Share

Perasaan aneh

Beberapa waktu lalu, Alika bahkan berkata jika tadi adalah waktunya membalas dendam.

Jadi itu alasan kenapa Alika ingin menikah cepat hingga akhirnya menikahinya... pasti karena mantan suaminya yang menjengkelkan itu.

Tapi... apakah mungkin Alika melakukan semua balas dendam ini karena dia masih...

Mencintai...

Lelaki itu?

Kedua orang tua Alika yang sejak tadi juga hadir disana, duduk di kursi yang telah disediakan di altar pernikahan tampak saling berbisik. "Pah, eta liat si Alika.. suaminya kasep pisan sih pah. Beruntung banget deh tuh anak. Liatnya aja gak bosen bosen." bisik Ratna yang memakai kebaya putih dengan rambut disanggul dan wajah yang medok dengan make up. Rudi yang mendengar langsung tertawa mentah. "Mama kok ngomong gitu sih didepan papa? Emang mama enggak takut papa cemburu apa?!" tandas Rudi yang langsung dicubit oleh Ratna. "Dih, udah tua aja masih pake cemburu cemburuan. Inget umur pah! Enggak usah gaya gayaan ngikutin anak muda atau siapa tuh sugar sugar eta." balas Ratna.

"Sugar daddy? Dih nyambung ke sugar daddy sih mah? Ngomong A malah dijawab Z, pasti mama kalo lagi begitu terus ditanyain mau buang air di WC atau di baskom, pasti milih baskom." ujar Rudi dan langsung dicubit oleh Ratna karena dianggap ngawur.

"Tapi asa bukan kawinan beneran ya pah?" tanya Ratna yang langsung memicu kernyitan di dahi Rudi. "Bukan kawinan beneran maksudnya gimana?" tanya Rudi heran. "Ya kedua orang tua si Yustaf enggak ada." ujar Ratna.

"Loh, kedua orang tuanya kan udah meninggal Mah, makanya dia diwakilkan sama saudara dekatnya. Masa harus dibahas lagi sih?" ujar Rudi.

"Iya pah, mama tahu. Kasihan juga sih si Yustaf udah jadi yatin piatu semenjak SD." ujar Ratna prihatin.

"Nah maka dari itu mama sebagai mertua yang baik dan tidak sombong harus bersikap baik dan enggak galak sama Yustaf, nanti jatuhnya kayak film tersanjung episodenya sampai ribuan. Anggap aja dia sebagai anak kandung kita, sama kayak kita menganggap Alika selama ini." ujar Rudi. Ratna tersenyum. "Iya pah."

Setelah pernikahan selesai, Alika, Yustaf, Albert dan kedua orang tua Alika pun sudah saling berganti baju kae penampilan kasualnya dan kini mereka sudah keluar dari gedung pernikahan yang telah dikosongkan itu.

"Mama sama papa mau pulang sama Alika atau Albert?" tanya Alika. Ratna langsung menjawab tanpa basa basi. "Ya jelas dong sama Albert.. pengantin baru masa mau dipisahin gitu aja sih?" ujar Ratna sambil mengerdip ngerdipkan mata kirinya pada Rudi. Memberi kode.

"Eh tapi si Yus bisa nyetir gak tuh?" tanya Ratna. Alika memandang ke arah Yustaf penasaran dengan jawaban yang ingin dikatakan olehnya.

"B-bisa bu." ujar Yustaf gugup. Alika merasa ada paksaan didalam perkataan Yustaf barusan, apakah sebenarnya dia tidak bisa membawa mobil?

"Yasudah, ayo Albert kita pulang duluan. Kasihan Alika dan Yustaf mau cepet cepet malam pertama." ujar Ratna yang langsung ngeloyor padahal Alika sempat akan memberi peringatan pada ibunya karena sudah berkata yang tidak tidak, apalagi menyinggung mereka dengan malam pertama. Alika hanya geleng geleng kepala saat ditinggal begitu saja saat itu.

Rudi pun berpesan pada Alika, sebelum pergi mengikuti istrinya. "Al, kalo kamu ada apa apa ke rumah aja ya? Rumah papa dan mama kan disebelah rumah barumu, ngesot juga nyampe hehe. Nak Yustaf, titip Alika ya?" pinta Rudi. Yustaf tersenyum. "Baik pak. Hati hati." ujar Yustaf ramah.

Alika pun kini berjalan mendahului Yustaf, ia maupun Yustaf yang membuntutinya dari belakang, sekarang sedang menuju ke area parkir yang jaraknya tak terlalu jauh dari sana. Untuk dapat mencapai area parkiran, Alika dan Yustaf harus terlebih dahulu melewati sebuah taman yang sepanjang pijakan kakinya, dipenuhi oleh rerumputan hijau lalu terdapat juga beberapa pepohonan mangga menjulang. Angin dingin terkadang menyelisik dedaunan pohon pohon tersebut dan menjadi satu satunya sumber suara yang dapat didengar jelas oleh kedua telinga mereka setelah suara jangkrik.

