnya. “Sudahlah Pak Gugun, di sini hanya ada kita berdua saja. Petugas kebersihan juga sudah pulang. Jadi tidak akan ada yang melihat kita bersenggama. Aku sudah tidak sabar ingin menikmati milik Bapak. Please!”Kali ini, Gita tidak seagresif tadi. Dia lebih me
“Finally, Reach home. Huh!”Morgan menghempaskan tubuh besarnya di atas sofa. Dia baru saja pulang dari sekolah. Beban akan rancangan kerja tahunan cukup membuatnya kepalanya panas. Memang sudah tugasnya menjadi seorang kepala sekolah untuk membentuk rancangan kerja yang kemudian dilanjutkan kepada tenaga pendidik dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Sebagai kepala sekolah, tanggung jawabnya dituntut untuk bisa membawa sekolah menjadi jauh lebih baik. Morgan memegang keningnya yang berdenyut-denyut. Perangai singa betina Gita cukup membuatnya resah. Dia tidak pernah menyangka kalau ada tenaga pendidik yang liarnya melebihi Nani. Seingin-inginnya Nani, dia tidak akan bertindak bodoh dengan mengajak Morgan bercinta di area sekolah. Pantang bagi mereka jika sampai skandal antara mereka mencuat ke permukaan. Namun Gita? Bagaimana caranya dia menjelaskan tentang wanita satu ini. Wanita yang ceplas-ceplos dengan gesture tubuhnya sudah cukup mengundang