Alika tanpa sadar melihat ke atas langit dan tiba tiba menghentikan langkahnya yang hampir akan ditabrak oleh Yustaf dari belakang. "Ada ap-" belum selesai bertanya, Yustaf sudah menghentikan suaranya ketika dirinya ikut mendongak, melihat ke atas langit yang dipenuhi oleh taburan bintang. Yustaf yakin sekali Alika sedang takjub dengan pemandangan langit berbintang itu.

"Indah ya?" tanya Alika tersenyum manis.

Mendadak Yustaf teringat dengan masa kecilnya yang sering diajak melihat bintang bersama ibunya di halaman luar rumah atau kadang di atas atap rumah, memakai teleskop. Masa masanya dulu dan bagaimana ekspresinya ketika dulu melihat bintang, sama persis dengan tatapan kagun Alika saat ini.

Yustaf tersenyum tipis. Ini aneh, entah kenapa perasaannya semakin mengatakan jika... Alika adalah sosok wanita intelek yang sangat berbeda dari wanita bossy lainnya.

Seolah ada daya tarik didalam diri Alika yang membuat Yustaf semakin menganggapnya sebagai orang yang sederajat dengan siapapun. Alika... seakan mampu membuat dirinya berada di garis yang sama dengan orang lain.

Entah kenapa, Yustaf jadi semakin heran... alasan apa yang membuat mantan suaminya Andrew memutuskan bercerai dari wanita ini.

"Indah ya?" ujar Alika, Yustaf tersenyum lalu mengiyakannya dengan cepat.

Mereka saling memusatkan sorot mata mereka tertuju lurus pada jutaan bintang yang tersuguhkan diatas sana. Ini pertama kali bagi Yustaf untuk menikmati keindahan panorama seperti ini bersama orang lain selain ibu atau adiknya.

Mereka akhirnya sampai di area parkiran, tepat dihadapan mobil putih pajero sport milik Alika. Yustaf yang baru akan masuk dan duduk di kursi setir langsung dicegah terlebih dahulu oleh Alika. "Tunggu, aku saja yang menyetir." ujar Alika. Yustaf tersentak. "Kenapa memangnya?" tanya Yustaf.

"Kelihatannya tadi kamu terpaksa mengatakan bisa menyetir untuk memenangkan hati ibu saya kan? Sebelumnya saya sangat berterima kasih karena kamu sudah menghargai perasaan ibu saya dan tetap berusaha menjaga image kamu sebagai suami yang baik bagi saya. Lalu, sekarang kan ibu saya sudah tidak ada disini, jadi biarkan saya aja yang menyetir mobil." ujar Alika. Yustaf kembali tersentak. Apakah mungkin... wanita ini sedang mengkhawatirkannya?!

Dari raut wajahnya juga, ia terlihat canggung ketika mengatakannya. Apakah mungkin yang dikatakannya barusan benar benar dari hatinya? Alika si top business woman di tahun ini dengan sangat tidak disangka bisa memasang ekspresi wajah seperti itu dan justru mengkhawatirkan orang lain seperti dirinya? Yustaf sungguh heran.

"Sebenarnya... Saya pernah mengalami kecelakaan parah yang menyebabkan ibu saya meninggal. Jadi itulah yang membuat saya sedikit ketakutan aaat menaiki mobil. Tapi tenang aja, saya bisa kok naik mobil. Trauma itu juga sudah menghilang lima tahun yang lalu, cuma aja satu tahun yang lalu saya pernah mengalami kecelakaan ketika menyetir mobil dan itulah yang membuat saya kembali lagi bisa merasakan trauma itu." ucap Yustaf yang langsung membelakakkan kedua mata Alika. "A-apa? Kenapa... kenapa kamu gak bilang! Yaudah kamu duduk di sebelah saya aja, saya yang nyetir!" ucap Alika yang langsung menggeser Yustaf dan duduk di kursi setir. Yustaf pun menurut dan duduk disamping kirinya.

Mobil mulai berjalan sesuai kendali setir Alika. Sepanjang perjalanan mereka saling terdiam. Tidak ada satupun dari mereka yang bicara, dibanding sebelum-sebelumnya.

Yustaf terus melihat ke jendela sebelah kirinya yang memamerkan langit gelap yang ditaburi bintang dan satu bulan purnama sangat indah. Disamping melihat itu semua, ternyata yang membuat Yustaf terus diam adalah... ia sedang memikirkan sikap Alika tadi, ternyata wanita ini.... benar benar mengkhawatirkannya...

Perasaan aneh, kenapa juga karena hal ini dirinya jadi semakin tidak nyaman dengan perasaannya... ada rasa kepuasan tersendiri jauh didalam hatinya namun ada juga rasa khawatir didalam hatinya, jika... ia beralih jadi orang yang... terlalu berharap atas perasaan anehnya ini...

Ia hanya khawatir jika dirinya tidak mampu menepati janji yang ia buat sendiri didalam surat kontrak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status